5. Happy Day

9 7 0
                                    

"Udah, tapi biasanya yang ini lebih cocok buat yang suka mendaki, atau pergi ke alam-alam gitu"

"Ohh..." ucap Cia sekaligus dengan anggukan kepala

"Ayo, kemana lagi kita?"

"Sini" ucap Angga lalu berjalan duluan menuju rak-rak di ujung sana

"Gue mau beli pipet ini" tunjuknya

"Saran dari lo mending yang kecil apa yang lumayan besar Ia?"

"Yang ini aja kecil, lucu, bagus juga"

"Kalo emang butuh yang besar, ambil yang besar aja Ngga" jelas Cia terbuka

"Ini aja deh yang kecil, besok kalo butuh beli lagi"

"Betulss"

"Ayo"

"Ayok! Bayar dulu"

"Tolong anterin ke minimarket deket rumah gue sekalian, boleh gak?" Tanya Cia mengingat ada sesuatu barang yang perlu ia beli hari itu juga

"Boleh dong!"

Dan mereka pun berjalan kembali melewati beberapa pohon pohon yang menemani mereka di sepanjang jalan

Cia sangat senang hari ini, besok, atau selamanya, karena memiliki teman seperti Angga, yang sangat baik sekali padanya. Padahal mereka belum sepenuhnya tau dari masing-masing sifat mereka, tapi laki-laki didepannya ini mengapa begitu baik? apakah ini adalah malaikat penolong setelah hubungan  Cia yang kemarin semenyedihkan itu?

"Hei!" getak Angga yang melihat Cia dari kaca spion

"Ha?"

"Kenapa ngelamun? Jatoh loh nanti"

"Engga, siapa yang ngelamun?"

"Ya elu, masa gue yang lagi nyetir motor"

"Itu tuh supermarketnya" tunjuk tangan Cia ketika matanya melihat sebuah bangunan cukup besar berada di kiri jalan. Angga memberi lampu sen kiri. Memarkirkan motornya.

Cia berjalan lebih dulu dan diikuti oleh Angga. Cia tidak banyak menoleh kanan kiri, ia langsung menuju pada tempat barang yang ia cari berada. Angga yang melihat Cia memilih-milih tidak banyak bicara, dia diam saja, namun memperhatikan.

"Udah itu aja?"

"Iya, stock di rumah habis"

"Enam puluh tiga ribu rupiah, kak"

Cia segera membayar dengan uang berwarna merah dari dompetnya. Mengambil kantong plastik itu untuk dibawa pulang. "Ayo pulang"

"Ayok" jawab Angga yang tetap berjalan dibelakangnya. "Gak mau mampir-mampir lagi? sekalian gue anterin"

"Engga deh, gue udah capek, lu pasti juga lebih capek dari gue"

"Udah, ayo pulang aja Ngga" ajak Cia dan Angga setuju

Sesampainya di rumah Cia, perut Angga tiba-tiba berbunyi, tanda kalau dia sedang lapar. Bahkan Cia pun sampai dengar, padahal jarak mereka tidak sedekat urat nadi.

Cia sebisa mungkin menahan tawanya yang hampir menggelegar, namun berhasil ia tahan.

"Laper pak?"

Angga hanya tersenyum malu pada Cia, bisa-bisanya perutnya tidak bisa dikondisikan.

"Mau makan di rumah gue?"

"Engga deh, gue langsung pulang aja"

"Rumah lo jauh loh, nanti pingsan dijalan lagi"

"Ayoo sini makan di rumah gue aja"

"Gue masakin nasi goreng deh"

"Ga-us.." tangan Angga berhasil di seret oleh Cia, dan dengan helm yang masih terpakai di kepalanya

"Ayo, masuk Ngga, gak usah sungkan-sungkan" kata Cia langsung ia bergegas pergi ke dapur

Angga ternyata keluar lagi, dia lebih memilih duduk di depan teras rumah Cia. Sembari melihat-lihat koleksi ikan milik Cia. Sembari memainkan ponselnya, Angga mencium bau yang enak sekali, aromanya sangat membuat perutnya semakin lapar, Angga ingin melihat asal aroma itu, tapi di rumah Cia hanya ada mereka berdua. Angga tidak ingin para tetangga Cia menduga yang aneh-aneh. Angga tidak ingin mempermalukan Cia di lingkungannya sendiri.

"Wihh" ucap Angga keti Cia telah keluar dengan 2 piring ditangamnya.

"Enak banget itu Ia" kata Angga dengan mata berbinar-binar ingin langsung memakannya

"Nihh, ayo makan-makan" sebuah piring putih dan diatasnya terdapat nasi goreng berwarna sangat merah ke orrange-an, berhias dua timun dan sepotong tomat serta beberapa kerupuk, begitu lengkap sudah.

Angga memasukkan suapan pertama. Merasakan apa yang sedang ia kunyah sekarang. Rempah-rempah yang bercampur dengan nasi berwarna putih itu begitu lezat di mulut Angga. "Enak nggak?" tanya Cia dengan perasaan khawatir.

"Enak banget!" Kata Angga lalu menghabiskan nasi goreng nya hingga tidak tersisa. Cia juga memakannya hingga habis.

"Mirip masakan Ibu gue" tiba-tiba, sorot mata Angga tidak bersemangat seperti sebelumnya.

"Jadi kangen"

"Jangan sedih-sedih, lo bisa kok kalo mau makan nasi goreng lagi, nanti gue bikinin"

"Iya Ia, gapapa, lo gak usah repot-repot"

"Enggak kok, santai aja kalo sama gue Ngga"

Angga tersenyum haru, batinnya hanya mampu berucap "Kok ada ya, cewek se cantik dan se baik hati ini?". Ciee... udah mulai jatuh cinta ya?

"Yaudah, gue pamit dulu ya, Ia"

"Iya Ngga, makasih banyak ya! hari ini gue jadi punya banyak pengalaman baru"

"Iya Ia, gue juga makasih banyak udah di masakin, jadi gak laper lagi deh"

"Ayok gue anter sampe depan"

Angga menganggukkan kepalanya, Cia mengikutinya hingga gerakannya kakinya bersejajar, sampai pada depan gerbang rumahnya

"Hati-hati dijalan Lo" saat Angga mengulurkan kepalan tangan pada dirinya.

"Iya, baik-baik dirumah sendirian" balasnya dengan senyuman

Laki-laki memakai jacket berwarna hitam itu melengkang pergi bersama motor ninjanya melewati jalan dengan kecepatan sedang, dan menghilang dari pandangan Cia.

Cia masuk kedalam rumahnya dengan perasaan yang gembira, sudah dipastikan rasa itu ada karena datangnya Angga dikehidupannya.

Ia juga segera membersihkan badannya dan berniat untuk tidur cepat. Hari ini senang, namun badannya seperti sudah rapuh.

Saat setelah memakai skincare malam, Cia mengurukankan niatnya untuk tidur lebih cepat. Ia kini beranjak mengambil laptopnya dan membuka beberapa Naskah terakhirnya. Disana, ia melanjutkan ceritanya, dan hari ini ia memasukkan laki-laki itu, Angga, pada naskahnya. Untuk ia upload di sebum platform menulis favoritnya.

Tapi entah apa yang ia pikirkan sampai ia berani-beraninya menulis nama cowok itu di karya tulisnya. Dan tanpa menyamarkan namanya.

Tidak terasa, laki-laki itu telah diabadikan oleh Cia sebanyak 2 bab malam ini.

Matanya sudah merah, tanda bahwa dirinya sudah menahan rasa kantuk cukup lama.

Yang jauh selalu dikejarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang