5.

137 22 8
                                    

Diam-diam dan sebisa mungkin. Hyunjin tetap memasang wajah pokerface ketika drama Yeji ditayangkan di televisi. Menyembunyikan jiwa fansboy yang tidak ingin orang lain tahu. Padahal, dia ingin memegang lighstick dan menjadi penyemangat nomor satu, menjerit lebay mengatakan "Yeji-ya fighting! Saranghae! Aku fans nomor satumu!" Dengan mata lope-lope.

Tapi gengsi. Apalagi Hyunjin adalah manusia yang selalu jaga image. Tidak mau mencampur kesan 'pria matang' nya dengan sisi kekananakan seperti itu. Lebih baik pura-pura sok cool. Berkedok pria mapan yang dewasa dan perhatian. Semoga saja Yeji tidak tahu sisi fansboynya atau dia akan malu.

Ngomong-ngomong. Hari ini adalah hari (weekend) sabtu siang. Jadwal 'misi kencan' akan dia lakukan bersama si artis. Ini mendebarkan sekali.

Lalu—plistzh! Televisi dimatikan secara paksa. Hyunjin bangkit dari sofa dan berlari kecil menuju pintu yang sudah diketuk. Tok! Tok! Tok!

Hyunjin menjawab dengan suara tampan, "Nde. Chakkamanyo!"










 Chakkamanyo!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anyeong. Hyunjin-sii. Mobilnya siap. Lets go?" Sial caranya ngapel, dan gaya bicaranya itu imut sekali. Hyunjin menahan diri untuk tetap cool tanpa adegan salting bodoh yang bisa-bisa membuatnya kepikiran sampai tidak bisa tidur.

"Ekhem. Telat duapuluh menit." suara berdeham maskulin itu terdengar bernada rendah, dibuat-buat.

"Oh iya maaf-maaf. Karena tadi itu macet total." Yeji menangkupkan tangannya ke depan wajah. Wajah bersalah dan foxy eyesnya tambah gemas ingin sekali Hyunjin toel pipinya. Namun urung. Pria itu memilih waras dan tersenyum.

"Sebentar, saya ambil jaket dulu." Hyunjin beranjak.

"Hyunjin-sii, jangan terlalu formal padaku. Banmal aja banmal. Okey?" (Banmal: cara bicara non formal dalam bahasa korea).

Hyunjin mengulum senyumnya. Takut nyengir lebar tanpa sadar. "Oke."

Selanjutnya—malah tambah gila. Berdua di dalam mobil Van sebesar gaban. Hanya dia dan si artis yang sibuk mengunyah sandwich. Pipi Yeji tampak menggembung. Mulutnya mengerucut begitu imut. Hyunjin kemudian meraih sandwich itu dari tangan Yeji.

"Sudah. Aku saja yang makan."

"Hyunjin-sii. Aaah! Aku belum selesai." Yeji merengek, berusaha merebut kembali namun gagal dengan cara yang kekanakan.

"Rotinya disita."

"Ugh. Padahal aku gak lagi diet." Yeji mendengus.

Hyunjin juga mendengus.

'Ya mau gimana lagi. Jangan imut-imut didepanku dong. Gak bagus buat jantung tau. Kalau aku kena serangan jantung dijalan, apa kau mau tanggung jawab?' Hyunjin menggombal panjang lebar, namun dikatannya dalam hati. Hei, tentu saja dia tidak bisa mengatakan hal picisan semacam ini secara langsung atau segala pencitraannya akan gagal.

"Huh! Harusnya tadi aku beli dua." Malah beraegyo segala si Yeji. Mampuslah Hyunjin diterjang tsunami keimutan dalam sana.

***

Lalu mobil diparkir dengan sengaja di tempat yang strategis untuk difoto. Mereka sampai di sebuah galeri seni lukis realism 'bidulgi' karya seniman bernama Shin Yuna.

Kanvasnya ditata di tembok satu ukuran, itu menunjukkan betapa perfeksionis sang seniman. Hyunjin kemudian berdiam cukup lama, mengamati gambar hamparan bunga tebu yang menjulang bak ilalang. Yeji menghampirinya. "Apa ini adalah karya yang bersejarah?"

