A/N : risiko ditanggung sendiri.
AUTHOR POV
Di bawah langit yang kelabu dan dingin, angin berhembus pelan, membawa aroma tanah basah yang baru saja terguyur hujan.
Pemakaman itu sunyi, hanya suara gemerisik dedaunan dan sesekali kicauan burung yang terdengar, seolah alam turut berduka bersama seorang wanita yang tampak rapuh berdiri di antara deretan batu nisan.
Sosok itu adalah Joohyun, dan saat ia berjalan dengan langkah yang berat dan lelah, setiap gerakannya mengisyaratkan kesedihan yang begitu mendalam.
Joohyun tampak seperti bayangan dirinya yang dulu. Wajahnya yang biasanya ceria dan tenang kini terlihat sangat berbeda.
Matanya bengkak dan sembab, jelas menunjukkan bahwa ia telah menangis tanpa henti selama berhari-hari.
Lingkaran hitam di bawah matanya memperlihatkan kurangnya tidur yang dialaminya, seakan beban di dalam hatinya terlalu berat untuk membiarkannya beristirahat.
Bibirnya yang pucat dan kering sedikit bergetar setiap kali nafas nya tersengal-sengal, seolah ia menahan isak tangis yang setiap saat bisa pecah lagi.
Ia terus berjalan, perlahan tapi pasti, menuju satu titik yang sudah sangat ia kenali—sebuah batu nisan yang baru saja ditambahkan di tempat itu.
Batu nisan yang menjadi satu-satunya tempat di mana ia merasa bisa dekat dengan orang yang paling ia cintai.
Orang yang telah pergi meninggalkan dunia ini, meninggalkan Joohyun dalam kehampaan yang tak terlukiskan.
Ketika Joohyun akhirnya sampai di depan nisan itu, tubuhnya gemetar. Ia berhenti, menatap nisan itu dengan tatapan yang hampa dan putus asa.
Dengan langkah tertatih, Joohyun jatuh berlutut di depan nisan tersebut, tangannya yang gemetar meraih batu nisan yang dingin itu.
Di tengah hujan yang semakin lebat, Joohyun akhirnya sampai di depan batu nisan yang dingin.
Joohyun berdiri di sana, terdiam sejenak, tatapannya kosong menatap nisan itu.
Hatinya dipenuhi oleh rasa bersalah yang mendalam, beban yang selama ini ia tanggung kian bertambah berat setelah semua kenyataan terungkap.
Tangan Joohyun gemetar saat ia perlahan menyentuh batu nisan itu. Sentuhan itu terasa seperti jarum yang menusuk jantungnya, dingin dan penuh kepedihan.
Ia menunduk, tubuhnya terasa begitu berat, seolah kekuatan terakhirnya telah terkuras habis.
"Appa..." bisik Joohyun lirih, suaranya serak karena tangis yang tak berhenti selama berhari-hari.
"Maafkan aku... Maafkan aku, appa..."
Lututnya goyah, dan akhirnya ia jatuh berlutut di depan batu nisan itu. Tangannya memeluk erat nisan tersebut, air matanya kembali mengalir tanpa bisa ia hentikan.
Hujan yang mengguyur tak sedikit pun mengurangi rasa panas di dadanya, rasa sakit yang terus menggerogoti hatinya. Joohyun menggigit bibirnya, menahan isak tangis yang semakin keras.
"Aku salah... Aku terlalu buta oleh kebencian, aku tidak lebih dulu mencari kebenaran yang sesungguhnya... Dan sekarang Seulgi... sekarang Seulgi harus membayar untuk semua kesalahanku..."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Assistant [SEULRENE] ✔️
FanfictionBae Joohyun merupakan staf khusus pengawal keluarga Kang, terkhusus nya untuk Kang Seulgi. Dia adalah seorang mantan agen rahasia, dengan berbagai misi yang telah ia selesaikan. Dingin dan tidak berekspresi, sangat berbeda dengan sang majikan- yang...