xi. Unspoken Fears

7 6 0
                                    


. ݁₊ ⊹ . ݁˖ .

݁Langit Hogwarts tampak meredup seiring matahari mulai tenggelam di balik pegunungan. Sore itu terasa berbeda—seakan alam turut merasakan kegelisahan di hati Sophie. Di tepi Black Lake, ia dan Draco duduk diam di atas kain yang sudah mereka bentangkan, bekas piknik sederhana yang hanya menyisakan cangkir teh dan beberapa biskuit.

Sophie merenung, menggigit bibirnya, berusaha mengusir kekosongan yang mengendap di hatinya. Mereka sudah menghabiskan waktu bersama begitu lama, namun semakin lama, dia semakin bingung dengan apa yang terjadi antara mereka. Kadang, Draco bersikap seolah dunia ini hanya milik mereka berdua—tapi di lain waktu, dia seakan menghilang di balik dinding yang tak terlihat.

Sophie memandang pemandangan di depannya, namun pikirannya tak bisa fokus. Ia mencuri pandang ke arah Draco yang menatap danau, ekspresinya sulit ditebak. Angin lembut meniup rambut Sophie, mengingatkannya akan semua momen yang sudah mereka lewati. Tapi perasaan di dalam dirinya semakin sulit diabaikan—ada sesuatu yang mengganjal, sesuatu yang tak pernah bisa ia ungkapkan.

"Denganmu... semuanya terasa rumit," gumam Sophie akhirnya, suaranya hampir tenggelam oleh suara angin.

Draco memalingkan wajahnya dari danau dan menatap Sophie. "Apa maksudmu?"

Sophie menghela napas panjang, mencoba meredakan kegelisahan yang merambat di dadanya. "Terkadang aku merasa kita begitu dekat, tapi di saat lain... aku merasa ada jarak yang tak bisa kulewati. Seperti kau menarik diri."

Draco terdiam sejenak, menatapnya dengan sorot mata yang sulit dibaca. Sophie tahu ini adalah momen rapuh bagi mereka, tapi dia tak bisa lagi memendam apa yang dirasakannya.

"Aku takut," Sophie melanjutkan, suaranya nyaris bergetar. "Aku takut kalau kita tidak akan pernah benar-benar terbuka satu sama lain. Dan aku tidak tahu harus bagaimana. Terkadang aku berpikir... mungkin kau tidak merasakan hal yang sama."

Draco mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Sophie, namun ia tetap diam. Keheningan di antara mereka terasa semakin berat, dan Sophie merasa dadanya semakin sesak. Dia ingin mengungkapkan lebih banyak, tapi ada perasaan bahwa ia telah mengatakan terlalu banyak.

Draco akhirnya bicara, suaranya terdengar berat. "Aku juga takut, Sophie."

Kata-kata itu mengejutkan Sophie. Dia memandang Draco, matanya mencari jawaban di balik tatapan dingin pemuda itu. "Takut apa?" bisiknya, nyaris tak terdengar.

Draco menunduk, tangannya bergerak perlahan di rumput di sampingnya. "Takut kalau apa pun yang aku rasakan... tidak akan cukup bagimu. Takut kalau... saat aku akhirnya memberanikan diri, kau tidak akan merasakan hal yang sama."

Kata-kata itu jatuh seperti batu ke dalam hati Sophie. Hanya suara desahan angin yang mengiringi mereka. Hatinya terasa sakit mendengar keraguan yang menyelimuti Draco—keraguan yang sama yang menyiksa dirinya setiap hari.

"Tapi kenapa kamu tidak pernah mengatakannya?" tanya Sophie dengan suara yang nyaris pecah. "Aku... aku hanya ingin tahu apa yang ada di pikiranmu."

Draco mendesah panjang, menengadahkan wajahnya ke langit yang mulai gelap. "Karena aku tidak tahu bagaimana caranya. Aku tidak pernah pandai dalam hal ini. Emosi, perasaan... Itu semua hal yang selalu kupendam. Dan saat aku akhirnya merasa siap... aku takut. Aku takut kalau aku akan kehilanganmu."

Air mata mulai berkumpul di sudut mata Sophie. Dia tidak tahu apakah harus merasa lega karena Draco akhirnya mengungkapkan perasaannya, atau merasa lebih sedih karena ketakutan yang mereka bagi tampak tak teratasi.

"Aku juga takut," bisik Sophie, suaranya gemetar. "Aku takut kehilanganmu, Draco. Tapi kita tidak bisa terus seperti ini... dalam ketidakpastian. Itu... terlalu menyakitkan."

Draco menoleh ke arahnya, matanya terlihat gelap di bawah bayangan senja. Sophie bisa melihat bahwa dia juga sedang berjuang. Ada begitu banyak emosi yang tak terucapkan di antara mereka, begitu banyak yang tersembunyi di balik dinding yang tak terlihat.

"Sophie," Draco berkata pelan, nadanya hampir putus asa, "aku... aku butuh waktu."

Sophie menggigit bibirnya, menahan air mata yang hampir jatuh. "Aku tahu. Tapi... berapa lama lagi? Karena aku tidak yakin bisa bertahan selamanya."

Keheningan kembali menyelimuti mereka. Sophie merasakan angin malam semakin menusuk kulitnya, namun dinginnya tak sebanding dengan kehampaan yang dirasakannya di hati.

Draco memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan, sebelum akhirnya berkata lirih, "Aku tidak tahu."

Kata-kata itu menghantam Sophie seperti ombak besar. Dia ingin menangis, ingin mengungkapkan semua kekesalannya, tapi pada saat yang sama, dia tahu bahwa ini adalah Draco—dan dia tidak akan memaksa perasaan yang belum siap diungkapkan.

Mereka duduk diam, membiarkan malam menutupi mereka dengan keheningannya. Sophie tahu bahwa tidak ada jawaban yang akan segera datang, dan mungkin mereka harus terus berjalan di atas ketidakpastian ini.

Tapi satu hal yang pasti—hati Sophie semakin berat, dan dia tidak tahu berapa lama lagi dia bisa menunggu.


゚𐦍༘⋆

Eyes of a Malfoy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang