Bab 4. Bertemu

9 4 4
                                    

Saat ini Dirga sedang berjalan sendiri di taman, entah kenapa dia sangat ingin pergi ke taman yang ada di dekat rumahnya. Taman itu memang tak terlalu ramai. Namun, Dirga terkejut saat melihat seorang wanita berlari kencang ke arahnya. Karena menghalangi jalan wanita itu Dirga akhirnya menepi, membiarkan wanita itu lewat. Setelah wanita itu lewat ada dua pria berbadan besar juga berlari mengikuti wanita itu.

Dirga menatap ketiga orang itu, lalu Dirga mengingat lagi tatapan wanita itu saat berlari melewatinya. Hingga di situlah Dirga menyadari. Dia langsung saja berlari dengan kencang, mengikuti dua pria yang berbalik memasuki gang sempit.

“Woy! Lepasin dia!” Dirga berteriak saat mendapati dua pria itu sedang menyeret si wanita tadi.

“Halah, jangan jadi pahlawan kesiangan lo!” salah satu dari pria itu berbalik meneriaki Dirga.
Dua pria itu tetap menyeret si wanita yang berusaha untuk melepaskan diri. Dia meronta dan bahkan mencoba menendang para pria itu. Namun, usahanya tetap gagal. Dirga berlari dan menendang punggung salah satu pria itu hingga ia sedikit terlempar. Melihat itu, pria satunya lagi sangat merah. Dia melepaskan tangannya dari wanita itu dan bersiap memukul Dirga. Namun Dirga berhasil menghindar.

Dirga melayangkan satu pukul dan tepat mengenai wajah pria itu. Pria itu membalas dengan berusaha menendang perut Dirga. Namun, Dirga berhasil mengambil langkah mundur.
Bugh

“Akhh,” rintih Dirga saat pria besar yang tadi ia tendang kini memukul tengkuknya dari belakang. Dia memegang tengkuknya yang terasa sedikit sakit.

Bugh

Bugh

Bugh

Dirga melihat wanita tadi datang dengan membawa kayu yang cukup besar dan memukuli dua pria itu. Dirga mengambil kayu di tangan wanita itu dan memukul kedua pria itu.

“Lo akan menyesali ini bangs*t!” setelah mengatakan hal itu pada Dirga. Kedua pria berbadan besar itu pergi meninggalkan mereka berdua.
Dirga melempar kayu itu dan menatap si wanita tadi. “Lo enggak apa-apa kan?” si wanita mengangguk dan tersenyum.

“Kenapa mereka ngejar lo?” tanya Dirga lagi. Si wanita tak menjawab tapi malah seperti memperagakan suatu gerakan. Dirga mengerut bingung. “Lo ... lo bisu ya?”
Wanita itu mengangguk dan lagi-lagi dengan senyuman yang sangat manis. Dirga terdiam sejenak menatap wajah wanita itu.

“Cantik gini, bisu. Astaga, gue bersyukur banget enggak diberi kekurangan seperti ini,” ucap Dirga dalam hati.

Dirga mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi catatan digital lalu memberikannya pada wanita itu.

“Siapa nama lo?” Dirga bertanya. Wanita itu tersenyum dan mulai mengetik di ponsel Dirga. Setelah selesai wanita itu menyerahkan ponselnya pada Dirga.

“Adelia? Namanya cantik, kayak orangnya,” ucap Dirga. Wanita bernama Adelia itu tersenyum malu dan menunduk.

“Kenapa mereka ngejar lo?” wanita itu kembali mengetik di ponsel Dirga. Lalu Dirga membacanya.

“Oh, jadi mereka memang suka ganggu lo?” ulang Dirga dan diangguki Adelia.

“Ayo, gue antar lo ke rumah lo. Lo nanti tunjuk jalannya ya!”

...

Akhirnya, Dirga mengantarkan Adelia ke rumahnya tak lupa Dirga juga mengambil ponsel lamanya di rumah karena ia tahu Adelia tidak memiliki ponsel. Dirga memberikan ponsel itu pada Adelia dan juga ia menambahkan nomornya pada ponsel itu.

“Nanti, kalo mereka ganggu lo lagi. Lo hubungi gue pake hape ini ya!” Adelia mengangguk.

Tak lama mereka pun sampai di rumah Adelia setelah Adelia menunjuk jalan menuju rumahnya. Mereka berdua keluar dari mobil itu dan diikuti oleh dua orang yang keluar dari rumah. Seorang pria paruh baya dan seorang anak perempuan kecil.

Adelia tersenyum dan menarik tangan Dirga saat Dirga berhenti ketika melihat ayahnya. Saat mendekati pria paruh baya itu, Adelia kembali berbicara dengan bahasa isyarat yang sama sekali tidak dimengerti oleh Dirga.

“Untunglah sayang, nak terima kasih banyak udah nolongin Adelia.” Ayahnya  Adelia berterima kasih dan mendengar itu Dirga mengangguk.

“Ayo masuk sebentar, dan terima kasih sekali lagi,” ajak si pria paruh baya. Dirga menolak dengan menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Namun, adik perempuannya Adelia juga ikut membujuknya. Akhirnya Dirga ikut masuk dan mengobrol dengan keluarga Adelia.

Saat sampai di ruang tengah rumah kecil itu, Dirga melihat sebuah foto yang dibingkai. Di sana ada seorang wanita paruh baya, Adelia, ayahnya, seorang wanita dengan pakaian SMA dan seorang bayi yang digendong wanita paruh baya itu.

“Itu istri, dan anak-anak saya.” Ayahnya Adelia menjelaskan saat melihat ekspresi kebingungan di wajah Dirga.





DIRGANTARA (Tragedi SMA Cahaya Bintang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang