Bab 14 - Mati bersama?

224 134 32
                                    

UTAMAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!

TYPO BERTEBARAN.

HAPPY READING



Play Mulmed
(Wedding Nasheed - Muhammad Al Muqit)


•••



Kini Ismaeil, Hanna dan Putri bungsunya tengah berada di ruang keluarga. Ismaeil dan Hanna duduk di sofa berwarna dongker itu. Sementara Shafia, Gadis kecil itu duduk dilantai bersama boneka bonekanya.

"Dengan siapa?" tanya Hanna.

"Seseorang. Dia orang yang baik, aku sangat mengenalnya dengan baik." ungkap Ismaeil.

"Mengapa kau mendesaknya untuk menikah, Syaikh Ismaeil." cibir Hanna.

Ia menyebut nama suaminya dengan embel - embel Syaikh, itu artinya ia sedang beremosi pada Pria itu.

Namun, Ismaeil malah menghiraukannya begitu saja. Ia menganggap hal itu sudah biasa.

"Aku tidak mau putriku menderita." cemooh Hanna, ia mencoba untuk menggagalkan perjodohan Fauziah.

Ismaeil tertawa kecil. "Dia juga putriku. tidak mungkin aku setega itu padanya."

Hanna membuang muka kesal. Untuk hari ini ia sedang malas berdebat. Jadi Ia lebih memilih untuk diam.

"Atau, kau mau kisah cinta putrimu sama seperti adikku?" lirih Ismaeil, Ia menatap tajam pada istrinya itu.

Hanna terkejut, Ia menoleh ke arah Ismaeil. Ia menggeleng cepat.

"Lebih baik ia mati dengan cintanya dari pada kisah cintanya sama seperti Sumayya." lontar Hanna.

"Kalau begitu, kau harus meyakinkan putrimu untuk menikah dengan pria pilihanku." cetus Ismaeil seraya menatap mata istrinya.

"Mengapa kau begitu mendesaknya?" celetuk Hanna.

"Aku hanya takut dia menjadi perawan tua."

"Alibi yang bodoh." gumam Hanna seraya menyungging senyum.

Jika aku mengatakan yang sebenarnya pada hanna, dia pasti akan sangat mendukung Fauziah untuk memisahkan Ali dan Zehra - batin Ismaeil.

Tidak, aku harus berhasil menikahkannya dengan Pria itu - batin Ismaeil.




•••




Ditengah perjalanan menuju kediaman Saddam. Zehra merasa pusing berada sangat lama didalam mobil itu. Dan lagi, Ali mengendarainya dengan sangat cepat. Dan hal itu membuat jantung Zehra berdebar.

Sedari tadi Zehra memejamkan matanya, Kedua tangannya saling bertautan. Didalam hatinya Ia selalu menyebut Nama Allah.

Ali menoleh ke arah Gadis di sampingnya itu. Ia mengernyitnya dahinya.

"Ada apa?" Ia sedikit khawatir melihat Gadisnya memejamkan mata.

Zehra membuka matanya, sekilas Ia menoleh ke arahnya.

Siyah Güller Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang