11. Game ke-1

9 7 8
                                    

Langkah kaki terdengar di sepanjang lorong museum. Dentingan pisau yang beradu dengan pajangan berbahan kaca. Dan, seorang gadis berlari dari kekejaran seseorang. Air yang keluar dari kulit wajahnya, nafas yang tak beraturan, tetes demi tetes darah yang keluar dari goresan di pipinya.

Gadis itu terus berlari sampai dirinya menemukan tempat persembunyian. Bergerak cepat ke belakang lemari yang berisi barang-barang antik dan menggeser patung ke lemari tersebut agar dirinya tidak terlihat oleh orang yang mengejarnya.

Seseorang yang berpakaian full hitam berdiri tepat di depan lemari, tepat dimana gadis itu bersembunyi. Tangan orang itu terdapat pisau yang tajam, seakan jika kita menyentuh ujungnya sedikit saja bisa merobek satu jari.

Tangannya terangkat, lalu mengetuk kaca lemari dengan bagian tumpul pisau. Dia mengetuk-ngetuk seolah sedang memeriksa apakah ada orang di belakang lemari?

Gadis yang mendengar ketukan itu menahan nafasnya, menutup mulut dengan kedua tangannya agar tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Keringat bercucuran sekitar wajahnya.

Setelah memastikan tidak ada ketukan, suara nafas, langkah kaki orang tersebut. Gadis itu menggeser sedikit patung untuk memeriksa keadaan di luar. Memastikan semuanya sudah aman, dia menggeser patung itu sepelan mungkin agar tidak terdengar oleh orang yang mengejarnya.

Baru saja hendak melangkahkan kakinya keluar dari belakang lemari. Ia melihat sepasang kaki berdiri di depannya. Secara susah payah dia menelan salivanya karena merasakan tenggorokannya kering. Tatapan secara perlahan terangkat untuk melihat siapa pemilik kedua kaki itu.

Saat sampai di wajah pemilik kaki tersebut, mata gadis itu melebar. Tatapan mereka bertemu. Belum sempat baginya untuk kabur orang itu sudah menerkam dirinya dengan cara menusuknya dengan pisau tepat di bahunya.

Dia memegang bahunya, air mata mengalir bak air terjun. Dia berlutut sambil memohon, "jangan, jangan bunuh aku, aku akan melakukan apa saja tapi jangan bunuh aku."

Orang itu tersenyum melihat gadis di depannya memohon, dia berjongkok, memegang dagu gadis itu. Tatapan tajam orang itu membuat sang gadis merinding sekujur tubuhnya.

"Aku tidak memerlukan dirimu, tapi nyawamu," ucapnya yang membuat gadis itu ketakutan.

Tanpa aba-aba yang jelas, orang itu menusuk perut gadis itu sebanyak 3 kali. Darah berceceran di lantai, lemari, patung, dan yang ada di sekitar mereka.

Orang itu tertawa tanpa perasaan menikam gadis itu sampai tidak berdaya. Sungguh tragis bagi gadis itu.

*___*

Hayooo penasaran nggak nih ama ceritanyaaa

eh jangan lupa vote ama komen dong
biar aku lebih semangat lanjutin ceritanyaa

PuranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang