Ratna
PART 12
Tepat seminggu Herman pulang dan melepas kangennya bersama keluarga kecil tercintanya. Sama seperti sebelum-sebelumnya, maka ia akan kembali berangkat untuk mencari nafkah lagi bagi anak serta istrinya. Walau tiap akan berangkat ada rasa berat karena harus berpisah pulau, tapi rasa berat itu harus ia kesampingkan. Herman yang memang sejak semalam sudah mengemas barang bawaannya, ia kini akan di antar sang istri serta anaknya ke terminal bus yang nantinya akan mengantarkan dirinya juga ke pelabuhan di kota sebelah. Tepat juga hari ini adalah hari libur mingguan sehingga Andi bisa ikut mengantarkan ayahnya itu.
Karena mengejar keberangkatan bus pada pagi itu, maka setelah semua dirasa sudah siap, keluarga kecil tersebut keluar dari rumah dan mulai berjalan ke depan kompleks untuk menghadang angkutan umum yang bisa mengantarkan mereka ke terminal dengan Ratna memakai jaket serta dibaliknya ia memakai baju terusan yang mana bagian bawahnya yang hanya selutut. Namun dibalik pakaian terusannya itu, tanpa suami serta anaknya sadari bahwa Ratna memakai pakaian yang sangat terbuka bagian atasnya dan hal itu atas perintah Torik sebagai ganti dirinya tak boleh ikut untuk saat itu.
"ga bakal panas pakai jaket, dek?", tanya suaminya yang sedari tadi melihat istrinya duduk di angkot bersama dirinya masih saja memakai jaketnya.
"Ga kok mas, biasa saja"
"oh iya, kam nomor rekening baru kamu sama isinya sudah balik lagi. Mas tadi sekalian tambahin, itu pribadi buat kamu jadi terserah mau buat belanja atau ke salon", Ratna pun menunjukkan rasa senangnya. Siapa juga yang diberi uang lebih tak senang.
"Ga terlalu banyak sih, tapi bisa buat kamu senang. Kemarin sebenarnya untung mas lagi lebih gede dari sebelumnya"
"ih, kenapa bohong?"
"Ga bermaksud bohong kok, mas memang sengaja buat kasih kejutan aja"
"ayah, ibu, ini di angkot", ingat Andi yang duduk di sebelah ibunya sambil mengingatkan karena memang beberapa penumpang yang ada disiru terlihat ikut mengimak obrolan keduanya.
"Hehehehe... Anak ibu malu ya?", Andi tak membalasnya, ia hanya melengoskan wajahnya untuk melihat jalan. Ratna dan Herman hanya terkekeh pelan melihat anaknya.
"Jangan nakal, belajarnya yang rajin sama jagain ibumu", ujar Herman. Andi hanya menjawab singkat, "iya".
"jangan cemberut lah, ga cocok cowok cemberut. Biar ga cemberut, nanti kamu juga cek saldo kamu", mendengarnya Andi mau menatap ayah serta ibunya lagi dengan perasaan sama seperti ibunya, senang.
Keluarga kecil tersebut pun menjadi pusat perhatian kembali oleh para penumpang yang ada di dalam angkot tersebut hingga semuanya kini dibuat kesal karena jalan yang dilewati angkot mereka mengalami macet. Sementara penumpang yang ada disana rata-rata sedang terburu-buru. Berangkat kerja atau yang lainnya yang berhubungan dengan waktu. Rasa kesal juga hinggap pada diri Herman karena jam keberangkatan busnya juga sudah mepet. Namun untungnya kemacetan tak berlangsung lama dan bisa sampai ke terminal tepat waktu.
Karena waktu sebelumnya terbuang hingga setengah jam lebih, saat sampai disana Herman langsung masuk ke bus nya dengan sebelumnya berpamitan kembali pada anak serta istrinya. Tak lama juga bus yang Herman tumpangi mulai berjalan keluar dari area terminal meninggalkan anak serta istrinya yang masih berada di dalam sana. Ratna dan Andi yang kini hanya berdua di terminal memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak.
Menggunakan uang yang diberikan oleh suaminya, Ratna mempunyai sebuah ide untuk pergi ke salon karena dirinya juga sudah lama tak memanjakan rambutnya. Andi yang memang juga tak ada kegiatan hari itu memutuskan untuk ikut menemani ibunya. Walau dirinya juga tau bahwa pergi menemani seorang perempuan ke salon membutuhkan waktu yang lama tapi baginya lebih baik dibanding harus berdiam diri sendiri di dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisi Lain Ibuku
Teen FictionCerita ini hanya fiktif dan bertujuan untuk hiburan