(Tunggu Apa Lagi - Nyoman Paul)
"Nggak bareng Papa aja?" tanya Andra menatap Giandra. Pagi Giandra kali ini full mentari, sepertinya terlalu banyak mentari di hati Giandra membuat dunia agak gelap pagi ini.
Cowok itu menggeleng, "Kasihan, masa anak cowok jadi manja banget. Giandra nggak apa-apa kok, Pa."
"Pakai jaket," ingat Mama.
Giandra mengangguk, menggunakan jaket di depan orang tuanya langsung. Ia melirik jam dinding, setengah tujuh. Bukannya itu cukup siang untuk berangkat sekolah?
"Giandra berangkat."
"Hati-hati, jangan ngebut." Mama menunggu Giandra sampai motornya menghilang di balik pagar rumah.
*
Giandra tersenyum, "Nggak bisa move on ya?" Ia berpapasan dengan Hana saat turun dari motor tadi. Mereka melangkah bersama, ralat, Giandra mengekor Hana dengan cepat.
"Han, selamat pagi."
Hana berhenti melangkah, "Diam ya lo, bacot gue bunuh!"
Giandra mengangkat tangan takut, "Takut banget, kabur ah." Ia mengacak rambut Hana gemas, terkekeh dengan lepas, lalu berlari menuju ruang OSIS. Hana kembang kempis, menahan emosi pagi ini.
Sialnya pipinya mulai merah.
"Hana!" Cewek itu menoleh melihat Risa dan Alea berlari bersamaan.
"Ayo ke kelas, ngapain di sini?"
Hana menggeleng, ia bersisian melangkah menuju kelas. Mencoba melupakan sosok Giandra yang semalam. "Han, lo panas? Muka lo merah banget."
*
Bu Retno menatap Hana, lantas menghela nafas kecil. "Ibu minta tolong ya, Hana. Giandra pasti mau bantu kamu kok, dicoba lagi."
Hana baru saja mengeluh susah mendapatkan informasi dari Giandra. "Maaf Bu, tapi susah komunikasi sama Giandra," jawab Hana membenarkan.
"Biar Ibu bantu atur jadwalnya ya, kamu tunggu jam dispensasi hari ini." Hana mengangguk lalu pamit undur diri.
Ia melangkah menjauhi ruang sastra, membuka ponselnya melihat chat dari Alea di kantin. Ia melangkah cepat hendak menyusul.
Kakinya melambat saat manik matanya menatap seseorang sedang duduk berdua di lobi depan. Giandra dan Seli.
Ia mencoba mengabaikan, melangkah melalui keduanya. Giandra mungkin tidak sadar, makanya tidak menggubris Hana yang lewat. Apa sih yang hatinya mau!
"Risa, Alea!" Hana melangkah memasuki area kantin, yang aneh adalah Devano yang duduk di sebelah Alea dengan tenang.
"Ngapain dia di sini?" Tunjuk Hana menatap Devano.
Cowok itu berdecak, "Han, gue cuma duduk. Salah apa gue?" Hana mengamati seksama.
"Yang salah itu lo deket sama Alea, jujur, kalian ada apa-apa kan?"
"Enggak!" Devano dan Alea menjawab serempak dengan wajah tertekuk semua. Membuat kekehan kecil keluar dari bibir Risa dan Hana.
"Ini, gue pesenin soto." Hana mengangguk, melahap soto dengan cepat.
Ting!
Hana memilih membiarkan, ponselnya berdenting.
Ting! Ting!
"Mantan lo pasti," ujar Devano.
"Mana ada, ngapain juga chat gue."
"Kan kalian sleep call semalem."

KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi Mantan [continue]
عاطفية[iamgigi_] 🚫𝐀𝐑𝐄𝐀 𝐀𝐍𝐓𝐈 𝐏𝐋𝐀𝐆𝐈𝐀𝐑𝐈𝐒𝐌𝐄🚫 "Putus itu pilihan kan? Kalo balikan kewajiban?" Nb. Konflik ringan, silahkan dicoba dulu kakak, dan hati-hati gigi kering nih ") ~o0o~ "Lama banget, katanya cuma nyamperin Giandra?" tanya Gerb...