Part 6

1.3K 6 0
                                    

Ratna

PART 6

POV ANDI

Pergi ke sekolah, mendengarkan penjelasan materi yang guruku berikan adalah kegiatan keseharianku yang semakin lama membuatku merasakan rasa bosan yang mulai hadir dalam benaku. Mungkin bukan hanya aku saja yang merasakan hal seperti itu, banyak di luar sana maupun teman-temanku sendiri juga yang merasakan, tapi saat libur sekolah aku juga merasakan bisan dan malah ingin bersekolah. Begitu sebaliknya. Wajar saja menurutku.

Di saat rasa bosan ini kembali muncul, untungnya sekolah hari ini di kerjakan dengan cukup singkat karena sehabis istirahat Pertama semua murid di perbolehkan untuk pukang dengan alasan semua guru akan melakukan rapat rutinnya. Ya hal itu membuat keuntungan juga bagiku dan murid yang lain pastinya. Karena memang aku sedang merasa bosan, saat Torik dan Leman mengajakku untuk nongkrong aku pun menolaknya. Aku lebih memilih untuk pulang ke rumah saja.

"Ke rumah gue aja", ajakku pada mereka berdua, tapi mereka juga menolakku dan lebih memilih untuk jalan di luar. Karena mereka tak mau, aku pun pulang ke rumah dengan menggunakan angkutan umum yang selalu aku gunakan. Tanpa aku sadari sejak awal ternyata angkutan umum yang aku naiki di kemudiankan oleh seorang sopir yang pernah mendapatkan keuntungan melalui pembayaran ongkos angkot menggunakan tubuh ibu. Maksudnya sopir inilah yang pernah merasakan lembut serta kenyalnya payudara dan bibir ibuku.

Karena saat awal masuk aku tak mengetahuinya, aku oun duduk tepat di belakang kursi kemudinya. Saat aku sadar akan siapa sopirnya, si sopir juga terlihat seperti mengenaliku sebagai anak dari perempuan yang pernah memberikan dirinya pengalaman dalam transaksi bersama penumpangnya itu. Walau di dalam angkot bukan hanya ada aku dan si sopir, bahkan terbilang cukup penuh oleh penumpang lain, tapi rasanya momen ini terasa Akward meski ia juga pastinya tak mengetahui bahwa apa yang ia dapatkan dari ibu terlihat olehku, tapi rasa Akward ini tercipta begitu saja karena ia mengenaliku.

"kamu anak dari ibu-ibu yang pernah kecopetan itu ya?", ujarnya tiba-tiba saat di tengah perjalanan. Aku yang tak mau terlihat mengetahui apa yang telah terjadi pun mencoba menjawabnya dengan santai. "Iya pak, kenapa memang?"

"Gapapa kok, cuma tanya aja", ku lihat ia melirikku lewat kaca kecil di atasnya sambil sedikit tersenyum. Lirikan serta senyuman yang ia berikan jujur membuatku tak merasa nyaman. Entah kenapa lirikan serta senyumannya itu seperti sebuah tanda bahwa ia melihatku sebagai anak dari perempuan yang ia pandang negatif.

"kalo naik angkot uangnya di jaga hati-hati, takutnya kena copet lagi", ujarnya lagi di tengah jeda yang lumatan lama.

"iya pak, Makasih sudah mengingatkan. Tapi siapa juga yang mau copet duit anak SMP"

"Iya sih, tapi bilangin juga sama ibumu. Oh iya, ibumu guru di sekolah xxxx itu ya? Soalnya lumayan sering bapak lihat ibu sampean pakai seragam gurunya dan keluar dari itu sekolah"

"Iya pak, ibu saya guru", balasku singkat berharap agar sopir ini menutup mulutnya supaya tak mengajakku mengobrol lagi.

"Wah enak ya, sekolah di satu tempat sama ibunya sendiri yang jadi guru...", sial dia mengeluarkan suaranya lagi.

Untungnya aku tak harus membalas apa yang ia lontarkan itu karena tempat tujuanku sudah sampai. "kiri, pak!", langsung saja angot pun menepi dan aku turun lalu membayarnya dengan cepat. Saat aku sudah berbalik, tapi rasanya angkot itu tak langsung jalan. Walau aku tak melihatnya tapi perasaanku seperti si sopir tengah menatapku dan angkot baru jalan setelah aku berhasil mendapatkan lima langkahku.

Walau aku merasa tak nyaman dengan sikapnya tadi, tapi aku juga tak bisa berbohong saat ia mengajakku mengobrol dan sedikit membahas tentang ibu serta aku juga teringat jelas apa yang telah terjadi waktu itu membuat batang kontolku berdiri di balik celana ini. Untungnya para penumpang lain tak ada yang sadar karena tas ranselku aku taruh di atas pahaku sehingga bisa menutupi tonjolan yang ada. Karena saat jalan pulang masuk ke Komplek rumahku, batang kontolku juga masih tegang membuatku mengambil langkah dengan menaruh tasku di bagian depan dan talinya aku longgarkan.

Sisi Lain IbukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang