"Lepasin, gue!" sentak Launava begitu kentara, Kalix menatap dingin Launava. Kini kedua remaja itu tengah berada di depan halte bus dekat sekolah, bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 2 jam yang lalu, hari mulai sore dan entah bagaimana caranya bus tidak ada yang datang sama sekali dan sialnya, ponsel milik Launava mati. Lebih sial, di sampingnya ada sosok Kalix yang memaksanya untuk pulang bersama.
Kalix datang sejak 30 menit yang lalu.
Launava menghempaskan tangan Kalix kasar tetapi, sekuat tenaga Launava mencoba tangan kekar Kalix malah mencengkram erat tangan Launava.
Launava menatap sekilas Kalix lalu menatap langit yang sudah mulai mendung, Launava yakin hujan akan turun sebentar lagi. Ditambah malam yang sudah mulai menghampiri, Launava menggerutu."Ini kenapa gak ada orang sih?" kesalnya, masih mampu terdengar oleh Kalix. Kalix tersenyum tipis menatap gadis cantik di sampingnya.
"Pulang sama gue." ucap Kalix.
"Gak! Sampai kapan pun gue gak mau pulang sama lo, sialan!" sentak Launava.
Kalix menyeringai, Launava benar-benar menguji coba kesabarannya. Mendapatkan sinyal bahaya, Launava langsung menggigit tangan Kalix membuat Kalix langsung melepaskan tangannya dari lengan Launava.
Launava sontak langsung berlari, mata indahnya semakin berbinar kala melihat seorang pengendara motor yang berlaju dari arah berlawanan.
"PAK TOLONG!" teriak Launava. Pengendara motor yang sudah tampak lanjut usia itupun sontak berhenti."Pak puter balik," ucap Launava membuat pengendara motor itu mengerutkan keningnya.
Launava berdecak kesal."Pak saya mohon Pak, laki-laki itu kriminal!" ucap Launava menunjuk Kalix yang nampak berjalan dengan santai ke arahnya.
"Baik, Neng! Ayo saya antar ke rumah!" ucapnya, Launava langsung saja naik ke atas motor tersebut. Tapi, baru beberapa meter motor itu melaju suara tembakan terdengar begitu jelas di telinga Launava dan bapak pengendara motor itu.
DOR
BRAK
Motor itu langsung saja kehilangan keseimbangannya, tepat saat Kalix menembak ban belakang motor dari jarak sekitar 1 meter. Launava tidak meringis walaupun dahi, sikut, dan lututnya mengeluarkan darah. Launava dia takut saat Kalix semakin mendekat ke arahnya dan membawa sebuah pistol di tangannya.
"P-pergi!" ucap Launava terbata.
Launava menoleh ke arah pengendara motor itu, pengendara motor itu sudah tak sadarkan diri dengan di dahinya yang cukup terlihat parah.
Kalix menaikan alisnya sebelah, Launava menggelengkan kepalanya. Gadis itu menunduk tak ingin melihat wajah Kalix.
DOR
Suara pistol itu kembali terdengar, saat Kalix menembak pengendara itu tepat di kaki kanannya. Launava menjerit sambil menutup telinganya, tangan Launava bergetar apalagi saat cipratan darah itu mengenai tangan dan baju sekolahnya.
Launava terisak, Kalix jongkok melihat Launava yang terisak sambil menutup telinganya. Kalix mengangkat wajah Launava dengan kasar menggunakan pistol yang ia bawa, dapat ia lihat wajah pucat gadisnya dan derai air mata yang membasahi pipi mulusnya.
"Ikut gue, atau lo bakal lihat dia mati tepat di mata lo. Launava." tekan Kalix.
Launava menggelengkan kepalanya.
"Penolakan lagi?" tanya Kalix.
Tangan Launava bergetar saat mendengar suara Kalix, Launava memejamkan matanya saat mata kelam itu menatapnya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
K A L I X || Resolution
Dla nastolatkówWARNING!!! BANYAK KATAK-KATA KASAR, FRONTAL JANGAN DI TIRU DAN BEBERAPA ADEGAN DEWASA, MOHON BIJAK DALAM MEMBACA YA!!! "Don't go, I know I was wrong, sorry." Terlambat. Instagram:_dinniy