Yok kasih vote sebelum baca
==========================================
BAGIAN
EMPAT (04)
==========================================
“Nanti malam? Jam berapa?”
“Jam sepuluh?” Nusra mengulang jawaban yang diberikan oleh Dhega Sentana.
“Di mana?” Dikonfirmasinya juga tentang tempat akan dilakukan rapat internal.
Dua minggu lalu, pertemuan berlangsung di rumah Sapta Priga Ayodya. Tentunya kali ini, akan berbeda lagi. Ia cukup yakin.
Mengingat, rapat mereka sifatnya rahasia dan tertutup, hingga memiliki beberapa opsi tempat untuk dilakukan pertemuan.
Terkecuali di kediamannya.
Urusan apa pun yang berhubungan dengan bisnis dan politik, maka rumahnya tidak akan pernah diajukan sebagai markas.
Kenyamanan Acintya dan Arjuv tetaplah yang paling utama baginya. Tentu, rumah adalah tempat teraman keluarganya.
“Kantor Argan?”
“Akan aman di sana?” Nusra memastikan.
Penting baginya untuk tahu, jika berkaitan akan pembahasan soal pemilu mendatang.
Sifatnya benar-benar rahasia karena ia dan enam rekannya sudah merancang banyak strategi untuk pesta demokrasi besar itu.
Sapta Priga Ayodya pun berdeham, artinya memang mereka akan membicarakan peta politik untuk malam ini di sana.
“Oke, saya akan datang.”
“Pasrtikan juga yang lain harus datang.”
Nusra tentu wajib menghadiri acara ini.
Dan ketika dirinya ingin menanyakan satu hal lagi, pintu ruang kerjanya diketuk.
Seseorang ingin masuk dan menghadap.
Tentu harus disudahi pembicaraan dengan sang ketua umum partai oposisi.
“Saya hubungi lagi nanti.”
Setelah berbicara, sambungan panggilan di antara mereka pun benar-benar diakhiri.
Beberapa detik kemudian, pintu ruangan kerjanya dibuka oleh Mahira Stevens.
“Siang, Bos.”
“Ada apa?” tanya Nusra akan tujuan dari sekretarisnya itu datang menemuinya.
“Sudah waktunya makan siang, Bos.”
Atas apa yang diucapkan Mahira, Nusra hanya berdeham kecil. Pandangan sudah dipindahkan ke arloji, mengecek waktu.
Namun ketika didengar suara langkah kaki yang semakin mendekat, maka Nusra pun mengembalikan atensi ke sekretarisnya.
“Mau makan siang denganku?”
“Di resto favorit kita?”
Mahira sedang menggodanya lewat ajakan pergi bersama. Dan ia tak berminat.
Tentu, segera ditunjukkan gelengan. Sekali saja dilakukan, namun sifatnya mutlak.
“Aku yang traktir, Bos.”
“Atau kita pergi makan ke restoran yang kamu suka. Aku akan ikut kemana aja.”
Mahira masih mencoba membujuknya.
Dan ia kembali menolak karena memang tak ingin pergi bersama wanita itu untuk urusan pribadi, bukan pekerjaan.
“Kita pergi sebagai teman, gimana?”
“Maaf, saya tidak bisa,” tegas Nusra.
“Saya akan makan siang di rumah.”
Alasan harus diluncurkan agar Mahira tak terus memaksakan kehendak padanya.
“Jadi, kamu sudah jatuh cinta dengan dia sekarang? Kesempatanku tutup?”
“Acintya si wanita pengganggu itu yang menang dan membuat kamu cinta?”
Sang mantan kekasih memancing dengan sindiran kali ini. Berniat memercikkan api kemarahan untuk ciptakan pertengkaran.
“Mana janji kamu yang katakan cuma akan mencintaiku. Cihh, bualan busuk.”
Mahira semakin kasar saja. Dan ia merasa terganggu oleh provokasi wanita itu.
“Dia kasih pelet apa ke kamu? Sampai kamu bisa jatuh cinta dengan dia?”
“Bukankah saya harus mencintai dia yang sudah menjadi istri saya?” balas Nusra.
“Hubungan kita sudah lama selesai. Kamu harus bisa melupakan masa lalu, Mahira.”
............
Ditunggu komen yaaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peran Ayah Pengganti
General Fiction[Follow dulu untuk bisa membaca part dewasa 21++] Nusra Dyatmika (36th) tak berencana mengikat diri dalam sebuah pernikahan. Namun, pada akhirnya ia harus meminang Acintya Maharasti (28th), mantan istri mendiang adik laki-lakinya. Nusra harus menjad...