Hyunjin menoleh. Tergelak melihat Yeji memakai pakaian serba tertutup. Tudung jaket dipakai dikepala, talinya diikat sampai 'sret!' lalu kacamata hitam super besar seperti capung. Hahahaha-"Sudah lepaskan itu. Bagaimana paparazi bisa mengenalimu kalau begini?"

"Hyunjin oppa!"

Yeji menoleh cemburu. "Oppa?!"

Hyunjin mengusap puncak kepala Yeji. "Itu. Shin Yuna, adik tiriku. Kenapa?"

"A-ah. Adik tiri?"

"Cemburu ya?"

"Jangan jahil!" Yeji melengos mau pergi. Namun suara riang dan senyum ramah Yuna seolah tidak membiarkannya untuk beranjak.

"Eonni! Yeji eonni matcii?"

Yeji tertular energi positif itu lalu ikut tersenyum. "Hei. Iya."

"Eh, kalian sedang kagum sama lukisan ini ya? Ini adalah lukisan Hyunjin Oppa waktu SMP dulu. Lalu, aku repainting menggunakan cat dan kanvas baru. Aku juga tau kok, kalian sedang pacaran kan? Sshh, aku dapat info dari pacarku. Han oppa."

"Oalah." Yeji mendengus dengan lega. Dikiranya, Yuna adalah bibit pelakor yang kebanyakan drama. Rupanya cuma adik manis yang suka menjahili kakaknya.

"Oppa. Kamu gila ya. Yeji eonni itu artis, kenapa malah ngajak ngedate siang bolong begini." Yuna menatap sewot. Memeluk Yeji dan nempel padanya padahal baru pertama jumpa.

"Hutangku lunas. Aku sudah datang di pameranmu. Daripada menuduhku gak waras, lain kali revisi saja jadwal pamerannya jadi jam sebelas malam." Hyunjin berkata malas.

"Dasar nyebelin."

"Yeji, ayo pergi." Hyunjin menarik lengan pacarnya, menyisipkan jemari diantara genggaman penuh inimacy.

"Iya, tapi mau kemana?"

Kemana saja asal lolos dari Shin Yuna, mereka berdua lanjut mojok dan berdiri saling berhadapan di tempat parkir. Hyunjin berkata begini, "Sepertinya ada paparazi. Aku akan mencium-mu agar kita difoto dan jadi skandal, sesuai rencana."

"E-eh? Ciuman?"

Modus aslinya.

Geli-geli manja. Hyunjin membuka kacamata Yeji. Menaruh tangannya dengan lembut dibahu si artis. Dalam satu tarikan, ciuman tipu-tipu yang manis terjadi mengiritasi mata para jomblo.

Seketika bunyi kamera pun terdengar sayup berisik, jepretannya mungkin banyak sekali. Hyunjin bersemangat, kepalanya miring, memperdalam ciuman pada sang jelita yang dari tadi mendebarkan rasa dalam dada.

"Emh!"

"Jangan mundur-mundur. Rileks. Anggap saja sedang syuting."

Hyunjin mendorong Yeji untuk makin rapat ke tembok. Dia sendiri tidak bisa menahan diri. Segara meremas rahang kecil mungil itu sambil memagut penuh semangat.

5 menit berlalu sejak keduanya saling berciuman. Yeji terengah begitu tautan itu terlepas. Mata keduanya masih memandang satu sama lain. Disambar percikan rasa. Apalagi saat Hyunjin mengusap pinggir bibir Yeji pakai jempolnya. Aduh, makin merinding se-bulu roma.

"Berita kencan kita akan segera di blow up media. Siapkan mental saja, walau dibenci diawal semoga nama kita juga semakin terkenal. Maaf karena terpaksa menggunakan trik kotor untuk mencari popularitas. Sebagai gantinya, aku akan jaga rahasia kalau kau-adalah perempuan pesanan."

Yeji memberanikan diri mendekati laki-laki berambut gondrong itu, kemudian berbisik, "Saya ingat peribahasa, sudah terlanjur basah maka menyelam saja sekalian."

"Good. Ayo pulang."

"Nde, Hyunjin-sii."

ARTIST:part 1 [Yeji-Hyunjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang