Arvin, lelaki dengan sejuta pesona itu baru saja sampai dirumah. Di siang bolong yang seharusnya ia masih nongkrong dengan teman-temannya, terpaksa harus pulang karena sebuah perintah.
Suatu hal mengejutkan bagi Arvin ketika ia melihat Arya berada dirumah dengan kaos santainya. Dari waktu biasanya yang tak pernah pulang, kini Arvin dapat melihat kegiatan Arya ketika dirumah.
"Oh, masih ingat rumah?" tanyanya berjalan melewati Arya begitu saja tanpa ada rasa sopan sedikitpun, hal itu membuat Arya sedikit geram melihat tingkah putranya yang begitu jauh mengenal adab.
"Arvin!" teriaknya menghampiri Arvin yang berhenti di ujung tangga.
"Papa mau ngomong sama kamu." lanjutnya
Arvin menunjukkan ekspresi malasnya mendapati Arya yang terlihat ingin ber basa-basi dengannya. "Oh, papa ya?" lagi, sesuatu yang keluar dari mulut Arvin benar-benar membuat emosional Arya meluap.
"Ngomong sama orang tua itu yang sopan!"
"Sopan? Sama manusia biadab? Terlalu memalukan!" ketusnya kembali melanjutkan jalannya menuju kamar.
Bugh!
Dengan emosional yang memuncak, Arya meninju punggung belakang Arvin hingga lelaki itu hampir oleng dibuatnya. Untungnya, Arvin bisa menyeimbangkan tubuhnya jika ada sasaran tiba-tiba.
"Papa tidak pernah mengajarkan kamu untuk melawan orang tua, Arvin! Papa menyuruhmu pulang karena mamamu mencari kamu." ujar Arya menekan setiap kata yang diucapkan.
"Lalu apa gunanya anda ada dirumah?"
Arvin segera naik kelantai atas dan masuk kedalam kamar indah, mamanya. Dilihatnya, ada lelaki paruh baya yang mencoba membunuh indah dengan bantal, supaya indah sulit untuk mengontrol nafasnya.
"Kakek!" teriaknya mendorong laki-laki yang Arvin sebut kakek itu menjauh dari indah. Tak kuasa menahan amarah ketika melihat indah yang begitu sulit mengatur nafasnya, Arvin terlalu kalap hingga memukul wajah kakeknya.
"Pergi anak sialan! Wanita tak berguna itu harus mati!" Kakek hendak kembali mencoba membunuh indah, tapi , Arvin lebih dulu mendorong hingga pria itu jatuh ke lantai.
"Mertua biadab!" bentaknya lalu menghampiri Indah. Disamping indah ada Haris yang baru saja datang. "Bawa mama gue kerumah sakit!" pintanya yang langsung di laksanakan Haris. Lelaki itu membopong Indah keluar dan membawanya kerumah sakit.
"Arya! Ceraikan istrimu segera. Wanita tidak berguna seperti dia akan selalu menyusahkan! Nikahi wanita yang ayah pilih untuk kamu. Tinggalkan dia dan usir dia dari sini!"
Disisi lain, Arya langsung membopong alih Indah dari Haris. Tak menggubris ucapan Anto selaku ayahnya yang memintanya untuk menceraikan Indah. "Saya yang akan bawa istri saya ke rumah sakit. Kamu atasi mereka, jangan sampai dari keduanya melakukan suatu hal buruk."
Ctar!
Terdengar suara pecutan yang sangat nyaring ditelinga Haris. Ia segera masuk, didalam sudah ada Arvin yang terbaring tengkurap dengan mata terpejam. Sedangkan tuan besar didepannya terus menyabet punggung Arvin menggunakan sabuk.
"Tuan Anto!" teriaknya mencoba menghentikan tuan besarnya yang terus memukuli Arvin hingga dirinya yang harus merelakan kena sabetan dari Anto.
"Minggir kamu! Anak kurang ajar seperti dia pantas mendapat ini!"
"Berhenti tuan! Arvin bisa mati!" teriaknya merebut paksa sabuk di tangan Anto. Jelas hal itu membuat tuan besarnya marah dan mencoba mencari sesuatu untuk mengganti sabuk yang diambil Haris.
"Sudah tuan. Jika cucumu mati, siapa yang akan jadi penerus zite group?" hanya kata itu bisa menyadarkan Anto dari setan amarahnya.
Lelaki paruh baya itu pergi keluar dari kamar. Kini, Haris menatap punggung Arvin yang mengeluarkan darah hingga menembus kaos putih yang dikenakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELACUR GALIN
Teen FictionGalin Nadiva. Seseorang yang mendirikan bisnis pelacur di umurnya yang tergolong masih sangat muda dan baru saja lulus masa SMA. Dengan status dirinya yang menjadi leader pelacur, hidupnya tak seburuk masa lalunya. Menjadi pelacur tentunya tak mudah...