Beberapa saat lalu pidato pembukaan acara yang dilakukan oleh pihak Rektor sudah selesai. Kini saatnya pihak BEM berpidato.
Wendy dan Dara pun kini sudah siap untuk mengisi acara panggung. Mereka berdua terlihat elegan. Dara dengan gaun one piece nya serta heels yang tidak terlalu tinggi. Lalu Wendy dengan women's suit dipadukan dengan pantofel berwarna hitam pekat.
"Serasi ya kita?" tanya Wendy sembari berkacak pinggang. Kedua alisnya sengaja dia naik turunkan. Bahasa tubuhnya terlihat sangatlah tengil di mata Dara.
"Biasa aja, kamu ga cape apa diri mulu?" Dara melipat kedua tanganya didepan dada. Apakah Wendy tidak capai? Sedari tadi memandang dirinya sambil berdiri.
"Capeknya ilang, ada cewe cantik banget depanku." Wendy mencolek dagu Dara. Tidak lupa dia mengedipkan sebelah matanya.
"Makin berani ya kamu." Dara memperbaiki letak duduknya, diangkatnya kaki kanannya lalu bertumpu pada kaki kirinya. Duduk bersila. "Kamu kok jadi tengil sama suka gombal gitu, belajar dari mana?"
"Tiktok," jawab Wendy cepat. Bibirnya cengengesan seperti orang bodoh, masih sambil memandang penampilan Dara.
"Aku cantik banget ya?" Dara mengibaskan surai panjangnya. Dia berusaha menampilkan wajah sombongnya sebisa mungkin.
"Huum, banget." Wendy menganggukkan kepalanya berkali-kali, bak anak kecil yang bahagia karena dibelikan permen milkita. Ini permen mahal. Tiga permen milkita setara dengan satu gelas susu sapi.
Tok Tok Tok
Dara dan Wendy serentak mengalihkan atensinya ke arah pintu.
"Masuk," ucap Dara dari dalam ruangan.
Sesosok laki-laki pun muncul setelah pintu terbuka. "Bentar lagi pidatonya selese, kita disuruh siap-siap ke belakang panggung."
"Oke Bas." Dara mengacungkan jempolnya. Dia pun kini bangkit berdiri. "Duluan Bas, aku sama Kak Wendy nyusul."
"Oke." Abas pun beranjak dari ruangan tersebut. Tidak lupa dia menutup pintu kembali sebelum benar-benar pergi dari sana.
"Udah siap?" tanya Dara kepada Wendy.
"Degdegan," jujur Wendy. Dia pun meraih tangan Dara lalu mengarahkannya pada dadanya. Rasa gugup tiba-tiba menyerangnya. Hal ini biasa terjadi bukan? Siapa yang tidak gugup ketika akan tampil di depan banyak pasang mata.
Ah, kecuali Dara. Anak itu mana punya malu. Tingkat kepercayaan dirinya diluar batas akal sehat Wendy.
"Sini peluk dulu." Dara pun merentang kedua tangannya. Tentu saja Wendy menerima penawaran Dara. Dengan senang hati dia pun memeluk Dara.
Dara mengusap bagian belakang kepala Wendy. Menyalurkan rasa tenang dari sentuhannya. Lambat laun Wendy pun merasa lebih rileks. Aroma tubuh Dara menyeruak di indera penciuman Wendy, dan itu sangat membantu dirinya untuk lebih tenang.
Keduanya mulai merenggangkan pelukan, mulai saling melepaskan diri.
"Udah yaa.."
"Iya udah, makasih." Wendy tersenyum lebar. Bagaimana dirinya tidak jatuh hati pada sosok seperti Dara? Malaikat dalam hidupnya.
"Yok.. kasian Abas sama Andy nungguin."
"Ayok."
•
"Hai kalian semua! Jangan bosen-bosen ya liat Luki sama Fani disini." Luki salah satu pembawa acara itu pun tersenyum, sebelah tangannya melambai menyapa penonton dari atas panggung.
"Ya gimana lagi, Ki? Kita kan pembawa acaranya." Fani partner Luki pun terkekeh kecil, tangan kirinya bergerak menampar angin.
"Bener juga. Jadi, tadi kita semua kan udah dapet sambutan nih dari Pak Kurniawan, selaku Rektor kampus. Terus di sapa juga sama kakak BEM yang cantiknya minta ampun, Kak Lisa tapi bukan Lisa blackpink. Abis ini kira-kira kita mau ngapain ya, Fan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SISTER (GxG)
RomanceHubungan segender saja sudah salah, apalagi ini. Sudah segender, sedarah pula. keduanya dikandung dalam rahim yang sama serta dari ayah yang sama. Namun seakan membutakan penglihatan serta menulikan rungu mereka, perasaan itu tetap ada.