CHAPTER 9

25 10 12
                                    

Mendengar kabar bahwa Emely masuk rumah sakit, Galin meminta Galih untuk mengantarkannya keruangan Emely dirawat. Sebab, keduanya juga sama-sama dirawat. Disisi lain, kembalinya wartawan yang mulai mengintrogasi Galin membuat pihak rumah sakit kawalahan mengusir para wartawan.

"Pak, saya harus bertemu Emely." ujar Galin pelan karena situasi sangat ramai akan wartawan.

"Saudari Galin, izinkan kami bertanya sesuatu." salah seorang wartawan bertanya.

"Apakah kalian semua tidak tahu tempat sampai harus datang ke rumah sakit?" tanya Galih begitu risih menghadapi wartawan menjengkelkan.

"Satpam!" serunya lantang memanggil satpam, setelahnya ia mulai mengantar Galin ke ruangan Emely dirawat.

Didalam sudah ada Surya dan beberapa orang yang menunggu Emely. Ditatapnya satu persatu orang yang ada didalam. Galin langsung menunduk begitu melihat Sinta, istri Surya. Ketakutan yang menjalar ke tubuh Galin akan kenyataan bahwa siapa itu Emely dan anak siapa.

Tatapan tajam Sinta yang membuat Galin tidak berani menatap. Ia takut, takut jika Sinta mengetahui semua kenyataan bahwa selama ini Galin dan Surya menutupi rahasia dari Sinta.

"Permisi tante." ucapnya pelan, lalu mendorong kursi rodanya lebih mendekat ke ranjang emely.

"Emely sayang. Ini mama, Emely kangen mama ya." ujar Galin dengan mengelus puncak kepala Emely penuh sayang.

"Mama...." lirihnya lalu duduk menghadap Galin "Aunty itu jahat, aunty itu mau bunuh Emely." adunya dengan menunjuk ke arah Sinta, gadis itu menangis sesenggukan di pundak Galin.

"Ngaku kamu, anak siapa itu?!" tanya Sinta pada Surya dengan menunjuk ke arah Emely

"Aunty jahat! Ini papa Emely." sahutnya dengan menarik lengan kemeja Surya

"Diam kamu!" bentaknya pada Emely, membuat gadis berumur lima tahun itu semakin mengencangkan tangisannya.

"Itu anak saya." semua orang mengarah pada seseorang yang baru saja mengaku bahwa Emely adalah anaknya. Galih, lelaki dengan ekspresi sulit diartikan itu mendekati Emely lalu menggendongnya.

"Benar kan sayang?" tanyanya mengedipkan satu matanya pada Emely, hal itu membuat Emely tersenyum kemudian mengangguk.

"Papa baru Emely ganteng banget." bisiknya yang hanya bisa didengar Galih. Lelaki itu tertawa hambar dan berakhir mencium kedua pipi Emely.

"Sinta, aku bisa jelaskan. Emely it-"

"Biar saya yang jelaskan." potong Galih kemudian menghadap kearah Sinta yang sudah membara api siap menerkam mangsanya. "Emely adalah putriku, masa mudaku terlalu bebas hingga punya hubungan gelap dengan seseorang tak dikenal. Aku membuangnya, tapi om Surya merawatnya bersama Galin. Jika anda ingin tahu siapa Galin, dia merupakan wanita karir yang banyak diincar para perusahaan. Bukan karena suka tapi karena ingin berbondong-bondong bekerja sama dengannya." terangnya kembali merebahkan Emely ke ranjang.

Wanita dengan pakaian formal itu pergi meninggalkan ruangan tanpa sepatah kata. Membuat seluruh orang ayang ada di ruangan bernafas lega.

Surya, lelaki paruh baya itu sangat berterimakasih atas bantuan Galih demi membela dirinya. Galih sendiri tahu jika Surya maupun Galin masih belum siap menjelaskan siapa itu Emely. Meski dasarnya ia tidak tahu, ia tidak ngebet pengen tahu masalah orang. Cukup masalah Galin yang harus ia ketahui dan ia atasi. Baginya, Galin sekarang adalah bagian dari hidupnya.

"Pak, bapak seharusnya tidak perlu menyebut jika bapak punya hubungan bebas. Itu sama saja bapak merusak reputasi bapak sendiri lho." ujar Galin terlihat nampak bingung campur kaget.

