Bab 9. Kau sudah mati

8 2 0
                                    

“Oh iya nak, gimana perkembangan kasus di sekolah kamu?” tanya Fatih.

Dirgantara tersenyum. “Ya, masih begitu Om. Belum ada perkembangan.” Dirgantara memilih menyembunyikan apa yang telah terjadi. Dia saja masih bingung dengan apa yang terjadi. Tidak mungkin dia menceritakan semua pada orang lain, apalagi dia belum terlalu kenal dengan Fatih.

...

Tak lama. Akhirnya Adelia datang untuk memanggil mereka semua untuk makan. Mereka semua menuju meja makan dan mulai makan. Saat Dirgantara menyuapkan makanan yang dimasak oleh Adelia. Dia tertegun sejenak, merasakan bagaimana enaknya makanan itu. Tidak bisa dideskripsikan hanya dengan kata-kata. Senyumannya merekah dan kembali memakan makanan itu.

“Kakak kamu ternyata pandai masak ya Ris,” ucap Dirgantara pada Riska.
Riska tersenyum dan mengangguk.

“Kak Adelia kan pandai memasak.” Riska berbicara dengan sangat semangat. Sedangkan Adelia, dia sudah menunduk karena merasa malu. Padahal dia hanya dipuji oleh Dirgantara.

Setelah mereka selesai makan malam. Kini, Dirgantara sedang mengajari Riska yang sedang mengerjakan tugas dari sekolahnya. “Ini dikali ke sini lalu dibagi enam, coba kamu sekarang.” Riska mengangguk mendengar penjelasan dari Dirgantara.

Lalu, Riska mulai mengerjakan tugasnya itu sama seperti penjelasan dari Dirgantara. “Jadi hasilnya 262?” Dirgantara mengangguk dan tersenyum. Riska juga tersenyum sangat merekah. Lalu ia mengerjakan soal-soal yang lainnya. Dirgantara tak sengaja melihat Adelia yang sedang melamun di sofa. Dirgantara menepuk tangannya untuk membuyarkan lamunan Adelia.

“Kenapa?” tanya Dirgantara dan Adelia menggelengkan kepalanya.

***

Saat ini di tengah gelapnya malam. Seorang wanita dengan pakaian yang sudah terkoyak berlari dengan terlatih. Menembus gelapnya malam, berlari tak tentu arah. Dengan harapan ia bisa lepas dari kejaran seseorang dengan topeng putih itu. Napasnya memburu dan terdengar sangat jelas. Kini ia bersembunyi di balik tembok, dia begitu kelelahan dia tidak sanggup lagi untuk berlari.
Ting

Dia tersentak saat mendengar suara besi yang dipukul dengan besi. Wanita itu mengintip dari tembok dan melihat sosok bertopeng putih itu sedang berada di bawah lampu jalan. Menatap ke seluruh penjuru mencari wanita itu. Wanita itu kembali bersembunyi dan berusaha menetralkan napasnya yang memburu.

“Halo... Nona cantik!”

“Kyaaa pergi!!” Wanita itu tersentak saat tiba-tiba sosok bertopeng putih itu sudah berada di depannya.

“Ada apa? Kau terkejut? Haha aku juga, tapi keterkejutanmu tak akan lama hingga ...” sosok bertopeng putih itu mengeluarkan sebuah pisau yang sangat tajam. Wanita itu ingin berteriak, namun sosok bertopeng putih itu dengan cepat membekap mulutnya. Lalu sosok bertopeng itu mendekatkan pisaunya ke leher wanita itu. Tanpa ampun dia menyayat-nyayat leher wanita itu.

Tangannya sama sekali tidak bergetar saat melakukan hal itu. Darah kental muncrat ke mana-mana. Darah mengalir dari leher ke pakaian wanita itu. Suaranya bahkan terdengar seperti ayam yang sedang disembelih. Setelah puas dengan apa yang ia lakukan, bahkan leher wanita itu hampir putus dibuatnya. Lalu sosok bertopeng itu mengangkat tubuh wanita itu dan melemparkannya ke jalanan yang tepatnya mobil kontainer besar melintas dan melindas kaki tubuh wanita yang ia lemparkan itu.

DIRGANTARA (Tragedi SMA Cahaya Bintang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang