6. Dipaksa Sempurna

18 5 0
                                    

"Harus mengikuti alur manusia itu menyakitkan."


Please bacanya jangan loncat-loncat supaya kalian paham jalan ceritanya ❗

6. Dipaksa Sempurna

Alnair masih setia melihat sang Kakek yang kini tengah bermain golf di belakang kediamannya yang begitu luas. Rumah bergaya Eropa ini memiliki golf course khusus untuk memenuhi kesenangan sang Kakek, Renaldi Bumantara.

Renaldi menyudahi permainannya ketika merasa ada seseorang yang mengawasi aktivitasnya. Pria lanjut usia itu tersenyum senang ketika mengetahui cucu kesayangannya yang datang. Sudah lama Renaldi mendengar kabar Alnair pulang ke Indonesia, tapi cucunya itu baru berkunjung sekarang.

"Kenapa baru berkunjung?" tanya Renaldi. Aura intimidasi pria itu sama dengan Alnair.

Terlebih dahulu Alnair mencium telapak tangan sang Kakek dengan sopan. Meskipun Alnair membencinya ia tetap menghormati pria tua ini.

"Maaf, saya baru sempat."

Renaldi berjalan terlebih dahulu menuju tempat khusus setelah berolahraga. Alnair mengikuti pria tua itu dari belakang dengan perasaan campur aduk.

Rumah besar ini adalah saksi dimana Alnair dididik begitu keras oleh sang Kakek. Alnair dipaksa harus mengikuti semua keinginan Kakeknya, Alnair dipaksa untuk mendapatkan nilai yang sempurna, Alnair dipaksa harus jago bela diri. Dan sekarang, orang-orang menyebut Alnair tumbuh dengan sempurna. Itulah yang menjadi salah satu alasan Alnair harus tetap bersikap sopan terhadap Kakeknya.

Alnair tidak tumbuh bersama orangtuanya, tetapi Alnair tumbuh bersama Kakeknya.

"Jujur, saya masih kecewa, saat mengetahui keputusan kamu untuk tinggal di Belanda." Renaldi menatap Alnair begitu dalam.

Ada rasa sayang yang sulit untuk Renaldi ungkapkan. Cara Renaldi mendidik Alnair itulah sebagai ungkapan sayangnya.

"Itu sudah menjadi keputusan lama," ucap Alnair dengan lembut.

Alnair tidak suka jika keputusannya selalu diungkit dan tidak dihargai. Alnair menganggap bahwa dirinya punya hak untuk tinggal di Belanda, bersama sang Ayah. Jelas, itu tidak salah.

"Tapi saya bangga, dengan gelar yang kamu dapatkan, Alnair Mahagra."

Alnair tersenyum simpul mendengar pujian itu. Kakeknya memang keras kepala, namun Renaldi selalu menghargai usahanya.

"Itu berkat didikan anda, Kek."

"Saya dengar, saham perusahaan Ayah kamu naik?" tanya Renaldi, dengan mata fokus pada pemandangan sekitar.

Alnair hanya menjawab lewat senyuman. Sudah tahu arah pembicaraannya akan kemana membuat Alnair harus siap.

"Padahal saya sangat berharap, kamu bisa melanjutkan bisnis saya juga."

"Saya belum siap untuk itu," jawab Alnair berusaha tenang.

Renaldi kembali menatap Alnair dengan lekat. Banyak harapan yang Renaldi gantungkan pada sosok Alnair. Renaldi tahun betul bagaimana kecerdasan Alnair yang sangat mampu dalam mengurus segala hal. Jadi wajar saja jika Renaldi begitu berharap pada cucunya itu.

Alnair: He's PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang