"Jika sifat mu adalah sebuah buku. Maka saya akan membaca buku itu demi memahami dirimu."
Hai apa kabar?Happy Reading!!
3. Three Wishes
Alnair menyandarkan tubuh ke dinding saat Reya keluar dari kamar. Mata cowok itu otomatis menyapu penampilannya—seragam ketat, rok sedikit lebih pendek dari biasanya, dan make-up tebal yang membuatnya terlihat lebih dewasa.
Dibanding kemarin pagi saat bangun tidur dengan wajah polos, ini jelas kontras.
Tapi yang membuat Alnair lebih kesal adalah cara gadis itu berjalan. Begitu saja, tanpa melihatnya. Seolah kehadirannya tidak ada.
"Reya."
Gadis itu tetap melangkah, berpura-pura tak mendengar. Sungguh, antara takut dan kesal atas perlakuan Alnair semalam. Baru satu hari berada di Indonesia Alnair sudah berhasil mengusik ketenangannya. Apalagi jika selamanya, jangan sampai itu terjadi.
Alnair menarik pergelangan tangannya, memaksanya berbalik. Tatapannya meneliti Reya dari atas ke bawah, ekspresinya datar tapi tajam.
Reya menepis tangannya kasar. "Apaan sih?" Tanya Reya geram.
"Tidak salah? Pergi ke sekolah dengan penampilan kayak gini?" Alnair terlihat keheranan.
Alis Reya menegang. Dia bukan tipe yang gampang tersinggung, tapi nada suara Alnair berhasil membuat emosinya naik.
"Bukan urusan lo," sahutnya ketus.
Alnair menyeringai, senyum yang sukses membuat Reya makin geregetan. "Kayak mau kondangan." cetus Alnair dengan santai.
Reya menggeram, matanya membulat atas apa yang baru saja didengar. "Orang-orang bilang gue cantik, lo aja yang buta."
Alnair mendekat selangkah. "Iya, kalau nggak dempul."
Wajahnya datar, auranya dingin, sikapnya seolah paling benar. Tapi siapa sangka, mulutnya lebih lemes dari yang dikira.
Reya nyaris meledak kalau saja tidak ingat waktu. Tangannya mengepal, tapi ia memilih berbalik, menahan diri. Berusaha mengalah untuk kali ini.
Alnair menyelipkan tangan ke saku celana, suaranya terdengar santai. "Jangan lupa, temani saya berkeliling kota."
"Ga sudi," bentak Reya tanpa menoleh.
Alnair menatap punggung Reya yang menjauh, lalu menghela napas kecil. Meskipun jutek, tetap Reya adalah gadis yang lucu dan cantik bagi Alnair.
"Dasar bocah," gumamnya, tapi ada senyum samar di sudut bibirnya.
_________
"Lo suka balik lagi ke Indonesia?" Rigel meletakkan cangkir ke meja, matanya melirik Alnair yang duduk santai di seberangnya.
"Lumayan lah," jawab Alnair singkat, seolah balik ke negara asalnya bukan hal yang perlu dibesar-besarkan.
Rigel Cakrawala Antariksa—nama yang begitu indahnya buat orang seberisik dia. Tertawa kecil, terkekeh gemas mendengar jawaban sahabatnya.
"Harusnya lo senang balik ke Indonesia. Lumayan, bisa pendekatan lagi sama baby lo, " tutut Rigel dengan nada menggoda.
Alnair mendesah pelan, menatap Rigel dengan jengah. "Terserah lo, Rigel."
Sama. Rigel tetap menyebalkan seperti dulu. Semakin dewasa ternyata Rigel semkin menyebalkan. Namun, tidak dapat di pungkiri jika Rigel salah satu sahabat terbaik yang selama ini Alnair miliki.
![](https://img.wattpad.com/cover/312163300-288-k917395.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alnair: He's Perfect
Teen FictionAlnair Mahagra. Seorang CEO muda yang memiliki banyak prestasi diusianya yang masih 23 tahun. Sejak kecil, hidupnya penuh tuntutan dari sang Kakek dan ayahnya. Didikan yang keras membentuknya menjadi pribadi yang tegas. Ketika masih duduk dibangku...