Galih tersenyum. "Apapun demi kebaikan kamu, pasti akan tetap saya lakukan, Galin."

Suatu kebahagiaan bagi Galin ketika ia mulai sekarang akan merawat Emely dirumah. Didampingi dengan Galih, yang sekarang kerap dipanggil papa ganteng oleh Emely.

Publik mulai menyebarluaskan berita akan kedekatan Galih dengan Galin hingga memiliki anak. Keduanya memang sempat mengaku di publik jika Emely merupakan putrinya tapi, keduanya tidak mengaku akan siapa orang tua kandung Emely. Hingga publik menyimpulkan bahwa Emely merupakan anak dari hubungan gelap Galih dan Galin.

Lalu bagaimana rumor hubungannya dengan Surya?

Publik semakin dibuat bertanya-tanya akan kehidupan Galin yang begitu sulit ditebak. Selain cerdas, Galin merupakan orang yang sangat teliti dalam menyimpan rahasia. Menurutnya, satu kalimat bocor di publik, seluruh rahasia yang ia tutup rapat akan terungkap tanpa orang lain bertanya.

"Pak, maaf gara-gara saya bapak juga terlibat dalam masalah saya." ujar Galin

"Tidak, Galin. Justru dengan saya terlibat, mereka tidak fokus dengan urusanmu. Saya tahu kamu sulit untuk menghadapi, maka datangnya saya jelas untuk mengatasi." balas Galin cukup menenangkan

"Tapi pak-"

"Mama jangan celewet ya, kasian papa telinganya sakit dengelin mama."sahut Emely membungkam mulut Galin, membuat Galih tak bisa menahan tawanya.

Tawa kecil itu, guyonan kecil itu, tanpa sadar ada seseorang yang memerhatikan interaksi  ketiganya dari luar jendela rumah Galin.

"Galih, Galin. Dua nama yang hampir sama. Siapa mereka?"

Rumah yang nampak sepi tanpa penghuni itu, kini lengkap dengan tawa anak kecil yang memeriahkan suasana rumah sederhana Galin. Dipagi yang teramat buta, Haris datang dengan dua tangan yang membawa bingkisan. Galin menyambutnya dengan hangat, karena sebelumnya Haris sudah mengabari jika akan berkunjung.

"Emely!" serunya memanggil Emely yang baru saja keluar dari kamar.

"Alis!" Emely berteriak semangat menghampiri Haris. Selama Surya dan Galin sibuk di luar, Haris lah yang sepenuhnya menjaga Emely. Baby sitter hanya akan datang saat dibutuhkan.

Jangan diragukan lagi kedekatan Emely dan Haris yang melebihi seorang perawat. Dengan Haris, Emely jarang merindukan Surya maupun Galin. Baginya, Haris sudah lebih dari cukup untuk menjaganya. Sampai memanggil pun Emely tidak memakai embel-embel om ataupun uncle. Karena seiringnya mereka bersama, Emely menganggapnya sebagai teman.

"Ini untuk Emely." ujar Haris dengan menyodorkan paperbag pada Emely

"Dan ini untuk kamu, Galin." lanjutnya juga menyodorkan paperbag pada Galin.

"Apa ini, Har?" tanya Galin berniat membuka isi paperbag pemberian Haris, namun Haris memintanya untuk tidak membuka didepannya.

"Emely sudah sepenuhnya sama kamu. Saya hanya akan bisa sekedar menjenguk lalu fokus dengan tugas saya." ujar Haris seolah-olah tidak akan pernah kembali lagi.

"Kamu ngomong apa, Har? Meski Emely sepenuhnya disini, kamu boleh kesini bahkan tiap hari." balas Galin. "Maaf, jika selama saya fokus diluar, saya terlalu merepotkan mu hingga tak fokus pada pekerjaanmu karena sibuk menjaga Emely."

"Sekarang saya akan kembali fokus menjaga ibu indah." Jeda sejenak "oh ya, berita-berita miring tentangmu sudah ku hapus. Saya blokir akun-akun mereka semua."

"Alis, Emely mau makan sama Alis!"

"Uncle Haris ada kepentingan, sayang." balas Galin

"Alis!" marahnya karena Haris tak menjawab.

"Iya, Alis makan disini, kok." Haris akhirnya menjawab dengan mencubit pipi Emely gemas. "Btw, emang udah ready makanannya?"

PELACUR GALINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang