[Name] dan dua asisten penyidiknya melangkah memasuki ruang observasi BFN. Suasana di dalam ruangan terasa sunyi, hanya diiringi suara langkah kaki mereka yang bergema pelan. Di hadapan mereka, kaca satu arah memisahkan mereka dari ruang autopsi di mana sang dokter forensik akan segera melakukan tugasnya. Di sudut ruangan, ada sebuah mikrofon yang memungkinkan [Name] berinteraksi dengan tim forensik yang berada di sisi lain kaca itu.
Seorang dokter forensik memasuki ruang autopsi dengan gerakan yang tenang dan profesional, mengenakan pakaian operasi hijau yang kontras dengan dinding putih bersih ruangan. Dua asistennya, sudah bersiap dengan perlengkapan lengkap, berdiri di sisi meja autopsi. Dokter itu mengangkat tangannya sebagai isyarat, dan salah satu asistennya dengan cepat memakaikan sarung tangan bedah pada tangannya yang terulur.
Mata [Name] menyipit sedikit ketika memperhatikan sosok dokter yang memiliki wajah persis seperti dirinya itu—adik kembarnya. "Doctor M, kau tidak memakai masker?" suara [Name] terdengar jelas, menggema di dalam ruang autopsi melalui mikrofon. Meski terlihat formal dan tegas, ada nada cemas tersirat di sana.
Dokter M, yang tak bisa melihat melalui kaca satu arah itu, menoleh refleks ke arah suara sang kakak. Meskipun ia tidak bisa melihat sosok [Name], ia bisa membayangkan dengan jelas wajah sang kakak yang mungkin sedang melipat tangan di dada dengan ekspresi yang sedikit khawatir.
Sebelum Dokter M bisa menjawab, salah satu asistennya, yang sudah terbiasa dengan kebiasaan tak lazim sang dokter, menoleh ke mikrofon. "Jaksa [Name], Anda tahu dokter tidak pernah memakai masker saat melakukan autopsi," ujarnya dengan nada hormat, meski ada sedikit tawa ringan dalam suaranya. Jelas sekali kebiasaan ini sudah sering mereka saksikan.
[Name] menghela napas panjang. "Aku tahu... tetapi kebiasaan aneh itu tetap membuatku cemas," gumamnya pada dirinya sendiri. Menghirup aroma kematian dan mayat bukanlah kebiasaan yang umum. Tapi, seperti biasa, ia biarkan saja karena ia tahu betapa efektif dan telitinya adiknya ketika bekerja di bawah tekanan.
Dokter M melirik jam digital di dinding dan bersiap memulai proses. "Pukul 08.12, aku akan memulai autopsi," suaranya terdengar dari speaker, jelas dan tegas. Sambil mengambil skalpel, ia mulai memeriksa tubuh mayat di atas meja autopsi——istri konglomerat yang meninggal mendadak, yang menjadi subjek penyelidikan [Name].
* * *
[Name] sedang dalam penyelidikan di Linkon City ketika tanpa sengaja pandangannya tertuju pada sosok yang tak asing. Seorang pria tinggi dengan rambut perak yang berantakan—Sylus. Ia berdiri di depan sebuah toko bunga, tampak berbincang dengan seorang gadis berambut coklat yang ia kenali sebagai Anna, seorang hunter yang ia ketahui adalah orang yang dekat dengan Sylus. Namun, suasana di antara mereka tampak tegang. Anna terlihat sedikit kesal, dan hanya beberapa detik kemudian, ia berbalik meninggalkan Sylus dengan cepat.
Dari dalam mobilnya yang berhenti di persimpangan saat lampu lalu lintas berwarna merah, [Name] memperhatikan adegan itu dengan rasa ingin tahu. Seikat bunga peony di tangan Sylus menjadi sorotan. Ia tersenyum kecil, terhibur oleh spekulasi yang muncul di benaknya. Saat lampu lalu lintas berubah hijau, tanpa ragu, ia menggerakkan mobilnya ke tepi jalan, memarkir kendaraan, lalu keluar untuk menyapa Sylus.
"Sepertinya seseorang baru saja ditolak," ujar [Name] dengan nada ringan, senyum hangat menghiasi wajahnya saat ia memandangi bunga di tangan pria itu.
Suara yang familiar itu mengejutkan Sylus. Ia menoleh cepat, matanya memicing begitu mengenali sosok gadis yang berdiri di hadapannya. Sejenak, ekspresi tegang tergambar di wajahnya, namun [Name] tampak seolah tidak mengingat apa yang terjadi di antara mereka sebelumnya. Bahkan, ia menyapa Sylus dengan ceria, seperti seorang teman lama yang tak terpengaruh oleh pertengkaran yang pernah terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Vie En Rose || Sylus (Love And Deepspace)
FanfictionLnD Fanfiction Project Number 1 _________________________________________ Kamu hanya sedang menikmati cuti dengan damai. Mengikuti kencan buta adalah hal yang kamu pilih untuk menyenangkan diri. Tak disangka kamu akan bertemu dengan seseorang yang b...