Part 07 (new)

73 28 5
                                    

yok vote sebelum baca. Kasih apresiasi yok.

==========================================

BAGIAN 

TUJUH (07)

==========================================

Saat mendapati pintu ruang kerja Acintya terbuka dan juga lampu menyala terang, Nusra pun menyimpulkan istrinya masih terjaga, sehingga ia memutuskan masuk.

Tak bermaksud mengganggu, hanya ingin memastikan benar Acintya di dalam.

Pintu dibuka perlahan-lahan, menghindari timbul suara yang tentunya mengusik.

Saat atensi sudah bisa diarahkan ke dalam ruangan, kaki pun melangkah masuk.

Sudut demi sudut dipandang saksama.

Saat mata melihat sofa beda, netranya pun menangkap sosok sang istri dan buah hati kesayangannya tidur bersama.

Acintya memeluk Arjuv.

Seharusnya mereka berada di kamar, tak di sini, sehingga membuatnya bertanya-tanya kenapa bisa keduanya tak di ruang tidur.

Namun hal tersebut bukanlah yang paling penting saat ini. Ada hal lain harus dirinya lakukan, yakni memindahkan keduanya.

Dan akan dimulai dari sang buah hati.

Dengan gerakan amat pelan, diangkatnya tubuh mungil Arjuv untuk digendong.

Untung, batita itu tak bangun.

Masih begitu lelap dalam pelukannya. Ia pun dengan mudah membawa sang putra keluar menuju ke kamar anaknya itu.

Arjuv sudah mulai tidur sendiri sejak usia dua tahun. Dan enam bulan telah berlalu.

"Selamat tidur, Nak," gumam Nusra pelan, saat sudah berhasil menempatkan sosok kecil Arjuv di atas kasur yang empuk.

Turut dibelai-belainya pelan kepala jagoan kecil yang paling disayanginya itu, baru kemudian mengecup kening Arjuv.

Semua rasa lelah hari ini, seperti langsung lenyap setelah bisa melihat buah hatinya.

Jadi, bagaimana mungkin ia mampu hidup bahagia jika putranya jauh? Tentu, tidak boleh ada perceraian di pernikahannya.

Akan dibuat Acintya mencintainya, walau harus menyingkirkan posisi mendiang adik laki-lakinya dari hati wanita itu.

"Baru pulang, Mas?"

Pertanyaan diluncurkan Acintya. 

Segera ditolehkan kepala pada sosok sang istri yang berdiri tak jauh darinya.

Baru kemudian, berjalan kian mendekat ke Acintya hingga berada di depan wanita itu.

"Bisa kita bicara sebentar?" pinta Nusra. Ia pun sudah meraih tangan istrinya.

Lalu, mengajak keluar dari kamar putra mereka agar Arjuv tak sampai terbangun.

Nusra membawa Acintya ke ruang tamu.

Mereka harus benar-benar bicara agar bisa menyelesaikan prakara rumah tangga demi menghindari perceraian terjadi nanti.

"Aku sudah isi formulir perceraian, Mas. Mungkin akan aku bawa besok ke pe–"

"Tidak, Acintya."

Nusra membalikkan cepat badannya agar bisa menghadap ke sang istri. Lalu, kedua tangan memegang masing-masing pundak wanita itu. Tatapannya sangat serius.

"Saya tidak ingin bercerai."

"Saya masih ingin menjadi ayah Arjuv dan suami untuk kamu," ucapnya tegas.

"Kita harus mencoba saling jatuh cinta."

Acintya diam. Amat bingung harus beri respons yang bagaimana bagusnya. Sebab, ucapan-ucapan Nusra Dyatmika membuat dirinya takut. Pria itu tak main-main.

Jika benar bisa tercipta cinta di antaranya dan Nusra, bagaimana dengan Mahira? Ia sudah berjanji akan menyatukan mereka. Tentu harus ditepati sampai akhir.

"Kamu ingin saya menjadi suami seperti apa agar kamu bisa mencintai saya?"

Demi Tuhan, Acintya tak tahu menjawab sepatutnya bagaimana untuk pertanyaan diajukan oleh Nusra Dyatmika.

"Atau saya harus memakai cara saya untuk bisa menggapai hati kamu, Acintya?"

====================

Komennya mana dong? Ramaikan pleaseee.

Peran Ayah PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang