CHAPTER 15

669 53 4
                                    

Launava melenguh, dia mengedarkan pandangannya matanya sedikit memburam maka dia berkali-kali mengedipkan matanya. Launava langsung menoleh ke samping kanan dan di sana sudah ada Kalix yang tengah menatapnya datar sambil bersedekap dada. Launava langsung akan bangkit tapi ditahan oleh Kalix.

"Lepas," ucap Launava begitu lemah.

Kalix melepaskan tangan Launava membiarkan gadis itu bergerak semaunya, Launava pun berusaha bangkit walaupun pada akhirnya dia kembali terbaring. Sial, Launava sangat lemas.

Kalix semakin menatap datar Launava, apalagi saat melihat darah dari tangan Launava. Apa gadis ini tidak bisa diam walaupun saat sakit?

"Lo bisa diam 'kan?" tanya Kalix begitu datar tanpa nada. Launava pun menatap datar Kalix.

"Lo punya hubungan apa sama Philip?" tanya Launava.

"Musuh gue," jawab Kalix.

Launava mengerutkan keningnya, apa maksudnya? Setahu dia Philip bukan anak geng motor seperti Kalix. Philip anak baik-baik, dan Launava tentu saja tidak percaya dengan apa yang diucapkan Kalix.

"Lo terlalu naif Launava, padahal lo tahu segalanya." ucap Kalix.

Ini yang Launava tidak paham, maksud dari ucapan Kalix yang sering ia dengar.

"Maksud lo apa? Gue gak paham, jelasin." pinta Launava.

Kalix tertawa hambar bangkit dari duduknya menatap Launava tajam."Gak usah pura-pura gak tahu, sialan!" sentak Kalix sambil mencengkram erat bahu Launava membuat Launava meringis sakit.

"Lep--as, sakit bego!"

Kalix bukannya melepaskan dia malah semakin mencengkram erat bahu Launava."Lo yakin gak tahu apa pun? Sedikit pun?" tanya Kalix tersenyum tipis menatap remeh ke arah Launava.

"Iya, gue gak tahu apa pun! Gue juga gak tahu, alasan yang jelas kenapa lo deketin gue sialan! Lo mau bunuh gue secara perlahan?"

"Iya, that's right." jawab Kalix cepat sambil melepaskan cengkraman itu dengan kasar.

"Kalau lo mau bunuh gue, bunuh gue sekarang aja!" ucap Launava.

"Gak semudah itu," balas Kalix.

Launava menatap manik Kalix tajam, senyuman itu senyuman paling mengerikan yang pernah Launava lihat.

"Gue harap, kita gak akan pernah ketemu lagi di kehidupan mana pun. Karena jujur, gue benci sama lo!" ucap Launava sambil melepaskan infus itu dengan kasar, Kalix kaget dia langsung memegang tangan Launava.

"Lo gila?" Darah segar keluar dari punggung tangan Launava, Kalix terlihat begitu, khawatir.

"Lo lebih gila!" balas Launava.

Kalix langsung membawa tissue yang berada berada di samping nakas brankar itu kau mengusapnya dengan hati-hati.

"Lo bener-bener mau menghancurkan hidup gue, ya?" tanya Launava lirih.

Kalix berhenti, menatap manik indah itu datar.

"Tanpa gue jawab pun, lo tahu jawabannya."

Launava tertawa miris.

"Apa yang perlu lo hancurkan lagi? Hidup gue udah hancur sejak lama."

•••

Launava turun dari mobil Kalix, Kalix menatap punggung Launava yang berjalan menuju ke dalam mansion miliknya. James datang menghampiri Kalix lalu membungkukkan badannya, Kalix langsung saja menendang James sampai laki-laki itu tersungkur. Para bodyguard yang ada disekitarnya pun menunduk takut.

"Gak becus," desis Kalix.

Langsung saja Kalix masuk ke dalam, saat dia akan menekan tombol lift menuju kamarnya. Setelah sampai, di lantai yang ia tuju dia melihat kamar Launava. Kalix langsung saja masuk ke dalam kamarnya tidak dikunci, Kalix menatap datar Launava yang kini tengah duduk di atas kasur. Launava yang melihat itu pun kelas terkejut, sial, dia lupa mengunci pintu.

"Lagi ngapain lo?" tanya Kalix berjalan mendekat ke arah Launava. Launava langsung saja menyembunyikan itu ke belakang punggungnya. Kalix mendesis, sialan, Kalix tak suka. Kalix langsung saja merebut itu dari tangan Launava.

"Lo kenapa sih?" Launava jelas kesal.

"Handphone?" Kalix menatap datar Launava."Dari siapa? Dia temen lo itu?" tanya Kalix. Kalix melihat-lihat ponsel itu, tapi saat dia menyalakan ternyata ponsel itu milik, Philip. Kalix meremat ponsel itu, lalu dia membantingkan ke lantai sampai ponsel itu hancur berkeping-keping. Kalix menatap tajam Launava, Launava mundur, sial, dia terjebak. Kalix mencengkram rahang Launava."Lo dapat itu dari mana?" tanya Kalix.

"T--tadi pas lo pukul P---"

"Bajingan, panggil dia bajingan!" perintah Kalix mutlak, entah kenapa dia tak suka saat nama Philip keluar dari bilah bibir Launava. Itu berhasil membuat amarahnya mendidih.

"Pas lo pukul dia tadi."

"Dia siapa? Gue minta lo panggil bajingan itu bajingan, sialan!" sentak Kalix membuat Launava langsung menutup matanya.

"B--bajingan, g-gue dapat ponsel itu saat lo pukul d-- bajingan itu." ucap Launava terbata. Kalix menghempaskan rahang Launava kasar sampai gadis itu tersungkur di atas kasur.

Kalix tertawa pelan, lalu dia menatap wajah Launava datar."Udah gue duga, semuanya ada alurnya. Udah gue tebak, dan tebakan gue gak akan pernah meleset." ucap Kalix.

"Gak jelas, hidup lo gak jelas Kalix. Gue gak ngerti, rumit. Selain mati secara perlahan yang lo harapkan dari gue, apa lagi?" tanya Launava, matanya memerah, Kalix dia benar-benar gila. Sebenarnya apa yang dia mau? Launava lelah."Sebenarnya gue punya salah apa sama lo?" tanya Launava lirih.

"Lo gak salah apa-apa, Sayang." Kalix mengangkat dagu Launava sampai gadis itu menatap matanya. Mata yang indah. Candu. Kalix mengusap pipi Launava lembut, mengusap rahang yang ia sentuh dengan kasar tadi dengan lembut."Tapi sayangnya, lo harus menanggung semuanya." ucap Kalix.

Tangan Launava mengepal, dia akan mencari tahu permasalahan yang terjadi. Ada misteri yang harus dia pecahkan.

"Tapi gue juga bisa berubah, kalau lo nurut sama gue. Gue udah pernah bilang 'kan sama lo? Cukup jadi kucing manis maka hidup lo akan aman." ucap Kalix menyelipkan sehelai rambut Launava ke belakang telinga gadis itu.

Kalix akan mengecup bibir Launava tapi Launava langsung memalingkan wajahnya.

Kalix tersenyum tipis, dia mengecup singkat pipi kanan Launava.

"Gue tunggu di bawah, kita makan malam bersama."

Kalix mengecup pelipis Launava lembut, rasa panas menjalar ke bibirnya. Gadis itu semakin demam.


see u!

K A L I X || Resolution Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang