Chap 20

675 60 19
                                    

Dara terbangun dari tidur singkatnya. Tadi setelah dia dan juga Caca sampai di puncak, mereka berdua segera merapikan barang-barang bawaan. Setelah selesai, mereka berdua lanjut makan siang dan pada akhirnya tertidur di karpet depan televisi bersama.

Dara mengerjapkan kedua kelopak matanya beberapa kali, berusaha beradaptasi dengan cahaya dalam ruangan tersebut. Setelahnya, dia sedikit menengok ke arah perutnya yang terasa berat, karena digunakan sebagai bantalan kepala oleh Caca.

Tangan Dara bergerak perlahan, jari-jari lentiknya mulai memberikan usapan lembut pada kening Caca. Setelah dirasa cukup, Dara mencoba untuk mengganti posisinya menjadi duduk. Dan dengan hati-hati dia memindahkan kepala Caca menjadi bertumpu pada kedua pahanya.

Dara melakukan peregangan otot pada lehernya yang sedikit terasa kaku. Lalu, dia mencoba untuk merilekskan dirinya sendiri dengan menyandarkan kepalanya pada pinggiran sofa.

"Udah bangun, Kak?"

"Anjing!"

"Sopannya."

"Sejak kapan lo disitu?"

Jemy menegakkan tubuhnya terlebih dahulu sebelum menjawab. "Ga lama setelah kalian tertidur, mungkin?" Jemy mengendikkan kedua bahunya tidak yakin. Dia juga tidak tahu pasti sejak kapan dia datang dan ikut tertidur disana. Bedanya Jemy tidak tertidur bersama dengan kedua kakaknya di karpet. Namun, dia tertidur pada sofa yang dijadikan sandaran kepala oleh Dara saat ini.

"Kak Caca ga pernah berubah. Masih doyan tidur." Jemy berdiri dari tempatnya. Dia memandang ke arah Caca dan juga Dara secara bergantian. Kedua kakaknya ini selalu bersama, layaknya lem perangko. Dimana ada Caca pasti ada Dara, begitu juga sebaliknya. Sedangkan dirinya sedari dulu jarang sekali menghabiskan waktu bersama mereka berdua.

Bukan karena Jemy tak ingin, namun dia lebih banyak menghabiskan waktu disekolah atau ditempat les. Dia sudah belajar lebih giat sedari dini, karena dia sadar kemampuan berpikirnya kurang tangkap dibandingkan kedua kakaknya.

Ayahnya sebenarnya sadar akan kemampuan akademik Jemy. Dia menyarankan Jemy untuk fokus pada dunia olahraga saja, karena Jemy memang memiliki potensi yang bagus dalam bidang tersebut. Berulang kali Jemy meraih piala kemenangan dari berbagai cabang olahraga. Lagipula setiap anak memiliki kemampuan di bidangnya masing-masing. Tidak selalu sama, walaupun mereka satu darah.

Meskipun demikian, Jemy tetap berusaha menyeimbangkan antara kemampuan akademik dan juga non akademiknya. Dia tidak mau terlalu tertinggal jauh oleh kedua kakaknya.

"Iya. Dari dulu juga gini, kan? Sebenernya karena dia suka begadang aja sih." Dara menepuk pelan pipi Caca beberapa kali. Ini sudah sore, hampir malam. Caca harus bangun, atau dia akan susah tertidur pada malam hari dan akan membuatnya kembali begadang.

Caca pun menggeliat kecil sebelum dirinya membuka kedua matanya secara perlahan. Dia sedikit memijat pelipisnya tatkala rasa pusing kembali menyerang kepalanya.

"Kenapa? Masih pusing?" Melihat Caca yang sedang mencoba untuk duduk, Dara pun berinisiatif untuk membantunya.

"Ngga.. Cuma lagi ngumpulin nyawa aja." Caca memejamkan kedua matanya cukup lama, lalu membukanya kembali. Hari ini dia merasa tubuhnya cukup lunglai. Sedikit menyesal karena begadang sampai subuh, padahal dia tahu esoknya akan melakukan perjalanan yang cukup panjang.

"Kak Caca," panggil Jemy pelan.

"Hm?" Caca menoleh ke arah Jemy dengan kedua alisnya yang terangkat.

"Kenapa baru pulang sekarang?" Caca sedikit terperanjat saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Jemy. Bukannya langsung menjawab, dia malah mengalihkan netranya dari Jemy menuju ke arah Dara. Pertanyaan yang sederhana dengan jawaban yang sederhana juga sebenarnya. Namun, bagi Caca pertanyaan itu sangat sulit baginya untuk dijawab.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 13 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SISTER (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang