"Lau, muka lo pucat banget. Lo sakit, ya?" Freia tiba-tiba saja bertanya, saat Launava memasuki kelas. Sahabatnya itu pergi saat jam istirahat dan 1 jam mata pelajaran ia lewatkan, untungnya tidak ada guru yang masuk. Freia memegang kening Launava, rasa panas begitu terasa saat punggung tangannya menyentuh kening Launava.
"Gue gak papa, cuma butuh istirahat doang." balas Launava.
"Kalau lo sakit mending ke UKS aja, Lau." timpal Elle menatap khawatir ke arah Launava yang jelas dibalas gelengan kepala oleh Launava.
"Enggak, gue masih bisa kok bentar lagi pulang 'kan?" Elle dan Freia hanya menganggukkan kepalanya.
Di sisi lain, tepatnya di kelas XII-1 suasana begitu mencekam kala Kalix berhasil melumpuhkan mangsanya. Kalix menginjak kaki seorang ketua kelas yang pura-pura tidak tahu apa pun, yang seolah sok tahu tentang kehidupannya, Kalix menyeringai.
"Seharusnya gue bikin lo gak berbalas sejak lama." ucap dingin Kalix. Kalix memberikan kembali pukulan kepada ketua kelasnya, ah tidak, dia pikir dia ketua kelas yang bijaksana? Sial, bahkan laki-laki ini masih bisa bersembunyi 3 tahun lamanya. Ternyata ada mata-mata di dalam kelasnya, laki-laki berkacamata cupu. Seharusnya Kalix menemukan musuhnya ini lebih awal.
"Lo anak buah si Sapier 'kan?" tanya Koa. Pemuda yang sudah tergeletak lemas tak berdaya itu pun hanya bisa diam menatap Koa lalu beralih menatap Kalix.
Pemuda bernama Vardo itu terkekeh pelan."Siapin aja mental lo, Jake. Lo akan hancur, sebentar lagi." ucap Vardo. Kalix mengepalkan tangannya, kakinya langsung saja menendang kepala laki-laki itu membuat siswi yang ada di sana menjerit histeris beberapa siswa pun terdiam kaku menyaksikan betapa brutalnya sosok Kalix. Seharusnya mereka tidak heran lagi bukan? Tetapi sayangnya, apa pun yang dilakukan Kalix selalu membuat para penonton merinding.
Mengerikan.
Sosok itu benar-benar sangat menakutkan.
Kalix tertawa mendengar panggilan dari Vardo, bukankah laki-laki cupu itu biasa memanggilnya dengan nama 'Kalix?' seluruh sekolah pun memanggil dengan nama itu, tapi sekarang? Ah, rupanya memang benar pemuda ini kompolotan dari rivalnya.
Kalix tersenyum begitu manis dan mengerikan secara bersamaan, luka di bibirnya terlihat sangat tampan di wajah kejamnya. Perpaduan yang pas.
"Bukannya ketua lo lagi sekarat?" tanya Kalix sambil menaikan alisnya sebelah, tangan yang penuh darah itu mengepal Vardo menatap tajam Kalix. Kalix hanya tersenyum, menanggapi manusia seperti Vardo memang tidak ada habisnya di kehidupan Kalix. Kalix sadar, akan kedudukannya yang diinginkan orang-orang tak tahu diri dalam hidupnya.
Harta, tahta, wanita. Kehidupan dunia yang dimiliki sempurna oleh seorang Kalix Jake Camaro. Saat Kalix hendak melayangkan pukulan, tiba-tiba tangannya dicekal oleh Noah membuat Kalix melayangkan tatapan tajam begitu juga dengan Koa yang menatapnya dengan protes.
"Noah, gak asik lo!" kesal Koa membuat Hugo yang tengah mengemut peremen itu menatapnya kesal lalu memukul kepala Koa.
"Mikir, lo mau bajingan itu mati?" tanya Hugo tentu saja Koa dengan semangat menganggukkan kepalanya."Tolol, gak semudah itu buat bikin dia mati." Hugo menyeringai membuat Kalix yang mendengar ucapan Hugo seketika tersebut tipis.
"Stop, Jake. Biarkan dia tetap hidup untuk sementara." ucap Noah menatap ke arah Kalix lalu beralih menatap Vardo.
•••
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, kini Launava tengah menunggu bus di halte yang tak jauh berada di dekat sekolahnya. Elle dan Freia juga tadi mengajaknya pulang bersama, namun Launava memilih untuk pulang sendiri. Launava tidak ingin merepotkan kedua sahabatnya, walaupun tadi kedua sahabatnya memaksa. Launava tetap Launava yang keukeuh dengan pendiriannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
K A L I X || Resolution
Teen FictionWARNING!!! BANYAK KATAK-KATA KASAR, FRONTAL JANGAN DI TIRU DAN BEBERAPA ADEGAN DEWASA, MOHON BIJAK DALAM MEMBACA YA!!! "Don't go, I know I was wrong, sorry." Terlambat. Instagram:_dinniy