1. Home bagian ke-1

97 45 38
                                    

Hello everyone!!
How are you today?
aku punya cerita baru dan tentunya berbeda dari biasanya..
udah pada baca deskripsi belum??
seperti yang ada di deskripsi, di judul kali ini bakal mengupdate cerita berbeda tiap bab nya, mungkin bakal ada dua bab yang sama ceritanya dan di judul ini bakal ada cerita yang menggunakan sudut pandang yang berbeda ^^
untuk membuat ku semangat mengupdate cerita tiap hari kasih vote n komen :)

HAPPY READING!!!

Aku bahagia, hidup ku penuh dengan kebahagiaan sekaligus air mata yang tak pernah berhenti. Air mata? Kenapa aku mengatakan kebahagiaan tapi juga penuh dengan air mata? Aku tidak tahu. Tapi, inilah hidup ku, hidup yang selalu membuat teman-teman iri kepada ku. Aku tidak mengerti kenapa mereka iri dengan ku. Apa karena aku kaya? Pintar? Berbakat? Atau mereka iri karena melihat kebahagiaan ku di luar bukan dari dalam.

Orang-orang sering mengatakan aku adalah anak yang paling beruntung sedunia, tapi, bagiku tidak. Aku selalu iri melihat teman-teman ku yang bahagia memiliki orang tua yang penuh kasih sayang walaupun mereka hidup dengan sederhana.

Aku iri mendengar teman-teman ku yang beradu argumen dengan orang tuanya untuk liburan mereka. Aku iri dengan teman-teman ku yang sering bercanda dengan orang tua mereka. Aku iri, aku selalu iri melihat senyuman yang tulus dan ceria di wajah teman-teman ku saat mereka menghabiskan waktu dengan keluarganya. Sedangkan, aku? Aku tidak tahu apa itu kasih sayang, aku tidak tahu apa itu kehangatan keluarga maupun keharmonisan dalam sebuah keluarga. Ayah yang selalu sibuk dengan perusahaannya dan ibu yang selalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai model.

Selama aku hidup aku tidak pernah mendapatkan perhatian khusus dari orang tua ku sendiri. Terkadang aku berpikir, "untuk apa aku lahir ke dunia?"

~~~

Seperti biasa aku menjalani hidup ku, pergi ke sekolah, les, lalu kembali pulang. Hidup ku bagaikan sebuah robot yang sudah di atur untuk tetap sempurna.

Aku memperhatikan guru dengan posisi tubuh yang tegap. Tidak sama seperti teman-teman ku yang sudah mengantuk dan pada merebahkan kepala mereka. Guru juga sudah lelah dengan semua murid yang ada di kelas ini. Jadi, guru memperhatikan aku sepenuhnya karena hanya aku yang memperhatikannya.

"Lihat? Alicia sangat ambis seperti biasa."

"Ya, dia memang seperti itu."

"Bukankah dia begitu sempurna?"

"Bukan hanya sempurna pada dirinya tapi juga sempurna di keluarga."

"Hah, aku ingin menjadi seperti Alicia."

Bisikan manusia yang ada di kelas ingin rasanya aku berteriak bahwa aku tidak seperti yang mereka bayangkan. Keluarga sempurna? Ya, sempurna di depan kamera dan orang lain. Ingin menjadi seperti aku? Aku harap mereka tidak sungguh-sungguh menginginkan menjadi diriku.

Air yang tergenang di mataku meminta ku untuk mengeluarkan mereka, aku tidak bisa, aku hanya robot, aku tidak boleh menangis, aku harus tetap sempurna di depan orang-orang. Aku harus kuat.

Bohong. Aku ingin menangis, aku tidak ingin selalu bersikap seolah aku robot yang tak memiliki ekspresi. Karena orang tua ku, aku harus bersikap sempurna, ekspresi ku harus terlihat tenang dan bahagia. Ayah ku yang mengajarkan ku segalanya. Pelajaran untuk membuat ku menjadi robot yang dia inginkan.

Bel istirahat. Suara yang dinantikan seluruh warga sekolah.

Aku menatap langit biru yang di penuhi dengan buntalan putih yang ada. Pikiran ku selalu tenang di saat sendirian. Mungkin beberapa orang berpikir bahwa sendirian itu kesepian, tapi, bagiku tidak, sendirian adalah kedamaian yang kuinginkan untuk menjauh dari hal-hal yang mengganggu selama ini.

Saat, aku terbenam dalam pikiran ku sendiri tanpa ku sadari seseorang juga duduk di sebelah ku. Kapan dia ada di sini? pikir ku. Ini taman belakang yang jarang di kunjungi orang.

Aku ingin beranjak dari sana tapi sesuatu menahan ku. Aku merasakan sebuah tangan memegang pergelangan tangan ku. "Ada apa ya?" tanya ku dengan suara yang anggun seperti biasa, cuma di depan orang saja.

Gadis yang kini memegang tangan ku sama sekali tidak memberikan tanda-tanda untuk melepaskan tangan ku.

"Ayo, duduk lagi," perintah gadis itu. Dengan berat hati aku terpaksa duduk di kembali. Suasana yang canggung dan hening melanda di antara kami berdua. Tidak ada dia antara kami yang mau memecahkan suasana tersebut.

"Hai, gua Jessie, lo pasti Alicia kan?" tanya Jessie yang berhasil memecahkan suasana yang hening tadi. Aku mengangguk sebagai jawaban. Sungguh, aku lagi malas untuk memakai topeng ku sekarang.

Jessie menatap lekat ke mataku yang membuat ku merasa risih, "apa? kenapa lo natap gua kayak gitu?" tanyaku selembut dan setenang mungkin.

Jessie menggeleng dengan senyuman setelah melihat ku sambil mengalihkan pandangannya ke burung yang ada di pohon, pohon yang tepat di depan kami.

"Topeng lo bagus juga ya?"

Pupil mataku melebar, jantung terasa tertusuk sesuatu yang tajam tapi tidak berdarah, topeng? Apa maksudnya? Apa dia mengetahui semuanya? pikirku. Ekspresi ku sekarang terlihat berantakan tapi dengan keahlian ku, aku bisa tenang dan santai kembali.

"Maaf? Maksud lo apa ya?"

Aku menunggu jawaban Jessi, entah kenapa detak jantung ku berdetak lebih cepat dari biasanya. Tapi, aku melihat tatapan Jessie yang seolah mengatakan, kamu gak perlu memakai topeng mu itu di depan ku.

Aku tertegun, aku segera beranjak dari duduk ku dan pergi dari situ secepatnya. Aku tidak mau bertemu dengannya lagi, batinku sambil menjauh dari Jessie yang menatap ku dengan tatapan yang masih sama.

*---*

PuranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang