9. Buku Pertama

8 4 6
                                    

Cia melangkahkan kakinya pada ruang yang sangat familiar dengannya, ditempat duduk didepannya rupanya belum ada sahabtanya. Cia melirik jam, setengah jam lagi kelasnya akan dimulai.

Saat Cia mendengarkan lagu favoritenya memakai heandset dan menundukkan pandangannya, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya. Cia terbangun dan melepas headset yang terpasang di telinganya, dan mendapati Namira sudah ada didepannya dengan nafas yang tidak beratur.

"Lo kenapa?"

"Lo tadi dijemput sama Angga?"

"Iya" jawab Cia yang sedikit kesal "lo katany tadi mau boncengin gue?"

"Ban gue bocor, tadi aja gue berangkat pakai gojek, yaudah akhirnya gue minta tolong Angga buat jemput lo"

"Pantesan, gue kira lo yang pencet bel, gataunya si Angga muncul depan pintu"

"Iya sorry-sorry Cil"

"It's okey Nam-Nam, gue nggak marah kok"

"Tau gak lo? Gue tadi yang bonceng ibu-ibu gojekmya jir! Gue takut telat apalagi jam pertama waktunya Bu Meta"

"Busett, apa gak jantungan tuh ibu-ibu lo bonceng?"

"Gatau, yang penting udah sampai disini gue"

Ting! ting!

Cia melihat asal pesan itu, dan membuka ponselnya. Saat Cia membacanya, dia terkejut bercampur rasa gembira karena kabar baik yang baru saja diterima. Dia menjadi salah satu dari 2 orang yang bukunya telah lolos untuk diterbitkan dan akan mulai dicetak 5 hari yang akan datang.

"Namiratul...," Namira memutar bola matanya, muak dengan sebutan itu, "Naskah gue, naskah gue" ucap Cia seperti terbata-bata "Kenapa naskah lo?"

"Lolos penerbit anjayyy, di penerbit yang sama kaya penerbit buku-buku Mas Pinguin, ahhhh seneng banget Nam-Nam, 5 hari lagi katanya bakal dicetak" kata Cia dengan perasaan yang menggebu-gebu.

"Demi apa?" Nakira melototkan matanya "Congrast Bocilku" ucap Namira langsung memeluk Cia

"Ini gue harus jawab apa jir, gue bingung" kata Cia langsung melepas pelukan Namira

"Jawab seadanya, apakek, pokoknya jangan lupa berterimakasih" kata Namira menyarankan "Okei, okei"

Suara meja dan kursi saling tertabrak, akibat beberapa mahasiswa duduk dengan grasak-grusuk saat melihat sosok Ibu-ibu berbadan berisi yang berjalan menuju kelas mereka "Bu Meta, Bu Meta datang gais!" ucap salah seseorang yang kepalanya berada di luar cendela mengamati situasi yang ada, dan semua warga kelas berhamburan mencari tempat duduk mereka masing-masing

Pelajaran diawali dengan sangat khidmat, tidak ada seseorang pun yang berani berbicara sebelum Bu Meta melayangkan pertanyaan. Namira yang tidak menyukai jam pelajaran Bu Meta selalu mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela, saat itu seorang Laki laki memakai sweater berwarna biru tua melewati kelas Cia dan Namira. Namira yang tidak sengaja melihatnya, malah semakin sibuat kepengen oleh Danu yang sedang membawa Es  jeruk Mak Wawa. Namira menelan salivanya dengan kasar, ingin sekali segera keluar dari ruangan itu. Danu yang awal mula hanya lewat, sekarang malah dia ditempat dan meminum Es nya seperti iklan Adem Sari. Berbeda dengan teman disampingnya yang sedari tadi berdiri dengan tubuhnya yang tinggi aia sandarkan pada balkon dan melipat kedua tangannya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya karena kelakuan temannya yanga sangat jahil sekali.

"Udah ayo!" Ucap Angga lalu mengusap wajah Danu dan meninggalkannya "Weii" balas Danu saat mukanya terasa dingin karena tangan Angga yang juga sedang membawa Es.

"Lo udah jadian sama Cia?" tanya Danu tiba-tiba

"Belum" kata Angga seadanya

"Tapi udah confess"

"Terus?"

"Ya gitu doang"

"Nggak ada jawaban apapun?"

"Enggak"

"Tapi dia udah tau kalo lo sebenernya temen dia kecil?"

"Tau, di baru tau saat gue ingetin, karena selama ini dia lupa," Langkah kaki Angga berhenti, duduk di bangku miliknya, dan Danu yang berada disebelahnya.

"Dan dia bukannya menjawab perasaan gue, malah ia alihkan ke gue yang ternyata temen kecil dia, dia ternyata lebih mengingat tulisan sorang penulis yang ia tulis untuk teman kecilnya, dia sangat mengagumi semua karya-karya nya" Danu mendengarkan dengan seksama "Siapa nama penulis favoritenya?"

"Mas Pinguin" Danu tersentak kaget

"Itu kan nama pena lo Bambang!"

"Gue tahu, tapi gue diingat bukan karena diri gue sendiri, melainkan dengan nama yang lain"

"Aelah, sama aja!"

"Mau kemana lo?" Tanya Angga saat Danu mulai berdiri daei tempat duduknya

"Ke kelas Cia lah! Mau ngasih tau kalo lo sebeneenya itu penulis favorite dia"

"Wehh, jangan! Lo jangan rusak rencana gue ya!"

Danu duduk. "Rencana apa?"

"Pokoknya jangan beritahu Cia sebelum tanggal 25, karena itu juga tepat di tanggal ulang tahun dia"

"Anjir!, ini masih tanggal 5"

"Pokoknya jangan sampe keceplosan kalo gue seorang penulis bernama pena Pinguin" ucap Angga mengingatkan, karena temannya ini sangat rentan keceplosan "Iya, iya Ngga"

"Sip" katanya langsung membuka buku yang selalu dibawanya kemanapun, katanya itu adalah buku rahasia dari kecil.

"Mabar kuy," Ajak Danu "Duluan, Gue mau nulis outline dikit sebelum ilang idenya"

"Okeh" kata Danu langsung memainkan jagoannya bernama Layla

Angga dan Danu jika dilihat seperti ini memang terlihat dangat berbeda dimensi, Angga yang menyukai ketenangan, dan Danu yang menyukai keberisikan. Tapi jika keduanya disatukan juga tidak ada yang salah, mereka juga ternyata saling melengkapi satu sama lain. Jika tidak bisa melengkapi satu sama lain, bagaimana bisa hubungan persahabatan mereka bisa langgeng sampai kurang lebih 10 tahun?

Kalau kata orang, mereka seperti anak kembar. Padahal menurut mereka jauh sekali perbedaanya.

"Yok Dan" senggol Angga yang melihat Danu fokus dengan permainnanya

"Bentar Ngga, dikit lagi gue sama lo"

Sembari menunggu Danu menyelesaikan kekalahannya, Angga membuka akun instagramnya yang bernama Mas Pinguin, disana ia melihat beberapa orang yang men-tag namanya. Angga mengenali akun itu, second akun milik Cia. Disana Cia membuat instastory salah satu buku milik Angga yang berjudul Teman Abadi, dan memotret lembaran yang telah distabilo. Cia menguploadnya dengan warna dan editan yang cantik, dia juga menulis caption; tidak menyangka teman kecilku juga menceritakan hal yang sama. Dan saat itu juga aku mengingat tulisan ini, cerita kecilku ternyata percis seperti tulisan dari Mas pinguin, penulis favoriteku.

Angga me-repostnya. Notifikasi yang sama muncul di layar ponsel Cia. Hari ini mungkin menjadi salah satu hari yang bahagia bagi Cia Arcelia. Pertama karena bukunya ingin terbit, dipenerbit yang sama dengan Idolanya, dan yang kedua second akunnya di repost oleh Mas Pingun. Padahal First akunnya saja jarang sekali di notice oleh dia.

Mood Cia benar-benar happy samapi pelajaran Bu Meta selesai.

"Terima kasih Anak-anak" ucap beliau dan dijawab oleh seluruh manusia yang berada di ruangan itu, sudah bisa kalian tebak. Cia menjawabnya dengan suara yang paling keras sendiri. "Tumben sekali kamu?" tanya Bu Meta yang menyadari itu "Biasanya juga lemes aja dikelas"

Cia hanya membalasnya dengan senyuman terbaiknya. Dan Bu Meta meninggalkan kelas mereka dengan diikuti oleh beberapa mahasiswa yang ingin beristirahat.

Yang jauh selalu dikejarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang