chapter 8: Between Wounds and Promises

22 3 0
                                    

Pagi itu, Jake melangkah masuk ke sekolah dengan pikiran berkecamuk. Sudah tiga hari Heeseung menghilang tanpa kabar, dan dia tidak tahu harus berbuat apa. Meskipun Sunghoon selalu ada di sisinya, rasa bersalah itu tetap membayang.

Saat Jake menuju loker, dia bertemu dengan Sunghoon yang sudah menunggunya di sana. Dengan ekspresi dingin seperti biasa, Sunghoon langsung tahu ada sesuatu yang mengganggu pikiran Jake.

“Masih mikirin Heeseung?” tanyanya tanpa basa-basi.

Jake hanya bisa mengangguk pelan. Dia tahu Sunghoon tidak suka membahas ini, tapi dia tidak bisa menahan diri.

Sunghoon menutup loker Jake dengan cepat dan menariknya sedikit menjauh dari keramaian. “Jake, kamu udah janji sama aku. Jangan terus-terusan mikirin dia.”

Cieee aku kamu 🤭🤭

“Aku cuma khawatir. Aku nggak tahu dia di mana...” Jake menunduk, merasa bingung dengan dirinya sendiri.

Sunghoon menatap Jake dengan tajam. “Kalau dia pergi karena nggak bisa nerima kenyataan, itu bukan salah kamu.”

Jake terdiam sejenak, lalu akhirnya mengangguk. Sunghoon benar, dan dia harus mulai fokus pada apa yang ada di depan matanya yaitu Sunghoon.

---

💬Pesan Tak Terduga💬

Malam itu, Jake sedang duduk di ranjangnya ketika ponselnya berbunyi. Dia mengambilnya dan melihat pesan dari nomor tak dikenal:

"Jake, gue butuh ketemu. Gue tunggu di taman dekat sekolah."

Jake merasa jantungnya berdegup kencang. Dia tahu siapa yang mengirim pesan itu Heeseung.

Tanpa berpikir panjang, Jake segera mengambil jaketnya dan berjalan keluar, meski malam sudah larut. Sunghoon yang biasanya menjemputnya tidak tahu soal ini, dan Jake tidak ingin membuat Sunghoon khawatir.

---

🦮Pertemuan dengan Heeseung🦌

Di bawah langit malam yang gelap, Jake menemukan Heeseung duduk di bangku taman, terlihat murung. Wajahnya menunjukkan kelelahan, dan ada bayangan kesedihan di matanya.

“Heeseung...” Jake memanggil pelan saat mendekat.

Heeseung menoleh, dan untuk pertama kalinya, Jake melihat sahabatnya itu tersenyum pahit. “Lo dateng...”

Jake duduk di sebelahnya, merasa hatinya berat melihat keadaan Heeseung yang begitu rapuh. “Kenapa lo tiba-tiba pergi? Gue khawatir...”

Heeseung menghela napas panjang. “Gue butuh waktu buat terima semuanya. Gue pikir gue bisa kuat, tapi ternyata enggak.”

Jake menggigit bibirnya. “Gue minta maaf, Heeseung. Gue nggak pernah bermaksud nyakitin lo.”

Heeseung mengangguk pelan. “Gue tahu. Lo nggak salah, Jake. Ini cuma... terlalu berat buat gue.”

Mereka terdiam sejenak, hanya ditemani suara angin malam yang berhembus pelan. Jake merasa bahwa ini adalah salah satu perpisahan paling menyakitkan dalam hidupnya.

“Gue cuma pengen lo bahagia,” ucap Heeseung akhirnya. “Kalau Sunghoon bisa bikin lo bahagia, gue bakal mundur.”

Jake merasa matanya panas. “Gue nggak akan pernah lupain lo, Heeseung.”

Heeseung tersenyum tipis, meski ada air mata di sudut matanya. “Gue juga nggak akan lupa. Tapi mulai sekarang, kita jalan di jalur masing-masing.”

---

🦮Sunghoon yang Menunggu🐧

Saat Jake pulang ke apartemen Sunghoon, pria itu sudah menunggunya di depan pintu dengan ekspresi datar namun penuh arti.

“kamu dari mana?” tanya Sunghoon pelan tapi penuh ketegasan.

Jake merasa sedikit bersalah, tapi dia tahu bahwa dia harus jujur. “aku ketemu Heeseung... buat terakhir kali.”

Sunghoon terdiam sejenak, lalu mendekat dan menarik Jake ke dalam pelukannya. “Selama kamu udah milih aku, itu cukup.”

Jake memejamkan matanya di dalam pelukan Sunghoon, merasa hangat dan aman. Dia tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, tapi selama Sunghoon ada di sisinya, dia tidak takut menghadapi apa pun.

“aku nggak akan ninggalin kamu, Jake,” bisik Sunghoon.

Jake tersenyum dalam pelukan itu. “aku juga, Sunghoon. Selamanya.”

---

Triangle Love (Heejakehoon) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang