Revisi setelah end.
Sang Surya menyinari bumi, awan-awan terbang seperti kapas yang ditiup angin. Langit biru terang terbentang di luas di atas sana. Sinar mentari menerpa seng Sma bahkti Husada.
Sosok pria tampan dengan gengnya berjalan bersama menulusuri di koridor sekolah. Teriakkan para siswi bergema di sela-sela koridor. Mereka meneriaki lelaki tampan yang lewat, termasuk Sara dan teman.
"Sara coba lihat deh yang di tengah itu, beh, dia ganteng banget gila. Selera gua banget," bisik Putri temanya Sara.
"Iya, sih put aku setuju, tapi entah kenapa dia mirip banget sama Abang ku, ya?" Heran Sara, tapi malah di hiraukan oleh temannya.
Sara mendongak lalu mencubit perut Putri. "Kamu dengar gak, apa yang aku bilang?" tanya Sara dengan penuh emosi mencubit Putri.
Putri mringis kesakitan. "Iya aku dengar," ucap Putri yang terus menerus menatap ketiga pria itu sampai tak terlihat lagi.
Karena hanya di tanggapi seadanya, Sara hilang mood untuk berbicara. Ia menatap malas kepada putri lalu berjalan ke kelas. Sena kelas 10 B bersama temanya sedangkan ketiga pria tadi di kelas A, jadi Sara tak terlalu mengenal mereka. Ia juga malas menjadi fans berat mereka seperti teman teman perempuannya.
Sesampainya di kelas, Sara duduk di kursi ketiga berpingiran dengan Putri. Ruang kelas B pagi ini amat ribut. Kertas-kertas di lempar sembarang, suara teriakan, dan kejar-kejaran sering terjadi ketika jam kosong.
Ningg.....
Jam istirahat pun tiba. Sara dan sahabatnya pergi ke kantin. Setibanya mereka antrian panjang sejauh mata memandang, dari kejauhan Geng yang biasa di panggil dengan geng Andromeda itu sedang berjalan menuju tempat Sara dan putri berdiri.
Walaupun terlihat nakal, tapi sifatnya mereka jauh berbeda seperti apa yang di katakan, teman kelasnya. Yang ia dengar jika Geng Andromeda sering menyela orang dan selalu membuat onar nyatanya mereka masih antrian dan sabar menunggu.
Akhirnya giliran Sara tiba, sara memesan nasi telur dengan minima jus strawberry kesukaannya kemudian berbalik. Sara menunggu Putri di Kursinya. Tak lama temannya itu menuju ke meja yang sedang Sara duduki.
"Sudah, Put? Gimana rasanya di temanin oleh tiga bodyguard, wkwkw," seru Sara mengejek temanya seraya memukul pelan bahu Putri.
"Gak bisa di pungkiri, kamu tau gak aku deg-degan banget, kamu jahat, ihh ninggalin aku sendiri di sana." Putri melipat lengannya di dada lalu menghadap ke samping seolah-olah sedang marah.
"Ehh malah marah bukannya malah senang, ya? Kapan lagi bisa bertiga apa berempat? Pokoknya gitu langkah loh, kalo bisa berdiri bareng mereka." Sara berusaha membujuk teman satunya ini kalo di marah bisa berabe lagi nanti.
"Iya juga, ya, heheh.... Makasih. Pokoknya kamu teman paling debes bangat," serunya memeluk erat tubuh Sara.
Sara menepuk-nepuk lengan Putri agar melepaskan pelukan itu. "Sudah-sudah lepasin makan dulu gih nanti nasinya dingin." Sara mengingatkan.
Putri melepaskan pelukannya lalu lanjut menyantap nasi goreng. Belum sampai Sara memasukan sesuap nasi ke dalam mulut. tiba-tiba saja ada seseorang yang langsung duduk di meja mereka.
Sara mendongak menatap siapa yang duduk di depan itu.
Dung....
Alangkah terkejutnya Sara melihat salah satu dari geng Andromeda itu sedang duduk melihatnya.
"Hai, namaku Dion dari kelas A, salam kenal, ya." Dion menjulurkan tangan kepada Sara. Sara masih termenung ini masih sulit di percaya, jarang sekali Anggota Andromeda mengenalkan dirinya kepada siswi apalagi, Sara bukan salah satu dari fans mereka.
"Hai, kamu mendegarku," tanya Dion melambaikan tangannya di mata Sara.
Putri menyenggol lengan Sara. "Sara, Sara tuh ada yang ngajak kamu kenalan, gak baik di Diamin, Sarah," bisik Putri terus menyenggol terus lengannya.
Akhirnya Sara pun sadar, dengan tangan yang masih bergerak ia mulai menjabat lengan Dion. "Panggil Sarah aja," ucap Sara mengangguk seraya tersenyum.
"Oh, Sara, ya, nama yang cantik seperti orangnya," ucap Dion dengan senyuman terukir di wajahnya, gigi putih terlihat ketika tersenyum lebar.
"Ehh kak Dion ada gerangan apa kemarin," tanya Sara
Dion berpikir sebentar sambil melihat atap. "Hmm.... Pengen kenalan aja," jawab Dion sekenanya.
Tak ada lagi percakapan lagi setelah itu Dion pergi bersama temannya ke kelas karena jam istirahat sudah berakhir. Di perjalanan menuju kelas Putri tetap saja membahas perihal yang tadi membuat Sara malas menanggapinya.
"Sara pasti kak Dion suka sama kamu, dari gerak geriknya aja udah kelihatan, masa kamu ga peka peka sih," dengus Putri yang menyebabkan banyak mata melirik mereka.
"Suara mu bisa di tahan dulu? Tuh lihat banyak bangt yang lihatin kita," bisik Sara menunduk malu saat pasang mata melihat mereka.
"Maaf hehe.... Namanya juga ga sengaja. Tapi menurut ku sih gitu, jadi gimana kalo dia beneran suka sama kamu." Putri melanjutkan perkataannya tadi membuat Sara tak tau harus merespon apa, alhasil ia mempercepat langkahnya meninggalkan Putri. Sara tak mau berlama-lama membahas itu banyak masa PATA terus memperhatikannya. Membuat Sara tak nyaman.
Putri melihat temanya meninggalkan sendiri menyusulnya ke dalam kelas. Saat di kelas ia melihat Sara termenung melihat ke luar jendela.
"Sara aku-"
"Aku tak ingin membahasnya dulu, aku tak enak di lihat banyak orang," jelas Sara memotong perkataan Putri.
Putri pun mengerti. Ia menghela nafas berat lalu duduk di santai di atas meja. Guru masuk mereka berdua tak berbicara selama pembelajaran.
Ningg....
Pembelajaran hari ini telah selesai. Sara melihat Headphone nya yang sudah menunjukkan. Jam 15.45. ia melihat pesan di handphone genggamannya. Dengan satu klik pesan itu terbuka. Menampilkan caht kakaknya.
Sara membalas chat Abang dengan stiker sembari berjalan menuju gerbang kali ini dia sendiri, Karena Putri sibuk dengan Organisasi. Sebenarnya Putri hari ini juga harus kumpul untuk rapat, tapi dikarenakan ia ingin izin dulu selama 2 hari untuk istirahat.Sesampainya di gerbang belum terlihat juga Abanya. Banyak kerumunan berlalu lalang sampai-sampai Sara harus menegekan agar bisa melihat ke depan. Selama beberapa menit siswi mulai berkurang hanya menyisakan beberapa.
Tiba-tiba orang yang baru ia kenalin berhenti di depannya.
"Rumah kamu di mana?" Dion bertanya
"Gak terlalu jauh dari sini kenapa?" Balas Sara balik bertanya.
"Ayok, aku anterin pulang aja gimana," tawar Dion, jikalau ada Putri mungkin, mulut putri ga bisa diam. Mungkin dia akan teriak-teriak mendorong ku untuk ikut, untunglah hari ini dia tidak ada.
"Gak usah makasih, ya aku sudah janjian sama abangku untuk tunggu di sini," tolak Sara menjawab apa adanya.
Dion mengangguk. "Yaudah aku pamit dulu ya," ucap Dion yang kian menjauh motornya mulai tak terlihat lagi. Sarah duduk sendiri di gerbang sekolah menunggu kakanya.
Jangan lupa vot and komen
KAMU SEDANG MEMBACA
Tenggelam dirasa bersalah
General FictionDaniel harus hidup menderita bersama adik dan ibunya dalam kemiskinan. Ayahnya yang sudah tiada meninggalkan hidup yang begitu pelik kepada mereka bertiga. Daniel Anak pertama yang tidak sanggup melihat ibunya yang memiliki ganguan pendengaran dan s...