01. BKC: Kegaduhan di hari yang sama

45 11 8
                                    

"Katanya sodara? Kok gak saling tolong menolong?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Katanya sodara? Kok gak saling tolong menolong?"

.
.
.

• Happy Reading •

Baik Harsa, Cakra, serta Jingga tengah menatap pohon mangga yang dipenuhi dengan buah buah nya yang segar disana, memikirkan bagaimana caranya agar mereka dapat merasakan buah yang segar itu. Dimulai dengan Harsa yang tengah memikirkan strategi terlebih dahulu, lalu Cakra serta Jingga hanya menunggu instruksi dari sang ketua, jadi mereka hanya menunggu Harsa saja yang tengah berpikir.

Lalu setelah beberapa detik ia bergelud dengan pikirannya, Harsa akhirnya menemukan cara agar mereka dapat merasakan bagaimana segarnya buah mangga itu kemudian ia mengarahkan pandangannya ke arah Cakra serta Jingga secara bersamaan membuat kedua Adiknya pun balik menatapnya.

"Jadi gini, biar Aa sama Cakra aja yang naik ke atas pohonnya, Ji tunggu disini ya? Tapi jaga jaga juga ya? Kalo ada yang punya Ji langsung bilang ke A harsa sama Cakra disana biar nanti kita gak ketawan ngambilnya," jelas Harsa yang diangguki saja oleh Cakra serta Jingga.

Lalu setelah menyusun strategi nya, yang lebih dahulu memanjat adalah Harsa kemudian diikuti Cakra setelahnya dan Jingga hanya menatap kedua punggung Kakaknya saja sambil setia menunggu kedua Kakaknya itu berhasil mengambil beberapa buah disana.

Sembari menunggu kedua Kakaknya, Jingga melirik kearah kanan serta kirinya mencari tempat duduk yang nyaman agar dirinya tidak lelah saat menunggu kedua Kakaknya disana dan ketika menemukan tempat duduk disana, Jingga buru buru mendaratkan bokong nya.

Dengan bersandung kecil, Jingga masih setia menatap kedua Kakaknya yang kini sudah mulai merencanakan misinya dan yang pertama kali mendapat buahnya, adalah Cakra kemudian lelaki itu menjatuhkan buah mangga itu ke bawah.

Lalu berteriak. "AMBIL JI, TARO DEKET SEBELAH LO AJA NANTI KALO UDAH SELESAI KITA BAWA PAKE BAJU KITA," titah Cakra yang langsung diangguki oleh Jingga.

Setelah itu, si bungsu beranjak dari duduknya lalu mengambil buah mangga yang jatuh nya tak jauh dari sana kemudian disusul dengan satu buah mangga lagi yang berasal dari Harsa dan lagi, Jingga hanya memungutnya.

Hingga beberapa menit setelahnya, ketika buah mangga itu sudah terkumpul lumayan banyak, kedua mata Jingga tak sengaja menatap seorang Bapak Bapak yang tengah membawa sapu disana. Dan bisa dilihat dengan jelas raut wajah Bapak Bapak itu tengah marah membuat Jingga yang melihat itu langsung buru buru mengambil beberapa buah disana.

Kemudian berteriak. "A HARSA, CAKRA! KALIAN CUKUP TAU AJA KALO JINGGA SESAYANG ITU SAMA KALIAN, MAKASIH UDAH JADI KAKAK YANG BAIK BUAT JINGGA, JINGGA SAYANG KALIAN,,, DADAH," setelah mengatakan itu Jingga lari terbirit-birit membuat Harsa serta Cakra yang melihat itu keheranan.

"OY JI! BELUM SELESAI! DIKIT LAGI INI," balas Cakra berteriak bertujuan agar Jingga mendengarnya.

Namun, entah mendengar atau tidak Jingga tetap melancarkan aksinya hingga beberapa saat setelahnya teriakan Harsa sedikit membuat Cakra terkejut mendengar itu.

"WOYILAH BAJINGAN! HEH, ANAK DAKJAL! LO NGAPA GAK BILANG KALO ADA PEMILIKNYA DATENG KESINI, SIALAN!" Teriak Harsa penuh amarah yang langsung membuat Cakra menatap ke arah belakang dibawahnya.

Dan benar saja, Adik bungsunya yang minim sopan santun itu ternyata membiarkan mereka dalam bahaya lalu dengan helaan nafasnya Cakra memasang wajah pasrah.

"Udahlah A, ada kata kata terakhir gak?" Tanya Cakra dengan lesu membuat Harsa berdecak kesal mendengar itu.

"AMBIL DONGO TIKUSNYA ROK!" Teriak Januar yang tengah mengomeli kucingnya sebab mereka berdua sama sama takut akan kehadiran tikus item gede itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"AMBIL DONGO TIKUSNYA ROK!" Teriak Januar yang tengah mengomeli kucingnya sebab mereka berdua sama sama takut akan kehadiran tikus item gede itu.

Karna pikirnya, kucing itu ditakuti oleh tikus jadi seharusnya Roki yang notabenya sebagai seekor kucing, hewan itu tidak takut dengan tikus liar disana.

"Meoww,"

"YA SI ANJING! LO KAN KUCING ROK, TOLOL BANGET KALO TAKUT SAMA TIKUS!" Lanjut Januar yang kembali mengomel sebab kucingnya menatap ke arahnya dengan tatapan minta dikasihani.

Pasalnya, Januar pun tidak bisa membantu apapun, ia juga sama takutnya bahkan sekarang, Januar tengah menaiki kursi makan disana untuk menghindari dirinya dari tikus sialan itu.

Aneh memang namun itulah kenyataannya, hingga beberapa saat setelah Januar mengomel datang lah Jemian yang terganggu dengan teriakan kembarannya itu.

Dan baru saja Jemian membuka pintu dapur yang ada disana, Januar kembali mengeluarkan teriakannya. "JANGAN DI BUKA GOBLOK! ADA TIKUS YANG LAGI LARI KE ARAH LO NOH," membuat Jemian menatap ke arah tikus itu yang kini memang tengah berlari ke arah nya.

Melihat itu tentu saja dengan cepat Jemian menutup kembali pintu dapur itu dengan dirinya yang mengurungkan niatnya untuk masuk ke sana. Berhasil membuat Januar semakin dibuat kesal, bagaimana tidak? Bukankah sudah dengan jelas Jemian melihat bahwa disini Januar tengah memperjuangkan hidup dan matinya.

"GOBLOK KAN GOBLOK, LO DISEKOLAHIN BIAR PINTER NYET! NGAPA LO TUTUPIN TUH PINTU NYA BEGO!" Omel Jeno kembali membuat Jemian yang tengah berada di balik pintu menghela nafasnya lega.

Lalu dengan santainya ia berkata. "Berdo'a aja Jan, lagi disana kan ada Roki, lo suruh dia aja tangkep tuh tikus biar ada gunanya disini," setelah mengatakan itu, Jemian meninggalkan Januar disana, yang lagi lagi ia semakin dongkol kala ia mendengar perkataan Jemian sebab saudara kembarnya itu tidak memiliki hati nurani sama sekali.

"EMANG DASAR BIADAB LO YA ANJING!"

"meow,"

"GUE JUGA TAKUT NGENTOD!"

Dan berakhir lah Januar disini, yang masih menaiki kursi makan disana sambil terus mengomeli kucingnya.

Tbc
.
.
.
.

Hehehe,,, keknya gajadi deh aku tulis kisah nya,, ada persetujuan yang kurang dari sananya,,, jadi sesuai ide aku aja ya kawan...

Bukan Keluarga CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang