Beruntung juga bagi Yeji. Hwang Hyunjin tidak seperti pria hidung belang yang ada di bayangannya. Laki-laki itu prestisius, necis, dan berkharisma.
Sehari-hari memakai setelan jas rapi, atau jika waktunya bersantai-Hyunjin selalu memakai kemeja polos dan celana kain baggy yang menjuntai sampai bawah mata kaki.
Alih-alih jadi 'tuannya'-sementara Yeji adalah 'budak pemuas', ternyata Hyunjin adalah personifikasi dari rumah. Tenang, nyaman, menggelimangi Yeji dengan perhatian. Yeji tidak tahu apa alasan sebenarnya namun Hwang Hyunjin kini jadi sosok paling greenflag dimatanya.
Keesokan paginya. Mereka tampak sarapan pagi di halaman rumah secara outdor, disuguhi roti panggang dan susu coklat nikmat.
Berduaan saja, duduk berhadapan di meja taman. Menggelar serbet di pangkuan sambil menunggu roti disiapkan. Hyunjin mengambil pisau lalu memotong roti menjadi 4 bagian. "Ada waktu setengah jam sebelum saya berangkat bekerja." Menyodor piring itu ke Yeji dengan act of service tidak terduga.
Yeji terkejut, menarik tangannya yang ditaruh diatas meja agar ada space untuk Hyunjin meletakkan piring. "Oh! Tidak perlu repot-repot, saya bisa sendiri Hyunjin-ssi."
"Kapan kamu libur dari jadwal syuting? Sebetulnya galeri seni 'Bidulgi' sedang mengadakan pameran. Jika tidak keberatan, bagaimana kalau kita kesana?" Hyunjin kemudian mengiris rotinya sendiri.
"Anda sangat menyukai seni?" Yeji mengunyah sambil mengerjap.
"Iya."
"Wah-"
"Cuma hobi. Tidak ada hubungan sama pekerjaan sekarang."
"Tapi itu luarbiasa." Yeji menatapnya dengan mata kagum. Terpaan angin lembut mengacak helai halus rambut si politikus yang agak gondrong. Semburat cahaya pagi yang meremang, menyinari wajah tampan Hyunjin yang sedang asik sarapan. Lalu. Nyut—jantung Yeji serasa diremas. Berdebar-debar namun denial jika ia malah terpesona.
"A.." tiba-tiba saja sepotong roti diangkat Hyunjin kearah Yeji, pria itu menampilkan gesture mulut terbuka khas orang yang sedang menyuapi, Yeji buru-buru maju dan memakan roti yang disodor Hyunjin kepadanya. Duduk kembali. Menutup mulut sekaligus wajahnya yang ayu tersipu setengah mati.
"Itu selai buatan sendiri. Saya ingin kamu mencobanya. Maaf ya kalau tidak sopan." Kata Hyunjin menyesap jempolnya saat setetes selai tertinggal disana.
Yeji terhenyak. Menggeleng sampai surai panjangnya bergoyang. "T-tidak apa-apa. Enak sekali. Ini strawberry kan?"
"Iya. Dicampur nanas sedikit supaya tambah segar."
Dap...drap..drap!
"Maaf, pak! Hasil rekapitulasi suara sudah keluar. Ini hanya simulasi namun persentasenya masih kecil sekali." Han Jisung, pegawai bawahannya tiba-tiba muncul membawa ipad yang menampilkan data statistik pemilihan umum.
Hyunjin seketika bangkit. "Hanya 12%?" Raut marah lantas mampir di wajah tampannya. Yeji menatap cemas sambil ikut berdiri. Menunduk sebentar menghormati keberadaan Han Jisung.
"Anyeonghaseyo."
"Eoh! Bwo?! Daebak! Astaga naga bonar! Hwang Yeji kan?!" Pria mirip tupai namun tampan itu nyaris melompat. Terkejut lebay saat ada artis k-drama yang manis, itu mengangguk padanya.
"Apa yang dikatakan koalisi?" Sambar Hyunjin." Apa mereka tidak percaya padaku lagi?" sibuk menggeser layar Ipad.
"Anu. Kita harus segera memilih solusi. Antara melakukan kampanye lagi atau membuat skandal agar nama Anda semakin melambung tinggi." Han lalu membantu Hyunjin menunjukkan beberapa stategi.
Hyunjin memijit dahinya. "Pengeluarkanku sudah cukup fantastis aku tidak bisa mengadakan kampanye untuk sementara."
Han berusul. "Aduh bagaimana ya? Opsi ke dua?"
Hyunjin menoleh kearah Yeji. "Skandal?"
Yeji terbelalak mundur selangkah. "J-jangan libatkan saya dengan urusan politik."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARTIST:part 1 [Yeji-Hyunjin]
FanficBagi artis yang kurang beruntung. Dijual tubuhnya oleh agency adalah jalan pintas agar karir terus bertahan. Bisnis sampingan yang terselebung tersebut menempatkan Yeji pada posisi sulit. Gadis itu dijebak, bahkan Hwang Hyunjin telah membelinya me...