Bagas dan Hendra duduk di dalam fila, tempat yang mereka pilih untuk bersantai setelah seharian beraktivitas. Fila tersebut adalah kafe kecil yang cozy, dihiasi dengan lampu hangat dan nuansa yang tenang. Mereka menikmati secangkir kopi dan makanan ringan, berbagi cerita sambil tertawa.
Hendra, yang masih merasa manja setelah digendong di pantai, mengaduk-ngaduk minumannya. “Sayang, aku suka sekali suasana di sini. Rasanya nyaman banget,” ucapnya sambil melirik Bagas. Bagas tersenyum, “Aku juga. Senang bisa menghabiskan waktu berdua seperti ini.”
Hendra menatap Bagas dengan mata bersinar, “Kamu tahu, aku sangat bersyukur punya kamu di hidupku. Selalu ada untukku.” Bagas merasakan hangat di dadanya. “Aku juga. Setiap momen bersamamu sangat berarti.”
Tiba-tiba, Hendra mengedipkan mata dan berkata, “Coba tebak, siapa yang paling manja di sini?” Bagas tertawa. “Hmm, sepertinya itu kamu!” Hendra tertawa terbahak-bahak, wajahnya tampak ceria.
Mereka melanjutkan obrolan ringan, berbagi cerita tentang impian dan rencana masa depan. Hendra, yang selalu penuh semangat, mengungkapkan keinginannya untuk traveling. “Kita harus menjelajahi tempat baru, pergi ke pantai lagi atau mungkin mendaki gunung!” katanya.
“Setuju! Aku ingin melihat senja di puncak gunung bersamamu,” jawab Bagas, membayangkan momen indah itu. Hendra tersenyum lebar, membayangkan berbagai petualangan yang bisa mereka lakukan bersama.
Setelah beberapa saat, Hendra mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto-foto lama mereka. “Lihat ini, kita terlihat lucu sekali!” ucapnya sambil menunjukkan foto mereka saat pertama kali bertemu. Bagas menggelengkan kepala, “Iya, kita memang konyol. Tapi itu bagian dari cerita kita.”
Hendra melirik Bagas dengan tatapan nakal. “Kalau kamu mau, kita bisa bikin foto baru yang lebih konyol di sini.” Bagas menantang. “Oke! Ayo kita lakukan!”
Mereka berdua berdiri di sudut kafe, berpose dengan berbagai ekspresi lucu. Hendra berusaha memeluk Bagas dari belakang, sementara Bagas berusaha menciptakan pose dramatis. Tawa mereka mengisi ruangan, menarik perhatian beberapa pengunjung lainnya.
Setelah sesi foto, mereka kembali duduk dan melanjutkan minum kopi. “Kamu bikin hariku jadi lebih ceria,” kata Hendra dengan tulus. Bagas tersenyum, “Aku senang bisa membuatmu bahagia. Itulah yang aku inginkan.”
Saat senja mulai tiba, suasana dalam fila semakin hangat. Mereka saling bertukar tatapan, menyadari betapa berartinya kehadiran satu sama lain. Dalam momen sederhana itu, mereka merasa saling terhubung lebih dalam, menguatkan cinta yang telah mereka bangun.
Dengan penuh rasa syukur, Hendra menggenggam tangan Bagas. “Ini adalah salah satu momen terbaik dalam hidupku.” Bagas mengangguk, merasakan betapa kuatnya perasaan di antara mereka. “Dan kita masih punya banyak momen indah yang menanti.”
Mereka memutuskan untuk pulang karena besok sudah mulai kulia. Bagas dan Gendra mulai priper dan mulai memasukkan barang barang ke dalam mobil.
Mereka pun mulai berjalan dan melajukan gas mobil mereka. Bagas kini tidak membawa mobilnya dengan kebut kebutan lagi. Sepertinya dia sudah trauma.
Setelah satu jam perjalanan mereka berdua pun sampai ke rumah mereka. Hendra dan Bagas mengambil barang barang mereka dan masuk ke dalam rumah.
Tidak ada angin dan hujan tiba tiba Hendra menjatuhkan dirinya ke atas tubuh bagas dengan manja. Bagas langsung menanggapi hendra dengan rasa geman sekaligus heran.
"Kamu kenapa sayang?" Tanya bagas dengan penuh tasa gemas kepada Hendra.
"aku capek.. boleh ka saya beristirahat di atas tubuh kamu sayang. Kamu adalah pacar ku yang paling ganteng dan juga pintar." Ucao hendra
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESIF || BXB
Short StoryDosen GILA. "Dosen bajingan, gue cowok bangsat." "iyaa cantik." maaf ya kalo namany nggak ganteng. males mikir nama ganteng soalnya. ror