x. A Quiet Afternoon by the Lake

6 6 0
                                    


. ݁₊ ⊹ . ݁˖ . ݁

Langit di atas Hogwarts perlahan berubah menjadi gradasi jingga dan merah muda, menandakan senja yang tenang. Sophie dan Draco berjalan beriringan menuju tepi danau, melewati taman Hogwarts yang sunyi. Draco tampak santai dengan seragam sekolahnya yang sederhana, sementara Sophie, meski sudah cukup sering bertemu dengan Draco, masih merasa sedikit canggung. Meskipun begitu, ia tak bisa memungkiri perasaan senang yang muncul setiap kali berada di dekatnya.

Setibanya di dekat danau, Draco memutuskan untuk mengajak Sophie ke tempat yang lebih tenang, jauh dari mata-mata penasaran para siswa lainnya. Di sebuah sudut, di bawah pohon besar yang menghadap ke air, mereka berhenti. Sophie meletakkan kain piknik yang sudah dipersiapkannya di atas rerumputan, lalu menaruh termos teh, beberapa biskuit, dan alat-alat melukis yang ia bawa.

"Tempat ini sempurna," kata Draco sambil duduk di atas kain dan menarik napas dalam, menikmati kesejukan udara sore.

Sophie tersenyum kecil dan ikut duduk di sampingnya. "Ya, suasananya sangat tenang. Aku sering datang ke sini sendirian untuk melukis, tapi kali ini aku senang bisa berbagi tempat ini denganmu."

Draco menoleh ke arah Sophie, memperhatikan wajahnya yang diterpa sinar matahari senja. "Kau benar-benar suka melukis, ya?"

Sophie mengangguk pelan. "Melukis selalu memberiku ketenangan, seperti teh yang menyimpan cerita di setiap aromanya."

Draco mengangkat alis, terlihat tertarik. "Kau benar-benar suka menghubungkan segalanya dengan teh."

Sophie tertawa pelan, lalu mengeluarkan kuas dan paletnya. "Kau pernah bilang ingin mencoba melukis, bukan? Bagaimana kalau kau mulai sekarang?" tawarnya.

Draco tampak ragu sejenak, lalu mengambil salah satu kuas yang disodorkan Sophie. "Jangan salahkan aku jika hasilnya tak sebagus punyamu."

Mereka berdua mulai melukis dalam keheningan yang nyaman, hanya diselingi oleh suara desiran angin dan kicauan burung di kejauhan. Draco, yang tak terbiasa dengan kuas, sesekali mencuri pandang ke arah Sophie, mencoba meniru gerakannya. Namun, semakin dia mencoba serius, semakin dia merasa kikuk, membuat Sophie tertawa kecil.

"Kau harus lebih santai, Draco," ujar Sophie, tak mampu menahan senyumnya. "Melukis itu soal perasaan, bukan soal seberapa sempurna garis-garisnya."

Draco mendesah dan meletakkan kuasnya. "Aku rasa melukis bukan bakatku. Tapi, mungkin ada satu hal yang bisa kau lakukan."

Sophie mengerutkan kening, penasaran. "Apa itu?"

Draco menatapnya dengan tatapan intens, lalu berkata dengan nada serius yang diwarnai kehangatan, "Lukis aku."

Sophie terdiam sejenak, tidak menyangka permintaan itu akan keluar dari Draco. Namun, tanpa berpikir panjang, dia mengangguk. "Baiklah, duduk diam di sana. Aku akan melukismu."

Draco tersenyum tipis dan memperbaiki posisinya, bersandar pada batang pohon besar di belakangnya. Sophie mulai menggerakkan kuas di atas kanvas, mencoba menangkap ekspresi wajah Draco—sesuatu yang biasanya tak banyak berubah dari sikap dinginnya, tapi kali ini tampak lebih lembut dan natural.

Beberapa menit berlalu dalam kesunyian, kecuali suara sapuan kuas Sophie di atas kanvas. Ketika lukisan hampir selesai, Sophie memandangi Draco, yang terlihat asyik menikmati momen itu. Matahari mulai terbenam di kejauhan, menambah suasana magis di sekitar mereka.

"Sudah selesai," kata Sophie akhirnya, merasa puas dengan hasil karyanya.

Draco mendekat, penasaran dengan lukisan yang dibuat Sophie. Saat dia melihat wajahnya sendiri di kanvas, dia tersenyum, namun terlihat sulit mengekspresikan perasaannya sepenuhnya. Ada kehangatan dan rasa terharu yang terlihat jelas di matanya.

"Bagaimana menurutmu?" tanya Sophie dengan cemas, takut lukisannya tak sesuai ekspektasi.

Draco menatap lukisan itu sejenak, kemudian beralih menatap Sophie. "Ini... luar biasa. Kau berhasil menangkap sesuatu yang bahkan aku sendiri tak pernah lihat dalam diriku."

Sophie merasakan jantungnya berdebar mendengar pujian dari Draco. Dia menunduk malu-malu, tak tahu harus berkata apa. "Aku hanya mencoba menangkap dirimu apa adanya."

Draco tersenyum lebih lebar kali ini, meski dia berusaha menyembunyikannya dengan berpaling sejenak. "Aku tersipu, ya?" katanya bercanda, membuat Sophie tertawa.

"Aku rasa begitu," balas Sophie dengan tawa kecil. "Tapi jangan khawatir, hanya aku yang melihatnya."

Akhirnya mereka kembali menikmati teh dan biskuit yang sudah disiapkan Sophie. Mereka mengobrol ringan tentang banyak hal, berbagi cerita lucu dan lelucon yang membuat sore itu terasa lebih hangat. Angin lembut dari danau terus berhembus, sementara matahari perlahan menghilang di balik cakrawala, menciptakan pemandangan yang indah di langit.

Sophie menatap ke arah danau, merasa tenang dan bahagia, meskipun masih ada rasa malu yang menggelitik hatinya. Draco, di sisi lain, terus mencuri pandang ke arah Sophie, merasa semakin nyaman di dekatnya—lebih dari yang dia bayangkan sebelumnya. Keduanya tahu bahwa perasaan mereka mulai tumbuh lebih dalam dari sekadar pertemanan biasa.


゚𐦍༘⋆

Eyes of a Malfoy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang