CHAPTER 19

258 40 12
                                    

"LO MAU MATI?!"

"YA GUE MAU MATI!"

Kalix terdiam sesaat mendengar jawaban Launava, sedari tadi Kalix terus mengawasi Launava bahkan rasanya jantung Kalix sekarang berhenti berdetak saat Launava naik ke atas pagar balkon akan terjun dari lantai tiga kamarnya. Launava melepaskan cengkraman tangan Kalix dengan kasar, air matanya turun begitu deras. Launava takut, jujur saja. Dia trauma melihat Kalix, sulit sekali mengendalikan emosi dan rasa trauma di saat yang bersamaan.

"Gue benci sama lo, sangat."

Kalix menatap manik mata milik Launava, gadis itu ketakutan. Kalix pun bisa merasakan. Tapi bedanya kali ini gadis di hadapannya melawan dan memberontak seperti biasanya, tidak seperti tadi yang hanya mampu terdiam dan menatapnya penuh ketakutan.

"Lo hancurkan semuanya, lo hancurkan mimpi-mimpi gue, lo rusak masa depan gue!" Launava berucap dengan meninggikan nada bicaranya, air mata gadis itu mengalir dengan deras."Sebenarnya apa yang lo mau? Apa yang lo mau dari gue? Lo mau balas dendam sama Kakak gue? Tapi jujur Kalix, g--gue gak tahu apa pun, gue gak tahu apa-apa." lirih Launava.

"Lo terlalu banyak bersandiwara," balas Kalix muak dengan Launava yang tak mau mengakui bahwa dia tahu segalanya.

Launava menutup matanya sejenak, dia capek dengan semua ini. Dia ingin bebas.

"Lepasin gue."

Kalix menyeringai."Gak semudah itu," balas Kalix.

Tangan Launava mengepal, dia mencengkram erat kerah baju Kalix."APA YANG LO MAU LAGI DARI GUE?! Belum puas lo bikin hancur semuanya?" tanya Launava.

"Iya, gue belum puas."

"BERENGSEK!"

"Yes, I am."

Launava menatap Kalix tajam, kepalanya terasa sangat pusing, tubuhnya lemas sampai cengkraman di kerah itu melemas dan akhirnya Launava jatuh di pelukan Kalix. Kalix menghela napas, wajah datar itu memangku tubuh Launava ala bridal style sesekali mengecup singkat pelipis penuh keringat itu.

Kalix membaringkan tubuh Launava di atas kasur, dia mengusap pipi penuh jejak air mata itu. Dia mengusap tangan Launava yang mencengkram kerah bajunya, lalu mengecup telapak tangan itu.

"Gue gak suka cewek pembangkang. Jadi, cara apalagi biar lo nurut sama gue, hm?"

•••

"Jake kayanya suka deh sama Launava."

"Orang gila mana yang tega ngelakuin hal itu sama orang yang dia cinta." Hugo membalas ucapan Koa dengan sarkas, setelah melihat Kalix dan Launava di CCTV tadi membuat Hugo, Koa, dan juga Noah berpikir keras. Ketiganya bahkan melupakan lift untuk sampai di lantai bawah.

Mereka diam-diam masuk ke dalam kamar Kalix, gila juga. Karena mereka terlalu penasaran saat tiba-tiba laki-laki itu berlari pontang-panting keluar dari kamarnya. Seperti orang gila.

"Sebenarnya apa yang kita gak tahu?" gumam Koa.

"Banyak, dan kita juga tahu serumit apa Jake." balas Noah.

Hugo mengangguk membenarkan ucapan Jake, lalu laki-laki itu menghela napas sambil mengedarkan pandangannya. Matanya tertuju pada lukisan seorang gadis kecil bergaun warna biru dengan bando yang senada, terlihat lucu.

"Itu lukisan adek Jake waktu kecil?" tanya Hugo.

Noah menoleh, dia baru sadar ada lukisan ini. Asing, baginya lukisan ini sangat asing.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

K A L I X || Resolution Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang