"Nam?" panggil Cia ketika Angga sudah menghilang dari radar pandangnya. "Apa?"
"Kok dia pergi ya? emang gue salah ngomong tadi ya?" Namira sedikit terkekeh dengan pertanyaan Cia "Muka lo tuh yang jutek"
"Muka gue? Perasaan muka gue dari tadi gini-gini aja, gak gue jutek-jutekin juga"
"Ya gatau Cil, lupain aja deh"
"Gabisa Nam, Gue kok merasa bersalah gini ya?" Kali ini Namira menatap mata Cia, seperti sedang menerawang sesuatu
"Lo lagi jatuh cinta ini, besok pagi buruan samperin deh kata gue" ucap Namira membuat Cia sedikit terdiam, dan tanpa membantahnya. Apakah memang seperti itu faktanya?
****
Cia membuka pintu kulkas miliknya. Mengambil 2 kotak susu pagi ini. Dan menuliskan beberapa kata-kata di sticky note berwarna pink kesukaannya. Cia berniat berangkat lebih awal dari biasanya. Siapa tahu pagi ini berpapasan dengan Angga. Kalau tidak, ia akan menitipkannya kepada Danu, sahabat Angga.
Seperti biasa, kalau tidak sedang dijemput oleh Namira, Cia akan memesan gojek.
"Neng Cia ya?" tanya bapak-bapak menggunakan helm berwarna hijau, betul, beliau bapak gojek.
"Iya pak, saya Cia" katanya lalu mengambil helm yang diberikan oleh bapak-bapak itu.
"Udah pak," ucap Cia ketika dirinya sudah naik pada joke motor bapaknya.
Bapak-bapak memakai jaket berwarna hijau mengendarai motor scoopy nya dengan kesepatan sedang, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Tidak ada pembicaraan dari keduanya, dan hanya hembusan angin yang melewati telinga Cia.
Setelah kurang lebih 15 menit perjalanan, mereka sampai. Sebuah Fakultas dengan gedung yang menjulang tinggi itu diisi oleh beberapa jurusan, termasuk jurusan sastra dan seni. Setelah membayar gojek itu, Cia mampir sebentar untuk membeli bubur ayam didepan gerbang fakultas.
"Buryam dua ya, pak," dan dengan cekatan bapak itu menjawab "iya, Neng"
Cia duduk. Sembari melihat beberapa mahasiswa yang mulai berdatangan. Mencari sosok yang pagi ini ingin ia temui. Rupanya, sampai setelah pesanan Cia di bayar, ia belum mendapati sosok itu datang.
Cia berdecak sebal. Berjalan menuju kelasnya. Tapi ekor matanya dengan sangat tajam menyorot laki-laki yang berada diparkiran. Dia Angga, tapi mengapa laki-laki itu sedang bersama wanita lain? Dia siapanya Angga? Pertanyaan-pertanyaan itu sedang menghantui fikiran Cia, sebelum akhirnya sosok yang jauh disana melambaikan tangan kepada Cia.
Cia tersenyum, namun tidak dengan hati dan fikirannya.
Cia fikir laki-laki itu pergi menuju kelasnya, Cia pun juga berjalan menuju kelas cowok itu. Ternyata salah, Angga dengan kecepatan larinya berlari pada dirinya yang berada di lantai 2. "Cil..." panggilnya dengan suara beratnya. Di datang tepat didepan Cia, dengan nafas yang tergesa-gesa, kini Cia bisa merasakan deru nafasnya yang sangat dekat dengan dirinya. Cia memundurkan badannya, memberikan 1 kotak bubur ayam dan susu rasa strawberry favorite Cia. Angga dengan senang menerima. Lalu berterima kasih dan memberikan senyuman hangat untuk Cia.
"Tapi, kenapa tiba-tiba banget bawain buryam sama susu?" tanya Angga yang tetap berdiri gagah didepan Cia " lo lagi ulang tahun?" tanyanya lagi sambil membungkukkan badannya didepan wajah Cia yang kalau dirinya berdiri, gadis itu hanya setinggi dadanya saja.
Cia menyerngitkan dahinya sembari sedikit memanyunkan bibirnya tanda tidak setuju "Bukan lah! Ya lagi pengen aja beliin lo buryam, lagian juga kemarin tiba-tiba banget beliin gue buryam depan rumah"
"Ohhh okeii, Cia" dan dengan mudahnya ia mengacak-acak ubun-ubun kepala Cia
"Ngga!" tangan Angga sontak berhenti "Iya, Sorry Cil"
"Kok jadi manggil Cil juga sih, gue bukan bocil ya!" Angga kembali menegakkan tubuhnya, dan membuat telapak tangannya bersejajar dengan kepala Cia. Cia sebal, Cia tahu kalau dirinya saat ini sedang diejek oleh Angga yang sok tinggi itu.
"Dasar cowok nyebelin!, padahal tadinya gue mau minta maaf malah sekarang lo giniin" ucap Cia tidak memandang cowok itu, melainkan sorot matanya memandang perut Angga yang berlapis kaos putih berbalut kemeja hitamnya.
"Buat apa mau minta maaf?" pertanyaan Angga tidak dihiraukan oleh Cia "Oh, jadi buryam sama susu ini buat tanda permintaan maaf ya?". Cia mengangguk.
"Iya gue maafin, meskipun lo nggak ada salah sama gue"
"Ada"
"Apa?"
"Kemarin"
"Kemarin?"
"Iya, waktu di Mall"
"Emang kemarin gue ke Mall?"
"Iya semut Kerangga! Lo kemarin lagi di Mall, terus lo gue cuekin, terus lo pergi"
"Terus?"
"Terus gue merasa bersalah" ucap Cia, dan kembali meundukkan kepalanya
"Gue gak merasa lo cuekin kok, santai aja Cil" Angga memandang wajah Cia yang tertunduk bersalah "Gue kemarin juga buru-buru, gue nyamperin kalian cuma mau say hello aja ke kalian, soalnya gue gak sengaja lihat Namira yang lagi ngeliatin gue"
"Udah deh nggak usah kaya gitu, hidup sama gue dibawa santai aja, tuh ada Namira tuh, gue juga mau makan buryam lo nih"
"Yaudahh, bye Angga!" kata Cia lalu membalikkan badan dan melihat sosok Namira yang always bawa camilan ditangannya.
Sudah bisa ditebak. Wajah Namira kini senyum-senyum melihat interaksi antara Cia dan Angga. Membuat Cia juga ikut salah tingkah saat setelah membalikkan badan.
"Duluan ya" sapa Namira kepada Angga yang masih berada ditempat. Dan dibalas oleh Angga dengan senyuman dan Anggukan
"CIE... CIE... " sorak Namira sambil menyenggol Cia menggoda-goda.
"Apasih Nam,"
"Pliss, gue tau lo se salting itu"
"Engga ya,"
"Halah, sok banget ditutup-tutup in. Muka lu tuh kaya tomat baru dipetik" iya, betul kata Namira, pipi Cia memang yang awalnya sudah merah kini semakin memerah, akibat rasa salah tingkahnya.
Jam mata kuliah dimulai seperti biasanya. Kelas Cia dan Namira memang hanya 1 mata kuliah saja. Dan mereka tahu akan pulang lebih cepat dari kelas-kelas lainnya. Namira berinisiatif untuk mengajak Cia memakan bakso dibelakang universitas mereka. Diketahui warung bakso itu buka di jam sembilan pagi sampai pukul tiga sore. Kebetulan sekali Cia dan Namira saat sampai disana masih sepi. Membuat mereka memesan tidak perlu mengantri. Tempatnya yang tidak terlalu besar membuat beberapa mahasiswa yang berada diantrian 10 ke atas tidak mendapatkan tempat duduk, namun biasanya mereka yang membawa mobil akan memakannya di dalam mobil mereka.
Seorang laki-laki memakai kacamata dengan lesung pipi disebelah kanannya itu mendekat ke arah Cia. Cia dan Namira yang sedang memakan bakso, dan mereka mengenalnya. "Gabung sama kalian boleh nggak?" tanyanya "Boleh-boleh" sahut Namira, dan mengisyaratkan Danu untuk duduk disebalahnya. Dan kini hanya tempat duduk disebelah Cia yang kosong, yang pada akhirnya mau tidak mau diisi oleh Angga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang jauh selalu dikejar
Teen FictionCerita ini berkisah tentang Cia Arcelia dengan segala kerumitan di hidupnya. Hidupnya yang sudah rumit, kali ini semakin dibuat rumit dengan sang kekasih. Jika dikehidupan nyata ada Luthfi Aulia, di kehidupan Cia di dunia fiksi ada Mahen yang selal...