Chapter 6

147 21 12
                                    

[Name] duduk di dalam mobilnya yang masih menyala, tatapannya dingin memandang sekelompok orang yang kini menghadang jalannya. Bahkan dari kejauhan, ia bisa menilai mereka sebagai bandit-bandit rendahan yang menjadi penghuni tetap Zona N109. Tatapan mereka penuh nafsu dan keserakahan, membuat perasaan jijik merayap di benak [Name].

"Menyebalkan sekali," gumamnya pelan, dengan ekspresi wajah yang sama sekali tak berubah. Ia bersandar di kursinya, melipat tangan di depan dada, seolah menghadapi mereka hanyalah hal sepele.

Bandit-bandit itu tampak ragu sejenak, namun tatapan lapar mereka tak surut. Mereka mendekat dengan penuh percaya diri, seolah yakin bahwa mereka akan mendapatkan sesuatu dari gadis yang hanya sendirian di dalam mobil mewahnya itu.

Namun, dari kejauhan, sepasang mata merah menatap ke arah [Name] dengan penuh minat. Sylus berdiri di atas atap gedung yang tua dan berkarat, mengamati situasi di bawah dengan saksama. Ada senyum tipis di bibirnya saat ia melihat mobil sport merah itu mulai bergerak mundur. Sudah ia duga, gadis itu tidak akan bisa menghadapinya.

Tapi ternyata, ia salah.

Tepat saat para bandit berpikir mereka telah memenangkan pertempuran, mobil merah itu tiba-tiba berhenti. Mesin menderu lebih keras, dan tanpa peringatan, [Name] menginjak gas, membuat mobilnya melaju ke arah mereka dengan kecepatan yang mematikan.

Sontak, para bandit berteriak dan melompat ke samping untuk menghindar. Beberapa hampir saja tertabrak, terkejut oleh keberanian dan taktik nekat gadis di dalam mobil itu. Mata mereka membelalak, tak menyangka bahwa mangsa mereka ternyata adalah predator yang lebih besar.

Dari atap, Sylus mengangkat alis, keningnya berkerut sesaat sebelum senyum yang lebih lebar muncul di wajahnya. "Gadis yang sangat pemberani." Ia memiringkan kepalanya sedikit, matanya tajam mengikuti setiap gerakan mobil yang sekarang sudah melesat meninggalkan para bandit kebingungan.

"Sepertinya harus ada kuda nil bersepeda di tempat ini," gumamnya pelan, mengingat lelucon [Name] sebelumnya. Ia menonton dengan penuh ketertarikan, bertanya-tanya sejauh mana gadis itu berani melangkah. Sylus tidak pernah menyangka bahwa dalam wilayah yang dipenuhi oleh kekacauan, ia akan bertemu seseorang yang seperti gadis itu.

* * *

Pusat kota dari Zona N109 tidak terlalu buruk. Meski auranya terasa kelam, tampilannya tak seburuk bagian-bagian yang sudah [Name] lewati sebelumnya. Lampu-lampu jalan memancarkan cahaya samar, dan beberapa toko kecil masih terbuka, menampilkan etalase yang terawat, meski penuh dengan barang-barang usang. Mobil [Name] mulai melambat saat ia memperhatikan sekitarnya dengan seksama. Namun, meskipun lebih teratur dibandingkan pinggiran Zona N109, tempat ini tetap membawa suasana tak nyaman.

Tempat yang ia cari berada di sebuah gang sempit di pusat kota ini, namun masalahnya ada terlalu banyak gang sempit di sini. Mobil [Name] terhenti, wajahnya menyiratkan raut kesal.

"Ini sangat merepotkan," gumamnya pelan. Ia membuka pintu mobilnya dengan gerakan anggun. Saat hak sepatunya menyentuh jalanan aspal yang retak, ia melangkah keluar dengan percaya diri, mengabaikan tatapan penasaran dari beberapa orang yang berlalu-lalang di sekitarnya.

Mata [Name] tertuju pada seorang pria yang sedang duduk di tepi jalan, memandangi langit dengan wajah yang tampak tenang dan meyakinkan. Tanpa ragu, dia menghampirinya.

"Kau tahu di mana peramal Agatha tinggal?" tanyanya tanpa basa-basi. Pria itu menoleh perlahan, menatapnya dengan kebingungan.

"Peramal?" [Name] mengangguk pelan, lipatan di dahinya menunjukkan ketidaksabaran.

"Ya, peramal. Kau tahu, orang gila yang terus meracau tentang ramalan semesta," lanjutnya dengan nada menyindir. Pria itu tampak terkejut, matanya membulat seolah dia tahu sesuatu, namun senyum licik mulai terbit di wajahnya.

La Vie En Rose || Sylus (Love And Deepspace)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang