CHAPTER 7

28 15 12
                                    

Kini, bisnis pelacur Galin makin memarak! Wanita 19 tahun nekat menjual diri demi kebutuhan hidup

Membaca satu judul artikel yang baru saja di unggah masuk berita terkini, Galin kembali ragu untuk menginjakkan kaki di kampus. Setelah kemarin kedatangan tiga laki-laki, sekarang ia kedatangan berita yang membuatnya semakin hancur bukan semakin untung.

Tapi, jika hari ini ia tidak pergi ke kampus, ia akan ketinggalan banyak materi. Apalagi sekarang adalah jadwal yang paling gadis itu suka.

Duduk meringkuk di atas karpet, gadis dengan lima huruf itu menatap linglung layar tabletnya. Ia bingung untuk bagaimana menjelaskan pribadinya ke semua orang sedangkan dirinya tidak punya teman satupun di kampus.

"Memecahkan masalah orang lain aja kamu bisa, lalu gimana dengan dirimu sendiri, Galin?" rutuknya mengacak rambutnya frustasi

Ting!

Sebuah notifikasi masuk ke layar tabletnya. Menampilkan berita baru tentangnya. Lagi, Galin semakin menjambak rambutnya kuat lantaran frustasi.

• Tak mampu berkata. Pelacur viral kembali bermain dengan tiga pria sekaligus! Ketiganya mengaku puas dengan pelayanan pelacur tersebut.

Galin mencoba menghubungi para pelanggannya untuk ia mintai keterangan serta bantuan, bahwa yang ada di berita bukanlah seperti itu. Itu artikel hoax dan tak benar seperti itu kejadian nya.

Namun, tak ada satupun yang menjawab telponnya. Lebih parah lagi jika sekarang no nya di blok. Kenapa? Kenapa semuanya seolah adalah rencana untuk menjatuhkannya?

Melihat kearah jam dinding yang menunjukkan pukul 07.30, Galin memilih untuk segera bersiap-siap berangkat ngampus. Mau gimanapun, kuliah prioritas utama. Tapi, bagaimana kabar dirinya nanti saat sampai di kampus? Alah sudahlah, ia hanya ingin kuliah bukan menanggapi mulut mahasiswa yang pedesnya ngalahin cabe sekilo.

Membenarkan tali sepatunya yang terlepas saat baru turun dari taxi, Galin dikejutkan oleh sesuatu yang dingin membasahi kepalanya. Cairan berwarna coklat lengkap dengan es batunya yang membasahi kepala Galin.

"Duh minuman gue...." lirihnya lalu menunduk guna menyetarakan posisinya dengan Galin

"Ups! Sorry ya gal, gue emang sengaja, hahaha." ujarnya kembali menuangkan minuman milik temannya ke atas kepala Galin

Tangan Galin mengepal, emosinya sudah tak tertahankan. Gadis itu berdiri lalu menampar pipi cewek didepannya. Tatapan tajamnya yang membuat siapapun kaget jika Galin juga gadis pemberontak.

"Ada masalah apa lo sama gue?!" teriaknya hendak menampar cewek itu lagi, namun lengannya ditahan oleh seseorang.

"Minggir lo cewek menjijikkan! Jangan sentuh-sentuh cewek gue, najis!"

Tak peduli dengan lingkungan kasta buruk, Galin segera berlari menuju kamar mandi guna membersihkan rambutnya. Namun sepertinya nasib buruk terus menimpanya. Di dalam kamar mandi, Galin juga dihadapkan para senior-senior kampus yang bermulut pedas melebihi cabe sekilo.

"Misi kak, mau cuci muka." tuturnya penuh kesopanan, sebab Galin sudah sangat malas meladeni biduan kampus yang tidak pernah introspeksi diri.

"Mau cuci muka apa cari muka?" Cewek dengan tubuh gempal itu menyeret rambut Galin untuk ikut kemana perginya.

Galin diseret menuju halaman kampus. Menyalakan keran dan memasang selang, senior itu menyemprotkan air ke arah Galin. Galin tidak memberontak sebab dirinya sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya.

Tidak ada yang menyadari jika Galin menangis dibawah guyuran air selang. Mau bertindak seperti apapun, Galin akan tetap kalah jika semua orang saling menyudutkannya. Tuhan, bolehkah sekarang? Saya menyerah. Batinnya pilu lalu menatap darah yang keluar dari hidung nya.

PELACUR GALINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang