Chapter 5

142 22 6
                                    

Zayne baru saja menyelesaikan prosedur operasi yang panjang dan melelahkan. Setelah membersihkan diri di ruang ganti, ia kembali ke kantornya untuk mengerjakan beberapa laporan. Dua jam berlalu tanpa terasa, hingga jarum jam di dinding menunjukkan waktu istirahat. Dengan sedikit malas, Zayne melepas jas putihnya dan melangkah keluar dari ruangan, pikirannya mulai beralih pada kebutuhan tubuhnya yang mulai kelaparan.

Di depan ruangannya, ia berpapasan dengan asistennya, Dokter Greyson, yang sedang berjalan mendekat dengan senyum santai. "Dokter Zayne, ingin makan siang bersama?" tawar Greyson dengan nada ramah.

Zayne hanya mendengus kecil, ekspresinya tidak menunjukkan persetujuan penuh, tetapi juga tidak menolak. Alih-alih menjawab, ia terus berjalan, dan Greyson dengan sigap mengekor di belakangnya, seakan sudah terbiasa dengan sikap dingin pria itu.

Mereka berdua melangkah menuju lobby rumah sakit, suasana sibuk seperti biasanya dengan dokter dan perawat berlalu-lalang. Namun, tepat saat mereka mencapai pintu depan, Zayne tiba-tiba menghentikan langkahnya secara mendadak. Greyson, yang berjalan di belakangnya, hampir saja menabraknya.

"Ada apa?" tanya Greyson bingung, tetapi Zayne tidak menjawab.

Matanya terpaku pada siluet seseorang di kejauhan. Sosok itu memiliki rambut merah muda yang mencolok-sangat familiar bagi Zayne. Tanpa pikir panjang, dia langsung bergerak cepat, melangkah menghampiri sosok tersebut sebelum gadis itu sempat masuk ke dalam mobilnya.

"Tunggu!" seru Zayne, suaranya sedikit terburu-buru.

Gadis berambut merah muda itu berhenti seketika. Dia menoleh ke arah Zayne dengan senyum cerah yang menghiasi wajahnya. "Dokter Zayne? Selamat siang," sapanya dengan suara riang, seolah pertemuan ini adalah hal yang paling menyenangkan di dunia.

Zayne tertegun sejenak, bibirnya terbuka namun tak ada kata-kata yang keluar. Senyuman gadis itu begitu cerah dan penuh energi, membuat pria itu terdiam dalam kebingungan. "Umm, Dokter?" Gadis itu melambaikan tangannya di depan wajah Zayne, membuyarkan lamunan yang sempat menguasainya.

"Iya? Oh, maaf..." Zayne berdeham pelan, berusaha mengembalikan fokusnya. Untuk beberapa saat, ia hanya terdiam. "Aku-maksudnya saya, ingin berterima kasih untuk kue hari itu. Mungkin... kita bisa makan siang bersama?" tawarnya dengan suara yang agak kaku, tidak seperti biasanya.

Sebelum gadis itu sempat menjawab, Dokter Greyson tiba-tiba muncul di samping Zayne, kehabisan napas setelah mengejar pria itu. "Kenapa tiba-tiba lari begitu?" tanyanya, matanya menatap Zayne heran.

Mata gadis itu berbinar penuh antusias saat menyadari kehadiran Greyson. "Anda teman Dokter Zayne?" tanyanya dengan senyum lebar yang sama.

Greyson mengangkat alis, sedikit terkejut oleh keberadaan gadis itu. "Yah, bisa dibilang begitu," jawabnya, masih agak bingung dengan situasinya.

"Fantastic!" Gadis itu berseru riang, sebelum mengalihkan pandangannya kembali pada Zayne. "Baiklah, ayo kita makan siang bersama!"

Zayne dan Greyson saling melirik, kebingungan jelas tergambar di wajah keduanya. "Huh? Apa?" Mereka berkata hampir bersamaan, masih tidak sepenuhnya menangkap maksud gadis itu.

Tanpa banyak bicara lagi, gadis itu sudah berjalan ke arah mobilnya dan dengan cepat membukakan pintu untuk keduanya. "Ayo!" ajaknya dengan semangat, senyum riangnya seolah tak pernah padam.

Zayne dan Greyson saling bertukar pandang sekali lagi, sebelum akhirnya Zayne mendesah panjang. "Sepertinya kita tidak punya pilihan lain," gumamnya pelan.

"Yeah, sepertinya begitu," sahut Greyson, sedikit terkekeh, dan mereka berdua akhirnya menyerah pada situasi yang tak terduga ini. Mereka masuk ke dalam mobil gadis itu, mengikuti alur yang tampaknya sudah dikendalikan penuh oleh energi ceria si gadis berambut merah muda.

La Vie En Rose || Sylus (Love And Deepspace)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang