"Kalau lo bertekad ingin memilikinya, ya berjuang sampai akhir, jangan cuma manis diawal doang"
- Gamaliel Angga Merapi
Mata tajam Angga tidak beralih sedikitpun dari layar ponselnya. Berharapa gadis itu segera membalasnya, namum nihil. Pesan yang ia kirim sebanyak itu hanya berakhir tanda biru, alias hanya dibaca oleh sang penerima.
Angga ingin marah, karena tidak ada yang memperlakukannya seperti ini. Namun ia juga tidak bisa marah, karena ini akibat kesalahannya sendiri.
Angga berjalan menuju kulkas, bermaksud ingin meminum air dingin agar fikiran dan hatinya lebih tenang, dan merasa tidak khawatir berlebihan. Sialnya, semua yang dia lakukan tidak ada efek apa-apa. Fikirannya terus tertuju pada gadis yang memakai baju merah muda yang sudah ia bohongi, Cia.
Setelah duduk hampir 15 menit di ruang tengah rumahnya. Angga berhalan kembali pada bilik kamarnya. Menyandarkan punggung besarnya pada beberapa bantal yang sudah tersusun rapih sebelum nya. Hingga tidak sengaja, matanya terlelap sampai ia lupa men-charge ponselnya.
Suara alarm dari jam disebelah kirinya sangat berisik, tapi tetap ia gunakan seperti itu agar cepat bangun.
"Cia!" Ngigonya lalu tersentak sadar dari mimpinya
Angga memang seperti itu, semua yang telah mengganggu fikirannya akan dengan mudah masuk pada alam bawah sadarnya, seperti saat ini.
Angga segera mandi. Waktu menunjukkan pukul 05:00. Setelah menyelesaikan kegiatannya. Sbeelum keluar kamar, ia mengambil kunci yang sudah ia simpan rapih di dekat pintu keluar.
Berjalan menuju bagasi rumahnya. Memanaskan motornya. Dan melakukan pemanasan kecil pada tubuhnya, agar dapat menjalani hidup dengan gembira. Meskipun hari ini seperti terasa buruk baginya.
Setelah mengkunci gerbang rumahnya. Angga menyusuri jalanan kota dan ditemani oleh sebuah pemandangan sunrise yang begitu menawan. Detik itu juga Angga memutuskan untuk singgah sejenak, memotret langit dari beberapa angle. Kalian tahu? ini semua adalah salah satu kesenangan dari Cia. Yap benar! Angga ingin menunjukkan beberapa foto yang berhasil ia abadikan kepada Cia.
"Cia pasti seneng!" Ucapnya percaya diri, lalu mengendarai motornya lagi.
Setelah melewati jalanan kampusnya. Perjalanannya sungguh tidak terasa jauh. Tiba-tiba sudah berada di area komplek Cia. Sebuah gerbang hitam masih tertutup rapat. Seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Angga menekan timbol yang memang sudah ada disana sejak lama. Beberapa kali ia menekan, hingga seorang gadis muncul dari balik gerbang.
Dengan mata yang sembab, tanpa make-up, rambut yang dibiarkan terurai, dan memakai piyama panjang berwarna merah muda.
"Siapa ya?" Teriaknya tidak jauh dari gerbang hutam itu.
Angga tidak menjawabnya. Ia tahu kalau Cia tidak akan membukakan pintu untuknya
"Lo ngapain kesini? Ucapnya saat setelah membuka pintu beberapa detik dan menutupnya lagi.
"Lo habis nangis semalaman ya?"
"Sok tau" teriaknya dari dalam
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang jauh selalu dikejar
Novela JuvenilCerita ini berkisah tentang Cia Arcelia dengan segala kerumitan di hidupnya. Hidupnya yang sudah rumit, kali ini semakin dibuat rumit dengan sang kekasih. Jika dikehidupan nyata ada Luthfi Aulia, di kehidupan Cia di dunia fiksi ada Mahen yang selal...