13. Game ke-3

3 1 0
                                    

Semua anak SMA Garuda berhamburan keluar dari bus setelah mereka sampai di museum. Museum yang memiliki corak yang sederhana tapi mewah seperti kerajaan zaman dulu.

"Wah, nggak sabar deh buat masuk ke dalam. Pasti banyak barang-barang peninggalan," ucap salah satu siswi yang memiliki tampilan seperti kutu buku.

"Anak-anak, mari berkumpul dulu." Guru yang mengawasi kelas X.2 menepuk tangan untuk memanggil para murid.

Para murid berkumpul membentuk lingkaran yang melingkar guru. "Baiklah, karena kita sudah sampai kita bisa mengelilingi museum ini. Kita semua akan berpencar, tapi ingat untuk kembali di jam 5 sore di lapangan, okay?"

Semuanya mengangguk mengerti sambil serempak mengatakan "iya, siap, okay" dan berbagai hal lainnya untuk mengatakan bahwa mereka mengerti dan paham dengan instruksi guru.

Zea dan Ria mereka berdua pergi mengelilingi Museum. Museumnya sangat indah dan memanjakan mata. Corak-corak yang memiliki khas seperti jaman dulu. Dinding, jendela, barang-barang, dan semua hal yang ada di museum tersebut memiliki aura yang bisa dirasakan untuk kembali pada jaman dulu. Zaman kerajaan.

Museum ini sangat cocok bagi pencinta kerajaan. Seperti dua gadis yang sedang memperhatikan lukisan yang ada pada abad pertengahan. Mereka suka dengan cerita yang bergenre historical, karena itulah mereka sangat menanti-nantikan hari ini.

Saat berkeliling, secara tidak sengaja Ria menemukan sebuah artefak. Artefak itu terjatuh di lantai. Dengan cepat Ria mengeluarkan sarung tangan agar tidak meninggalkan jejak jarinya ketika memegang artefak itu.

"Ze, coba lihat ini deh."

Zea yang tadi sibuk melihat sekeliling kini berdiri di sebelah Ria dan melihat artefak di tangan Ria. "Eh? Kok ada di sini? bukannya koridor ini cuma kusus patung, lukisan, sama lemari doang nggak sih? Kalau artefak semacam peralatan berburu ini bukannya ada di koridor sebelah ya?"

Penjelasan dan pertanyaan Zea berhasil menimbulkan banyak pertanyaan di kepala Ria. "Liat deh, ada bercak kayak darah," ucap Zea sambil menunjuk ke artefaknya tersebut.

Ria memperhatikannya dengan sangat teliti untuk memastikan kalau itu bukan darah manusia. Tapi, setelah diperhatikan berulang kali pun Ria yakin bahwa itu bukan darah yang menempel di artefaknya, melainkan bahwa itu darah manusia yang baru saja mengering beberapa jam yang lalu.

"Artefak yang seharusnya tidak ada di sini malah ada di sini dan tergeletak di lantai, noda darah yang sudah jelas darah manusia yang baru mengering beberapa jam yang lalu." Pernyataan dan penjelasan Zea berhasil membuat kedua gadia itu termenung.

Seseorang yang tak berada jauh dari mereka, menatap kedua gadis itu dengan tajam seakan bisa menerkam kedua gadis tersebut sekarang itu juga.

*___*

PuranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang