CHAPTER VI

26 2 0
                                    

Sesampainya di rumah sakit, Bagas segera membawa Hendra ke bagian darurat. Dokter dan perawat langsung menangani Hendra yang terlihat lemah. Bagas cemas menunggu di luar ruang perawatan, mengingat kembali bagaimana kejadian itu bisa terjadi.

Setelah beberapa saat, dokter keluar dan memberitahukan bahwa Hendra hanya mengalami luka ringan dan kelelahan. Namun, dia perlu istirahat dan tidak boleh banyak melakukan aktivitas selama beberapa hari.

Bagas merasa lega mendengar kabar itu. Dia segera masuk ke ruang perawatan dan melihat Hendra yang sedang terbaring. "Syukurlah kamu baik-baik saja," ujar Bagas sambil tersenyum.

Hendra membuka matanya dan tersenyum lemah. "Maaf sudah merepotkanmu," katanya. Bagas menggelengkan kepala. "Yang penting kamu sembuh. Kita masih punya banyak rencana yang harus dijalani."

Setelah beberapa jam, hendra di perbolehkan untuk pulang. Bagas mengantarkan hendra untuk pergi ke dalam mobilnya. Di perjalanan pulang, mereka berbicara tentang hal-hal ringan, mencoba melupakan kejadian yang baru saja terjadi.

Sesampainya di rumah, Hendra merasa bersyukur memiliki pacar sebaik Bagas, Walau kadang kadang dia sedikit posesif dengan dirinya.

Bagas lalu pergi ke dapur untuk memasakkan sup hangat untuk Hendra. Hendra bisa mendengar suara peralatan dapur yang berdenting, menandakan Bagas sedang sibuk menyiapkan makan malam. Aroma harum dari dapur mulai menyebar, membuat Hendra merasa nyaman dan lapar.

Tak lama kemudian, Bagas muncul dengan mangkuk sup di tangan, wajahnya dipenuhi senyum. “Ini dia, sup hangat spesial untukmu,” ucapnya dengan ceria. Hendra tersenyum, merasa terharu dengan perhatian Bagas. “Terima kasih, Sayang. Kamu selalu tahu cara membuatku merasa lebih baik,” jawab Hendra.

Bagas duduk di samping Hendra dan mulai menyuapi dia dengan lembut. Hendra menikmati setiap suapan, merasakan kehangatan sup dan kasih sayang yang dituangkan Bagas. “Kamu harus makan banyak supaya cepat sembuh,” kata Bagas sambil sesekali memperhatikan ekspresi Hendra.

Hendra menatap Bagas dengan penuh cinta. “Kamu tahu, kadang aku merasa kamu terlalu perhatian. Tapi aku suka itu. Rasanya aman dan nyaman bersamamu.” Bagas mengangguk. “Aku hanya ingin melindungimu. Kamu sangat berarti bagiku.” Ucap bagas.

[Ceilah gas bagas, orang kamu kadang sering Mukulin si hendra.]_ author

Setelah selesai makan, Hendra merasa lebih baik. Mereka berdua duduk di sofa, membahas berbagai hal sambil menonton film. Bagas tetap memegang tangan Hendra, menciptakan rasa dekat yang membuat Hendra merasa bahagia.

“Kalau nanti kita pergi jalan-jalan, apa kamu mau pergi ke pantai?” tanya Hendra. Bagas tersenyum, “Tentu saja! Aku ingin sekali menghabiskan waktu bersamamu di sana.”

Malam itu, mereka berbagi tawa dan cerita, menikmati kebersamaan yang penuh kasih. Hendra tahu bahwa dengan Bagas di sampingnya, dia bisa melewati segala rintangan. Cinta mereka tumbuh semakin kuat, menghadapi dunia bersama.

Namun, cinta itu sepertinya hanya sementara. Suatu malam, saat mereka duduk bersama, Bagas melihat Hendra yang sedang asyik memeriksa ponselnya. Tiba-tiba, sebuah notifikasi muncul dari aplikasi pesan—sebuah chat dari seorang cewek yang tampaknya adalah teman masa sekolah Hendra. Rasa cemburu dan curiga melanda hati Bagas.

Meski dorongan untuk marah dan memukul Hendra muncul dalam pikirannya, Bagas menahan diri. Hendra baru saja pulang dari rumah sakit dan masih dalam pemulihan. Dengan napas dalam, Bagas berusaha mengatur perasaannya. “Siapa itu?” tanyanya, suaranya berusaha terdengar tenang.

Hendra menoleh, sedikit terkejut. “Oh, itu Nia. Dia cuma nanya kabar aku setelah kejadian kemarin.” Jawaban Hendra yang polos membuat Bagas merasa agak tenang, tapi tetap ada rasa cemas yang menggelayuti hatinya.

POSESIF || BXBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang