CHAPTER 8

1.8K 84 1
                                    

"Selamat malam, Sayang."

"Malam, Ma."

Tepat pukul 21.00 malam Launava dan Livia pergi ke kamarnya masing-masingnya setelah berpamitan di lantai satu dekat tangga, kamar Launava berada di lantai dua sedangkan ibunya berada di lantai satu. Launava berjalan menuju kamarnya, sesaat Launava berpikir. Kenapa ibunya tidak menanyakan perihal kemarin malam dia tidak pulang? Biasanya ibunya itu akan selalu bertanya padanya, jangankan tidak pulang semalaman bahkan 5 menit tidak pulang pada waktunya pun ibunya akan menelepon dengan nada cemas itu.

Launava tidak ingin ambil pusing, sebaiknya dia langsung saja tidur. Hari ini dia lelah hanya memikirkan bagaimana caranya dia keluar dari sosok iblis seperti Kalix. Dan, Launava harus menyiapkan mentalnya juga untuk besok.

Launava langsung saja berbaring di tempat tidurnya, lampunya ia tetapkan untuk menyala. Launava takut gelap. Rasanya sangat mengerikan. Launava menutup matanya, dia ingin tidur dengan nyenyak malam ini. Bahkan Launava sangat ingin jika besok pagi dia tidak usah bangun dan tidak usah sekolah, karena dia malas untuk bertemu Kalix. Ah, sangat malas. Kenapa manusia itu sangat menyebalkan.

"Sial!" kesal Launava mengerucutkan bibirnya.

Cup

Kelopak mata indah itu terbuka dengan lebar melihatkan mata cokelat terang yang begitu tenang, terlihat dari sorot matanya betapa kagetnya dirinya saat ini.

"A---" baru akan berteriak, Kalix melumat bibirnya. Launava lantas langsung menggigit bibir Kalix lalu menendang tubuh Kalix sampai Kalix tersungkur di atas lantai. Kalix tersenyum, menatap Launava dengan mata yang memerah. Launava mengusap bibirnya, bau alkohol.

"Lo mabuk?!" tanya Launava.

Kalix mabuk, tapi dia sadar.

"Ssttt," Kalix menutup bibirnya dengan telunjuk tangannya. Lantas Kalix langsung berdiri menghampiri Launava dan mencengkram erat bahu kecil itu.

"Lep--as, MAMA!" teriak Launava.

"Gak bakal ada yang dengerin lo, Sayang." ucap Kalix mencium pipi Launava.

"KALIX!" sentak Launava. Tapi, tidak ada pengaruh sedikitpun pada diri Kalix. Kalix malah terkekeh dan membanting tubuh Launava ke atas kasur. Launava langsung saja mundur, dia melempar apa pun yang dapatkan dari tangannya. Launava berjalan ke arah pintu kamarnya berniat akan membuka pintu kamar itu tetapi tidak bisa dibuka.

"Lo cari ini?" tanya Kalix tertawa pelan.

Launava menggelengkan kepalanya, bagaimana mana bisa? Launava ketakutan, seluruh badannya bergetar. Launava menangis.

"MAMA!" teriak Launava sambil terus menggedor-gedor pintu kamarnya. Jujur saja, Launava ketakutan, Kalix semakin dekat ke arahnya. Launava gadis itu menangis. Kalix kembali mencengkram erat rahang gadis itu. Launava melemah.

"Lo bakal gue hancurkan malam ini juga Launava." ucap Kalix.

"Lepas, gue m--mohon." Kalix tertawa mendengar ucapan Launava yang terdengar begitu lirih dan menyakitkan."Gak semudah itu, Sayang. Gue udah lama cari-cari lo, bitch!" ucap Kalix lalu menghempaskan tubuh Launava sampai kepala gadis itu menghantam pintu dengan kasar.

Launava meringis, sakit. Kalix kembali menarik kencang rambut indah itu sehingga membuat Launava mendongak menatap Kalix, Kalix menyeringai.

"L--lepasin gue, Kalix."

DUGH!

Kalix kembali membenturkan kepala Launava ke pintu sehingga menimbulkan suara yang begitu keras, Launava menangis. Apa ibunya tidak mendengar suara ini? Ini memang berada di lantai dua, tapi Launava yakin suara-suara itu akan tetap terdengar sampai ke lantai satu.

K A L I X || Resolution Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang