Dibawah Langit Senja

20 3 0
                                    


Di sebuah kota kecil yang dikelilingi pegunungan, Bangchan dan Hyunjin hidup sebagai teman masa kecil. Mereka berbagi segalanya, dari kebahagiaan hingga kesedihan. Bangchan adalah seorang pemuda yang bercita-cita menjadi musisi, sedangkan Hyunjin, dengan bakat seninya, sering menghabiskan waktu melukis di tepi danau dekat rumah mereka.

Suatu sore yang tenang, mereka duduk di tepi danau, melihat matahari terbenam. Warna oranye dan merah memantul di permukaan air, menciptakan suasana yang menenangkan. "Hyunjin, jika kita bisa tetap seperti ini selamanya, aku akan sangat bahagia," kata Bangchan sambil tersenyum.

Hyunjin tersenyum kembali, tetapi ada kesedihan di matanya. "Aku juga, Chan. Tapi kita tahu hidup tidak selalu seperti ini. Kita punya impian yang harus dikejar."

Mereka menghabiskan waktu bersama, merencanakan masa depan dan berbagi harapan. Namun, semakin mereka dewasa, semakin berat tanggung jawab yang harus dihadapi. Hyunjin mulai mendapatkan tawaran untuk memamerkan lukisannya di galeri, sementara Bangchan semakin sibuk dengan proyek musik yang membawanya ke kota lain.

Hari-hari berlalu, dan meskipun mereka berusaha menjaga hubungan mereka, jarak mulai memisahkan mereka. Pesan-pesan singkat dan panggilan telepon menggantikan percakapan mendalam di tepi danau. Bangchan merindukan suara tawa Hyunjin dan pelukan hangatnya. Begitu pula sebaliknya, Hyunjin merindukan momen-momen sederhana ketika mereka hanya bisa berbagi mimpi tanpa beban.

Suatu malam, Bangchan mendapat berita buruk: Hyunjin mengalami kecelakaan saat dalam perjalanan ke pameran lukisannya. Dia bergegas ke rumah sakit, hatinya berdebar kencang. Ketika tiba, dia menemukan Hyunjin terbaring tak berdaya di tempat tidur rumah sakit, wajahnya pucat dan tubuhnya terhubung dengan berbagai peralatan medis.

“Hyunjin!” teriak Bangchan, mendekat dengan air mata mengalir di pipinya. Hyunjin membuka matanya perlahan dan tersenyum lemah. “Chan, aku senang kamu datang,” bisiknya. “Maaf aku membuatmu khawatir.”

Bangchan memegang tangan Hyunjin, berusaha tersenyum meskipun hatinya hancur. “Aku tidak akan pergi lagi, aku janji. Kita akan melalui ini bersama-sama.”

Tetapi keadaan Hyunjin semakin memburuk. Dokter memberi tahu Bangchan bahwa meskipun mereka melakukan yang terbaik, ada kemungkinan Hyunjin tidak akan selamat. Saat hari-hari berlalu, Bangchan berada di samping Hyunjin, menceritakan semua kenangan indah yang mereka buat bersama, berharap bisa memberikan kekuatan padanya.

Namun, saat senja tiba pada hari ke sepuluh di rumah sakit, Hyunjin memejamkan mata untuk selamanya, meninggalkan Bangchan dengan kepedihan yang tak terlukiskan. Bangchan merasakan separuh jiwanya telah hilang.

Setelah pemakaman Hyunjin, Bangchan merasa hampa. Kehidupan sehari-harinya yang dulunya cerah kini terasa kelabu. Dia kembali ke rutinitasnya, tetapi tanpa senyum Hyunjin, semuanya terasa berbeda. Di studio musik, dia merasa terasing. Melodi yang dulu mengalir dengan mudah sekarang terasa berat di hatinya.

Suatu malam, Bangchan duduk di depan piano, tangannya memainkan nada-nada lembut yang terinspirasi oleh kenangan bersama Hyunjin. Dia teringat saat mereka duduk di tepi danau, berbagi impian dan harapan. Dalam keheningan itu, ide muncul di benaknya. Dia ingin menciptakan sebuah lagu yang akan menghormati Hyunjin—sebuah lagu yang menggambarkan cinta dan persahabatan mereka.

Setelah berminggu-minggu bekerja di studio, Bangchan akhirnya menyelesaikan lagu tersebut. Dia memberinya judul "Senja untuk Kita." Setiap liriknya terukir dengan kenangan manis, dan melodi yang mengalun membuatnya merasa seolah Hyunjin masih bersamanya.

Bangchan memutuskan untuk mengadakan pertunjukan kecil di danau tempat mereka sering menghabiskan waktu. Dia ingin mengundang teman-teman dan keluarga Hyunjin, sehingga mereka bisa merayakan kehidupan dan karya seninya. Dalam hati, dia berharap dengan cara ini, dia bisa merasakan kehadiran Hyunjin sekali lagi.

~Chanjin Things~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang