Chapter 1: A meeting that changed everything

159 7 0
                                    

Happy reading yah di book ini🌸❤

***

Jake menghela napas panjang saat langkahnya berderap di koridor sekolah yang mulai lengang. Bel pulang sudah berdering beberapa menit lalu, dan dia masih saja terjebak di kelas, sibuk membereskan buku-bukunya yang berserakan. Hari ini terasa panjang dan melelahkan, tapi bukan hanya karena pelajaran. Ada sesuatu yang lebih membingungkan pikirannya dua pria yang hadir di hidupnya dengan cara yang berbeda, namun sama-sama membuat jantungnya berdebar tak menentu.

“Heeseung!” panggil Jake sambil setengah berlari ke arah lapangan basket. Matahari sore memancarkan sinar lembut di permukaan aspal, menciptakan bayangan panjang dari sosok Heeseung yang sedang duduk di tepi lapangan.

Heeseung menoleh dan tersenyum hangat, seperti biasa. Wajahnya yang tenang membuat siapa saja merasa nyaman berada di dekatnya. “Jake, udah selesai? Mau pulang bareng?”

Jake mengangguk sambil menghampiri Heeseung. “Iya, tadi guru biologi kepanjangan kasih tugas. Capek banget.”

Heeseung tertawa kecil. “Ya, makanya jangan sering ketiduran pas kelas. Lo jadi kena hukuman terus.”

Obrolan ringan seperti ini adalah hal yang Jake sukai dari Heeseung. Bersamanya, Jake selalu merasa seperti di rumah tenang, aman, dan diterima apa adanya. Namun, belakangan ada sesuatu yang berubah. Perhatian Heeseung terasa semakin dalam, lebih dari sekadar teman biasa. Jake bingung apakah ini hanya perasaannya saja atau Heeseung memang punya maksud lebih.

Tapi sebelum Jake sempat merenungkannya lebih jauh, sosok lain muncul dari belakang. Sunghoon, dengan wajah dinginnya yang khas, berjalan mendekati mereka tanpa ekspresi sedikit pun.

“Kalian lama banget,” ucap Sunghoon singkat, tatapannya tertuju pada Jake.

Jake menelan ludah. Di satu sisi, ada Heeseung yang hangat dan selalu membuatnya tersenyum. Di sisi lain, ada Sunghoon pria tampan dengan aura misterius yang membuat Jake selalu merasa tertantang. Sunghoon jarang bicara, tapi setiap kali dia muncul, kehadirannya selalu kuat.

“Sunghoon,” sapa Heeseung dengan nada datar. Meski mereka berteman, Jake tahu Heeseung tidak pernah benar-benar akur dengan Sunghoon. Ada ketegangan di antara mereka, sesuatu yang Jake tidak tahu pasti penyebabnya.

“Jake,” panggil Sunghoon, matanya tajam seperti biasa. “Gue anterin pulang.”

Jake terdiam, bingung harus bagaimana. Sunghoon tidak menunggu jawaban dan langsung melangkah pergi, seakan yakin Jake akan mengikutinya.

“Heh, Jake udah janji mau pulang bareng gue,” sahut Heeseung dengan nada lebih tajam dari biasanya. Itu jarang terjadi Heeseung hampir tidak pernah menunjukkan emosi seperti ini.

Jake merasa jantungnya berdegup semakin kencang. Apa-apaan ini? Dua pria paling menarik di sekolah sedang memperebutkannya di depan mata. Dan dia sama sekali tidak tahu harus bagaimana menghadapi situasi ini.

“Heeseung, Sunghoon, bisa nggak kalian berhenti bikin gue bingung?” Jake akhirnya membuka suara, frustasi. “Gue bahkan nggak ngerti kenapa kalian kayak gini...”

Sunghoon mendengus pelan, tapi tidak menjawab. Sementara itu, Heeseung menatap Jake dengan pandangan penuh rasa bersalah. “Maaf, gue nggak bermaksud bikin lo nggak nyaman. Gue cuma... nggak mau lo salah paham.”

Jake merasa lemas. Situasi ini lebih rumit dari yang ia bayangkan, dan sayangnya, perasaannya untuk keduanya semakin tidak jelas. Bersama Heeseung, dia merasa aman. Tapi bersama Sunghoon, ada sensasi tak terjelaskan yang membuatnya selalu penasaran.

Setelah beberapa saat hening, Jake akhirnya memutuskan. “Oke, gimana kalau hari ini gue pulang sendiri?”

Kedua pria itu tampak terkejut mendengar keputusannya. Tapi Jake tidak peduli. Dia butuh waktu untuk berpikir, untuk memahami perasaannya sendiri sebelum semuanya semakin rumit.

“Jake...” panggil Heeseung pelan, tapi Jake hanya menggeleng. “Maaf, Hee. Gue cuma butuh waktu.”

Sunghoon tidak berkata apa-apa, hanya menatap Jake dengan sorot mata tajam yang sulit ditebak artinya. Tanpa menunggu lebih lama, Jake melangkah pergi meninggalkan mereka berdua. Angin sore berembus lembut, tapi perasaan Jake tetap kacau.

---

Di perjalanan pulang, Jake tidak bisa berhenti memikirkan apa yang baru saja terjadi. Apa sebenarnya yang ia rasakan? Apakah dia hanya terlalu sensitif, atau memang ada sesuatu di antara mereka bertiga?

Dia tahu satu hal pasti ini bukan sekadar persahabatan biasa. Baik Heeseung maupun Sunghoon menyimpan perasaan yang lebih dalam. Dan cepat atau lambat, Jake harus membuat keputusan.

Namun, itu bukan hal mudah. Di satu sisi, Heeseung selalu ada untuknya dengan sikap ramah dan perhatian. Tapi di sisi lain, Sunghoon dengan sikap dinginnya selalu berhasil membuat Jake merasa spesial, meski dengan caranya yang aneh.

“Hah... kenapa semuanya jadi ribet gini?” gumam Jake sambil mengacak rambutnya sendiri.

Dia tahu dia tidak bisa lari selamanya. Cepat atau lambat, dia harus memilih antara Heeseung dan Sunghoon. Tapi untuk saat ini, dia hanya ingin menikmati waktu sendirian mencoba mencari jawaban di tengah kekacauan perasaannya.

---

Di tempat lain, Heeseung dan Sunghoon berdiri diam di lapangan basket yang mulai sepi. Tak ada kata yang diucapkan di antara mereka, tapi ketegangan terasa jelas.

“Lo nggak akan bisa bikin Jake suka sama lo,” ucap Heeseung akhirnya, suaranya datar tapi penuh maksud.

Sunghoon hanya tersenyum tipis, tatapan matanya tajam. “Lo nggak tahu apa-apa, Heeseung.”

Heeseung mengatupkan rahangnya. Persaingan ini baru saja dimulai.

---

Bagian pertama dari cerita cinta segitiga ini baru permulaan, dan Jake tahu bahwa pilihannya akan menentukan segalanya. Tapi untuk saat ini, dia hanya bisa berharap ada cara agar semuanya tidak berakhir dengan menyakiti seseorang. Sayangnya, dalam cinta, tak ada yang sesederhana itu.

---

Jangan lupa Votement nya ya (^v^)
Maaf klo gk jls atau ada typo

Triangle Love (Heejakehoon) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang