~Nyam~
Di sebuah sekolah seni yang terkenal, Bang Chan adalah murid yang terkenal pintar dan selalu tenang, sementara Hyunjin adalah si tampan yang selalu punya ide-ide paling absurd.
Suatu hari di kantin, Hyunjin berlari ke arah Chan dengan ekspresi panik. “Hyung! Ini serius. Masalah besar!”
Chan, yang sedang asyik makan, menghela napas. “Hyunjin, kalau ini soal rambut lo lagi, udah gua bilang... itu masih di kepala lo.”
Hyunjin melotot. “Bukan soal rambut, hyung! Ini lebih gawat dari itu njir!” Ia mencondongkan tubuhnya dan berbisik dramatis, “lo tau ga, ternyata ada hantu disekolah kita.”
Chan langsung mematung, garpunya berhenti di tengah jalan. "Hah.. Hantu? Di sekolah?"
“Iya! Gua dengar suara aneh di aula musik semalem. Kek... suara gelas pecah, terus ada suara langkah kaki...” Hyunjin mulai berbisik lebih keras, membuat Chan akhirnya meletakkan makanannya.
Chan memandang Hyunjin dengan ekspresi datar. “lo yakin itu bukan penjaga sekolah yang lagi ngebersihin kaca?”
Hyunjin menggeleng cepat. “Enggak, hyung. Ini lebih dari sekadar itu! Kita harus nyelidikin malam ini. Kalau ngga, tu hantu bisa ngerasukin salah satu dari kita...iiiii”
Chan menatap Hyunjin dengan tatapan ‘serius-lo-mau-ngajakin-gini?’. Tapi, sebagai hyung yang baik, dia akhirnya mengalah. “Oke, tapi kalo kita ngga nemu apa-apa, lo traktir gua ramen selama seminggu.”
Malamnya, mereka berdua menyelinap masuk ke aula musik. Hyunjin berbekal senter dan Chan membawa—segelas kopi. "Biar kalau ada hantu, gua bisa tetap terjaga," katanya sambil tersenyum kecil.
Saat mereka mulai berkeliling, tiba-tiba terdengar suara aneh dari ruangan di ujung aula. Mereka mendekat, dan Chan, yang lebih skeptis, membuka pintu perlahan. Tapi bukannya hantu, mereka malah menemukan... sebuah kucing besar yang duduk manis di atas piano, menjilat-jilat kakinya.
Hyunjin langsung menjatuhkan senter dan mundur dengan wajah ketakutan. “Anjing! E-eh kucing, h-hyung! itu Kucing setan!”
Chan tak kuasa menahan tawa. “Hyunjin, itu cuma kucing biasa.”
“Enggak mungkin, hyung! Kucing biasa enggak bisa main piano!” balas Hyunjin dengan nada serius, membuat Chan semakin tertawa terbahak-bahak.
Setelah memastikan si kucing tidak punya kekuatan supernatural, mereka memutuskan untuk keluar dari aula. Tapi sebelum mereka bisa melangkah jauh, tiba-tiba lampu di seluruh gedung mati. Hyunjin langsung panik.
“Hyung, ini tanda dari alam semesta! Kita harus keluar sekarang!” teriak Hyunjin sambil berlari ke arah pintu keluar, meninggalkan Chan yang berusaha menahan tawa.
Ketika mereka sampai di luar gedung, Chan akhirnya berkata, “Oke, Hyunjin. Kalau begitu, ramen selama seminggu ya?”
Hyunjin, yang masih setengah gemetar, hanya bisa mengangguk lemah. "Tapi hyung, gua yakin... Itu kucing sebenarnya penyihir lagi nyamar!"
Chan tertawa sambil menepuk pundaknya. “Kita bakalan cari tau lain waktu, detektif Hyunjin. Tapi sekarang, lo traktir gua dulu.”
Keesokan harinya, di sekolah, rumor tentang “hantu kucing” telah menyebar cepat. Setiap kali Hyunjin berjalan melewati kelas, teman-temannya akan menyapa dengan, “Hey, detektif! Sudah menemukan hantu kucingnya?”
Hyunjin, yang sudah cukup merasa tertekan, mulai berusaha memperbaiki citranya. Dia berbalik dengan penuh percaya diri dan berkata, “udah lah! Itu hantu kucing terkuat yang pernah ada! Dia mungkin nyamar jadi kucing, tapi sebenarnya dia... seorang penyihir! Dan kita harus nyelidikin lebih lanjut!”
KAMU SEDANG MEMBACA
~Chanjin Things~
Contokumpulan cerita chanjin bxb Chan top hyunjin bot Jan salah lapak