CHAPTER 16

712 55 4
                                    

"Nona muda, Anda ditunggu Tuan muda Kalix di bawah." Seorang maid menghampiri Launava yang tengah duduk di balkon kamarnya, ah kamarnya? Launava menghela napasnya panjang, bagaimana caranya dia bisa keluar dari neraka ini?

"Nona muda," Launava menoleh, rupanya dia tidak sadar ada seorang maid yang memanggilnya tadi.

"Maaf Mbak, ada apa ya?" tanya Launava sopan.

"Anda ditunggu Tuan muda, untuk makan malam." ucapnya.

Launava menutup matanya sejenak, maid itu tampak ketakutan. Apa dia dipaksa? Sial.

"Iya, saya akan ke bawah sekarang." ucap Launava lalu berjalan terlebih dahulu, maid itu tampak menghela napasnya panjang. Dia masih ingat kata-kata beberapa waktu lalu.

"Panggil gadisku untuk makan malam, jika dia tidak turun. Akan ku bunuh kau." Maid itu langsung bersyukur, karena Launava mau untuk bertemu tuan muda.

Launava turun memakai tangga, dia melihat interior rumah Kalix yang menyeramkan. Tidak ada satu foto keluarga Kalix yang terpajang di sini. Di sini banyak lukisan-lukisan aneh, yang menyeramkan. Launava memicingkan matanya, dia merasa tidak asing dengan anak kecil yang berada di lukisan itu. Lukisan paling besar, seorang anak perempuan. Sangat detail membuat Launava merasa sangat begitu familiar.

Launava tidak ingin mengambil pusing, urusannya bersama Kalix juga runyam. Ditambah dia memikirkan lukisan itu, Launava memilih untuk melanjutkan langkahnya. Saat dia sampai di ruangan makan, Launava Melih Kalix yang tengah berkutat dengan iPad. Sok sibuk sekali, pikir Launava.

Launava menarik kursi yang jauh dari Kalix, Kalix mengalihkan pandanganya. Dia menyimpan iPad miliknya, lalu menatap Launava.

"Siapa yang suruh lo duduk di sana?"

"Up to me."

"Berdiri dan jangan duduk di sana." ucap Kalix datar, berusaha sabar. Kalix itu tidak sabaran, dan Launava selalu saja menguji kesabarannya.

"Nona muda, lebih baik Anda menurut." ucap James yang ada di sana. Launava menutup matanya, Kalix laki-laki itu, dia benar-benar membuat semua tunduk padanya. Launava bangkit dari duduknya menghampiri kursi yang dekat dengan Kalix, tapi saat dia duduk Launava lebih dulu ditarik membuat Launava duduk di atas paha kiri Kalix.

"Diam." ucap Kalix tajam saat Launava berusaha memberontak.

"Ini terlalu intim, gila lo?"

Kalix tersenyum tipis mendengar ucapan Launava, dia menatap manik mata itu lalu menatap bibir Launava."Padahal kita pernah, ci--"

"Stt, diam gak lo? Itu bukan gue yang mau, najis banget!" ucapnya.

Cup

Sial, Kalix berhasil mengecup bibir Launava.

"Bawel." ucap Kalix. Tangan Launava mengepal, lalu dia memukul bahu Kalix, Kalix terkekeh tidak berasa apa-apa. Sial, ada apa dengan manusia gila ini? Kadang-kadang kejam kadang-kadang seperti minta belaian."Makan sayur, lo lagi sakit Sayang." ucap Kalix sambil membawa makanan yang penuh sayur itu.

"Gak, gue gak suka sayur!" ucap Launava.

"Hem," balas Kalix.

"Gue gak suka sayur, lo mau maksa gue?"

"Menurut lo?"

"KALIX!"

"Iya, Sayang." ucap Kalix sambil memegang pinggang Launava.

"Gue gak suka sayur, lo denger gak?"

Kalix mencengkram erat pinggang Launava membuat Launava meringis sakit."Gue tahu, tapi lo butuh energi buat bisa bertahan di neraka ini." ucap Kalix.

K A L I X || Resolution Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang