"Aku cinta kamu, Ra. Ayok kita mulai dari awal."
Deg
Dara membeku ditempat, dia terdiam terpaku akan penuturan Caca. Dara pun menimang-nimang tentang tindakan apa yang akan dia lakukan setelah ini. Haruskah dia menerimanya?
Dekapan Caca yang terasa sangat hangat di tubuh Dara, sampai-sampai tanpa sadar Dara mengangkat kedua lengannya membalas pelukan Caca dengan mendekap perut ramping miliknya. Kepalanya dia pasrahkan pada sisi bahu, lalu wajahnya dia tenggelamkan ke dalam leher jenjang Caca.
Mendapatkan respon yang baik dari Dara, Caca pun mulai berani melakukan hal yang lebih. Dengan lembut dia mengusap-usap belakang kepala Dara, menyalurkan perasaan sayangnya melalui sentuhan. Disamping itu, terkadang Caca juga mengecup-ngecup ringan pipi putih Dara.
Dara pun memejamkan kedua matanya, menikmati setiap sentuhan yang Caca berikan kepadanya. Rasanya sungguh nyaman, hatinya pun berangsur-angur menghangat. Ketenangan yang diberikan Caca sangat berpengaruh terhadap suasana hatinya.
"Aku cinta kamu, Ra." Kembali, Caca mengungkapkan isi hatinya kepada Dara. Bukannya menjawab, Dara justru mengeratkan dekapannya pada perut Caca. Perutnya terasa mulas, seperti banyak kupu-kupu berterbangan disana.
Kecupan Caca pun berangsur-angsur turun mengarah pada rahang dan makin lama makin turun ke leher jenjang Dara. Sensasi geli yang menyenangkan itu pun dapat Dara rasakan. Lagi, dia tidak menolak karena memang dia menikmati sentuhan dari Caca.
"Ra?" panggil Caca dengan intonasi suara yang sangat rendah.
"Hm?" Dara pun menarik kepalanya dari sisi bahu Caca, lalu mendongak menatap Caca dengan kedua alisnya yang terangkat.
Caca seketika terpaku menatap kedua bola mata Dara. Kalau dari dekat seperti ini, iris mata Dara yang berwarna coklat terang itu pun dapat terlihat jelas. Ya ampun, Caca sungguh menyukainya. Tidak hanya iris mata Dara yang dia suka, hidung, bibir bahkan kedua alis yang berada sejajar di atas kedua mata Dara pun Caca suka. Segalanya tentang Dara pastilah Caca suka.
"Aku cinta sama kamu." Ini ketiga kalinya dalam sehari Caca mengatakan perasaan sesungguhnya terhadap Dara. Panas dingin dia rasakan pada sekujur tubuhnya karena Dara tak kunjung memberikan respon. Dia mulai merasa gelisah sendiri, takut akan tanggapan Dara tentang hal ini.
Dara secara perlahan mulai merenggangkan dekapannya pada perut Caca, hingga pada akhirnya pelukan dari keduanya pun terlepas.
Dara memberikan senyuman yang sangat manis kepada Caca, hal itu tentu saja membuat kedua sudut bibir Caca ikut terangkat. Jantungnya berdegup sangat cepat hingga rasanya akan meledak pada saat itu juga.
Tangan kanan Dara terangkat mengarah menuju pipi kiri Caca, jemarinya yang lentik dia gunakan untuk mengusap-usap pipi Caca yang halus itu. Kini giliran Caca yang memejamkan kedua matanya, menikmati setiap sentuhan yang Dara berikan untuknya. Tangan Caca pun ikut bergerak, meraih punggung tangan Dara dan digenggamnya dengan lembut.
Rasanya sudah sangat lama sekali Caca tidak merasakan kenyamanan yang entah mengapa terasa sangat dia rindukan seperti saat ini. Kenyamanan yang Dara berikan dan Febby berikan bahkan terasa tidak sebanding. Mungkinkah karena rasa cintanya terhadap Dara lebih besar dibandingkan dengan rasa cintanya terhadap Febby?
Tiba-tiba Dara menarik kasar tangannya yang tadi bertengger nyaman pada pipi Caca. Melihat apa yang di lakukan Dara secara mendadak itu, membuat Caca tidak bisa menahan keterkejutannya. Kedua bola matanya bahkan sampai terbelalak lebar.
"Putus dulu sama Kak Febby." Suara yang Dara keluarkan tidaklah keras. Kebalikannya, suara Dara justru terdengar sangatlah pelan. Akan tetapi setiap kata yang keluar dari mulutnya itu penuh dengan penekanan. Ditambah dengan ekspresi wajahnya yang berubah menjadi datar, menunjukan bahwa dia sedang bersungguh-sungguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
SISTER (GxG)
RomanceHubungan segender saja sudah salah, apalagi ini. Sudah segender, sedarah pula. keduanya dikandung dalam rahim yang sama serta dari ayah yang sama. Namun seakan membutakan penglihatan serta menulikan rungu mereka, perasaan itu tetap ada.