Revisi setelah end
Suara arus air mengalir seperti alunan musik Inda. Pohon-pohon bergoyang kesana kemari. Cahaya mentari begitu terik. Bunyi gesekan daun yang di sebabkan oleh Angin.
"Kak, kejar aku kalo bisa," ucap Dion.
Tubuhnya kurus, kulit yang sowo matang. Dan celana yang seperti sudah di pakai cukup lama. Pakaiannya sobek dengan noda hitam di mana mana.
"Awas kamu, ya, nanti kalau ke tangkap kakak nggak biarin lolos," seru Daniel.
Kedua saudara itu sedang menikmati indahnya Pantai di siang hari. Baju yang di kenakan oleh Daniel tak jauh beda dengan apa yang di gunakan Dion.
Mereka tinggal di tempat kecil di pesisir Pantai. Ibunya yang tuli serta memiliki penyakit membesarkan mereka berdua sendirian. tanpa adanya sosok Ayah.
"Udah mainya, yok, kita pulang. Ibu pasti menunggu kita," teriak Daniel kepada Adiknya.
Dion mengangguk kemudian berkata. "Iya, tunggu sebentar, Aku ingin menangkap ikan untuk kita makan," balas Dion.
"Biar kakak bantuin biar cepat." Daniel bergegas menuju ke arah ikan berenang.
Daniel menghalangi jalan dengan mengunakan Kainnya. Sedangkan Dion dengan Sigap menghalangi jalan ikan itu untuk lari.
Mereka menangkap ikan cukup lama. Tanpa tak sadar bahwa langit sudah berubah menjadi jingga. Namun pada akhir ikan itu dapat di tangkap walaupun tidak begitu besar.
"Yok, cepat udah sore nanti ibu kwatir," ucap Daniel pergi ke tepi terlebih dahulu.
Mereka saling menatap beberapa menit kemudian tertawa.
"Tadi seru sekali, ya," seru Dion.
Daniel tersenyum melihat adiknya itu. Daniel mengacak Rambutnya Adiknya itu kemudian berlari kencang. Dion yang kesal pun mulai mengajar Kakaknya.
Langit sore terbentang dengan siluet warna jingga. Bunyi lantunan ombak seperti lagu alami yang tak bisa di tandingi.
_______________
"Kami pulang," ucap mereka serempak.
Dion langsung berlari kencang menuju Dapur menaruh ikan hasil tangkapan mereka. Daniel menyusul dari belakang betapa bahagianya dia mendapatkan seekor ikan.
"Ibu-ibu, kami mendapat ikan," tunjuknya.
Dion berbicara seraya menggerakkan tangannya secara acak. Seperti seseorang yang sedang mengunakan bahasa isyarat.
Iya, ibu Daniel tak bisa berbicara. Mungkin karena ibunya tuli pikir, Daniel. Dion mengangkat beberapa kayu untuk di bakar. Tanggahan dua tongkat yang ukuran sama yang terikat oleh kawat.
Daniel menggantung Panci yang berisi beras mentah, di atas kobaran Api. Dion membakar ikan sekaligus memasak nasi bersama kakaknya.
Ibu hanya mengerjakan tugas kecil seperti, mencuci atau menyapu lantai.
Ukuran rumah ini tidak begitu besar. Hanya ada ruang tamu, dua kamar dan satu dapur kecil.
Mereka menaruh makanan di atas meja yang usang.
Mereka bertiga menikmati makanan mereka dengan tawa. Walaupun hanya seekor Ikan kecil, tapi itu sudah lebih dari cukup. Tak jarang mereka hanya memakan sayuran setiap hari karena keterbatasan ekonomi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenggelam dirasa bersalah
General FictionDaniel harus hidup menderita bersama adik dan ibunya dalam kemiskinan. Ayahnya yang sudah tiada meninggalkan hidup yang begitu pelik kepada mereka bertiga. Daniel Anak pertama yang tidak sanggup melihat ibunya yang memiliki ganguan pendengaran dan s...