CHAPTER 2

169 54 42
                                    

Galin tengah membaca beberapa artikel tentang dirinya dan yang menjadi topik utama adalah pekerjaannya yang menjadi leader bisnis pelacur. Padahal Galin sudah menjelaskan tentang pekerjaannya yang menurutnya pantas untuk dipublik, tetapi mereka-mereka yang terlanjur merundung akan tetap merundung.

• HEBOH!! PELACUR VIRAL YANG SANGAT BANGGA DENGAN PEKERJAAN HARAMNYA

•GALIN NADIVA. SEORANG MAHASISWI YANG BEKERJA SEBAGAI PELACUR

•DEMI TERLIHAT KAYA, WANITA SEMBILAN BELAS TAHUN NEKAT JADI PELACUR

•CANTIK-CANTIK TAPI SEORANG PELACUR

WANITA MUDA DUA JABATAN, PELAKOR DAN PELACUR.

Galin langsung membuang tabletnya asal setelah membaca deretan judul artikel yang semakin marak. Kalau sudah begini, yang harus Galin lakukan apa? Namanya akan semakin memburuk dan reputasinya akan semakin hancur.

Melihat kearah jam dinding yang sebentar lagi menunjukkan angka tujuh. Lebih baik Galin bersiap-siap ke kampus karena hari ini ada jadwal dosen paling killer yang ancaman andalannya adalah nilai.

***

Kehebohan kampus mengenai video Galin kemarin sangat gempar di kampus. Bahkan Galin sendiri yang melihat video itu merasa jijik apalagi orang lain? Yang edit video benar-benar sangat pintar dan sempurna. Galin terlihat seperti jalang beneran. Apalagi terdengar samar-samar suara desahan dan terdengar kata "nggak boleh gitu sayang".

Turun dari mobil, Galin menjadi sangat ragu untuk menginjakkan kakinya di kampus ternama. Dirinya harus punya banyak persiapan untuk menerima segala caci maki nantinya.

Galin menghembuskan nafas panjangnya. "Oke Galin, kamu pasti  bisa." Ucapnya mencoba menyemangati diri sendiri

Dan benar, baru beberapa langkah saja sudah ada banyak orang yang menatapnya dengan tatapan menjijikkan. Galin tidak goyah, Galin tetap melanjutkan jalannya menuju gedung.

"Woy jalang! Masih punya muka buat datang ke kampus? Gue saranin sih mending keluar sendiri daripada dikeluarin."

"Berangkat ke kampus cuma mau cari member yang belum pernah lo coba ya?"

"Pelacur berangkatnya kok ke kampus, emang nggak bahaya ta?"

"Emang boleh ya secantik ini tapi pelacur?"

Dan masih banyak lagi perkataan-perkataan yang seharusnya tidak dilontarkan pada Galin. Sedangkan Galin tetap berjalan santai sampai ke dalam kelas.

Begitu masuk ke dalam kelas, pandangan Galin beralih pada sosok Arvino Ganzite yang kini tengah fokus pada laptopnya. Galin tersenyum, setelahnya Galin berjalan menghampiri Arvin.

"Ada titipan dari bokap lo." Ujarnya dengan menyodorkan semacam berkas kepada Arvin

Arvin menyahut berkas di tangan Galin kasar. Membacanya sekilas, setelahnya langsung merobek berkas tersebut di depan mata Galin hingga beberapa kertas penting itu sobek menjadi beberapa keping. "Gue nggak butuh!"

Galin berjongkok hendak memunguti kepingan berkas penting itu. Namun, Arvin malah menginjak jari-jarinya dengan sesekali menekannya.

"Akh!" Ringisnya pelan karena jarinya diinjak dan ditekan oleh Arvin

Tak hanya itu, Arvin juga menjambak rambut Galin. "Catat baik-baik. Gue, Arvino Ganzite putra Aryana tidak akan pernah setuju menerima tawaran dari jalang kayak lo! Paham?!"

Mata Galin berkaca-kaca. Ia merasa sakit, entah merasakan sakit akibat tangannya yang diinjak atau merasakan sakit hati mendengar hinaan Arvin. Perlu digaris bawahi, Galin bukanlah gadis pelacur yang sering keluar masuk club ataupun hotel yang hanya melampiaskan nafsu dan menghasilkan uang. Tetapi Galin, adalah seorang gadis yang berprofesi sebagai pelacur untuk memenuhi segala hidupnya, agar hidupnya tercukupi dan terjamin.

PELACUR GALINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang