Prekuel 02 : Orangtua Untuk Bayi

378 55 6
                                    


Yok baca bab sebelumnya.

Bantu vote part ini yaa.

==========================================

BAGIAN

PREKUEL (02)

==========================================

"Kamar kamu di sebelah sana."

"Sebelah kanan," imbuh Nusra.

Tepat setelah diselesaikan ucapan, ia pun melihat langkah kaki Acintya terhenti.

Namun, tidak berselang lama, wanita itu sudah kembali berjalan ke arah ruangan tidur yang diarahkannya tadi.

Mulai hari ini, mereka akan tinggal seatap karena sudah resmi menjadi mengiklarkan janji suci menjadi pasangan suami-istri.

"Bisa bicara sebentar?"

"Untuk apa?" Acintya merespons tanpa minat atas permintaan Nusra Dyatmika.

Dirinya cukup lelah setelah sejak pagi, mengikuti serangkaian upacara keagamaan untuk meresmikan pernikahannya dengan kakak dari mendiang sang mantan suami.

"Kita harus membicarakan beberapa hal."

"Tidak akan lama, Acintya."

Nusra tak bisa menunggu sampai besok. Ia harus segera melakukan diskusi.

Terutamanya, membahas poin-poin utama yang akan menjadi bahan kesepakatan di dalam pernikahan mereka kedepan.

Ya, ikatan dibangun bersama mantan istri dari mendiang adiknya jelas saja bersyarat agar hubungan mereka tetap terarah.

Lagi pula, pernikahan ini diciptakan bukan untuk selamanya. Ia dan Acintya tentunya sama-sama tak ingin terikat seumur hidup.

Rumah tangga tanpa cinta, mustahil bisa terus bertahan. Mereka pasti menderita.

"Aduh."

Nusra tidak akan bergerak dari tempatnya, jika tak mendengar ringisan Acintya.

Segera dihampiri wanita itu yang hanyalah berada lima meter di depannya.

Dan ketika ia ingin menyentuhkan tangan pada kedua lengan Acintya, wanita itu pun menunjukkan gelengan sebagai penolakan.

"Hanya sedikit sakit di perut."

"Saya tidak apa-apa."

Acintya menjelaskan kondisinya.

Lalu, ia memilih lebih menjauh dari sosok Nusra Dyatmika dengan berjalan ke arah sofa. Duduk senyaman mungkin.

Tentu, sambil menahan ringisan agar tidak keluar dari mulut seperti tadi. Tentu bukan sesuatu yang mudah, saat calon bayinya masih menendang-nendang kuat.

Dengan usia kandungan yang telah masuk enam bulan, intensitas gerakan calon buah hatinya semakin sering dan keras.

"Kita akan buat kesepakatan."

Nusra Dyatmika seperti ingin langsung membahas apa yang sudah pria itu siapkan untuk dibicarakan dengan dirinya.

Sebagai tanggapan, ia pun mengangguk pelan, tanpa memberikan komentar.

"Apa yang kamu inginkan dari pernikahan kita, Acintya? Uang bulanan, berapa ya-"

"Aku masih bisa bekerja."

"Aku masih bisa membiayai hidupku dan calon bayiku." Acintya mempertegas.

"Jangan menganggapku matre."

"Aku setuju untuk menikah dengan Mas, bukan demi uang, tapi agar anakku punya ayah saat dia lahir ke dunia ini."

Sulit bagi Acintya mengikatkan diri dalam pernikahan untuk kedua kali, terlebih lagi dengan kakak dari mendiang sang mantan suami, yang masih menjadi sosok asing.

"Kamu ingin kapan bercerai dengan saya? Kita buat kesepakatannya sekarang."

"Bercerai?" Acintya merespons cepat.

Nusra Dyatmika mengangguk pelan.

"Mungkin kamu ingin memulai kehidupan yang baru setelah anak kamu lahir."

"Kamu akan saya beri pili-"

"Aku belum memikirkan tentang bercerai setelah anakku lahir," potong Acintya.

"Aku tidak akan mau menikah, jika pada akhirnya aku harus bercerai."

"Aku ingin memberikan keluarga yang baik untuk anakku. Orangtua yang lengkap tanpa ada perceraian," tegas Acintya.

"Bukankah ini tujuan kita menikah, Mas?"

Nusra Dyatmila harusnya sudah paham akan maksud semua ucapannya, tanpa ia harus menerangkan lebih panjang lagi.

==========

Lanjut nggak?

Mana komen?

Peran Ayah PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang