Hari-hari berlalu dengan cepat setelah Shasa lahir. Flora dan Freya mulai terbiasa dengan peran baru mereka sebagai orang tua. Meski awalnya terasa berat, terutama bagi Flora yang harus menghadapi perubahan besar dalam hidupnya, kehadiran Freya yang tenang namun sigap selalu menjadi penopang di setiap situasi.Suatu pagi, Flora sedang duduk di ruang tamu sambil menyusui Shasa ketika Freya datang dengan secangkir teh hangat. Freya memang bukan tipe orang yang selalu menunjukkan perhatian melalui kata-kata manis, tapi Flora mulai mengerti bahwa melalui tindakan-tindakannya yang kecil, Freya selalu berusaha memastikan bahwa dia dan Shasa baik-baik saja.
Freya duduk di sebelah Flora, memandang bayi kecil mereka yang tertidur setelah kenyang disusui. "Dia tumbuh cepat," ujar Freya tiba-tiba, dengan nada suara yang lebih lembut dari biasanya.
Flora tersenyum, menatap Shasa dengan penuh kasih. "Iya, rasanya baru kemarin aku menggendongnya di rumah sakit, dan sekarang dia sudah semakin besar."
Freya menatap Shasa dengan ekspresi yang sulit dibaca, tapi Flora tahu ada rasa bangga di sana. "Aku akan pastikan dia tumbuh dengan baik," ucap Freya, matanya tetap fokus pada bayi yang tertidur pulas.
Flora merasakan detak jantungnya melambat, merasa lebih nyaman dengan kehadiran Freya di sampingnya. Meskipun Freya tak pernah berkata secara langsung bahwa dia mencintai Shasa, Flora bisa merasakan betapa pria itu mulai menganggap Shasa sebagai anak kandungnya sendiri.
Beberapa bulan kemudian, Shasa mulai merangkak. Malam itu, Freya pulang lebih awal dari biasanya. Saat dia membuka pintu, suara tawa Flora dan Shasa menyambutnya. Flora tengah duduk di lantai ruang tamu, sementara Shasa, dengan langkah-langkah kecilnya, berusaha merangkak ke arah ibunya.
"Freya, lihat! Shasa mulai belajar merangkak," seru Flora dengan antusias saat melihat Freya berdiri di pintu.
Freya yang biasanya tenang dan cuek, tak bisa menyembunyikan senyum tipis di wajahnya. "Hebat," gumamnya sambil menatap putri kecil mereka dengan mata penuh kebanggaan. Ia kemudian melepaskan jas kerjanya dan ikut duduk di lantai, memperhatikan Shasa yang terus mencoba bergerak dengan semangat.
Saat Shasa akhirnya merangkak ke arahnya, Freya mengulurkan tangannya, membantu Shasa berdiri dengan hati-hati. "Kau pintar sekali, Shasa," bisiknya dengan suara lembut yang jarang Flora dengar dari Freya.
Flora menatap adegan itu dengan haru. Ada sesuatu yang berbeda pada Freya setiap kali dia bersama Shasa. Meski kepribadiannya tetap dingin dan cenderung tertutup, Freya menjadi lebih lembut saat berhadapan dengan anak mereka. Ada ketulusan yang terpancar dari cara dia memandang Shasa, seolah-olah dia benar-benar menganggap bayi itu sebagai bagian dari dirinya.
Malam itu, setelah Shasa tertidur, Flora dan Freya duduk di meja makan, menikmati teh hangat bersama. Keduanya menikmati momen keheningan yang nyaman, namun kali ini Flora merasa perlu membuka percakapan yang selama ini ia pendam.
"Freya," ujar Flora pelan, memecah keheningan. "Aku tahu kita memulai semua ini karena keadaan. Tapi sekarang... aku merasa kita sudah jadi keluarga sungguhan."
Freya menatap Flora, tapi tidak segera menjawab. Dia menunggu Flora melanjutkan.
"Aku hanya ingin kau tahu... Aku menghargai semua yang telah kau lakukan untukku dan Shasa. Mungkin kau tidak pernah mengatakannya secara langsung, tapi aku tahu kau peduli," lanjut Flora, suaranya bergetar karena emosi.
Freya menghela napas pelan, lalu menatap Flora dengan mata yang lebih lembut dari biasanya. "Aku tidak pernah menyesali apa yang telah kita lalui, Flora. Awalnya mungkin sulit, tapi sekarang... aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpa kalian."
Kata-kata itu mengejutkan Flora. Freya, yang selama ini selalu bersikap cuek, ternyata memiliki perasaan yang dalam terhadapnya dan Shasa. Meskipun tak ada kata cinta yang terucap, Flora tahu, di balik sikap dingin Freya, dia telah membuka hatinya untuk mereka.
"Tapi... bagaimana jika suatu hari nanti Shasa tahu?" tanya Flora, kegelisahan lama muncul kembali di benaknya. "Bagaimana jika dia tahu bahwa kau bukan ayah kandungnya?"
Freya terdiam sejenak, seolah memikirkan jawaban yang tepat. "Dia tidak perlu tahu. Yang penting adalah bagaimana kita membesarkannya. Aku di sini bukan karena darah, tapi karena pilihan. Shasa adalah anakku, Flora. Itu yang terpenting."
Mata Flora berkaca-kaca mendengar jawaban Freya. Pria ini, meski jarang menunjukkan emosi, ternyata memiliki cinta yang begitu besar untuk Shasa.
"Terima kasih, Freya," bisik Flora dengan penuh rasa syukur.
Freya hanya mengangguk, tapi kali ini, Flora tahu betapa tulusnya perasaan pria itu. Meskipun mereka tidak memulai hubungan ini dengan cinta, mereka telah tumbuh bersama dalam cinta yang lebih dalam, dalam peran mereka sebagai orang tua untuk Shasa.
Hari-hari berikutnya, hubungan Flora dan Freya semakin erat. Meski masih ada keheningan di antara mereka, Flora tahu bahwa keheningan itu bukan lagi karena jarak, melainkan karena pemahaman yang mendalam satu sama lain. Freya, dengan caranya sendiri, selalu ada untuknya dan Shasa, sementara Flora terus belajar untuk memahami pria yang selama ini tertutup itu.
Shasa, dengan kepolosannya, menjadi cahaya dalam kehidupan mereka. Setiap langkah kecil yang dia buat, setiap senyum dan tawa yang dia tunjukkan, membuat Flora dan Freya merasa bahwa semua perjuangan mereka tak sia-sia.
Suatu malam, saat mereka bertiga duduk bersama di ruang tamu—Shasa di pangkuan Freya dan Flora di sebelah mereka—Flora merasakan kebahagiaan yang sederhana namun begitu mendalam. Inilah keluarganya. Meski awalnya terasa sulit, kini mereka telah menemukan keseimbangan dan kebahagiaan dalam kebersamaan mereka.
Freya menatap Flora dan Shasa dengan senyum tipis, lalu berkata dengan tenang, "Aku mungkin bukan yang terbaik dalam hal ini, tapi aku akan selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk kalian."
Flora tersenyum, menatap pria yang dulu begitu asing baginya, namun kini telah menjadi sosok yang paling penting dalam hidupnya. "Kau sudah lebih dari cukup, Freya," balas Flora dengan penuh kehangatan.
Freya hanya tersenyum tipis, dan mereka pun duduk bersama, menikmati malam dengan keheningan yang hangat. Dalam diam, mereka tahu bahwa meski perjalanan ini penuh dengan lika-liku, mereka akan selalu bersama, sebagai sebuah keluarga yang utuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unexpected Marriage
RomanceFlora, seorang gadis muda, terjebak dalam situasi sulit setelah hamil di luar nikah. Dengan dukungan ayahnya yang merupakan teman dekat dari ayah Freya, Flora dipaksa menikah dengan Freya, pria yang selama ini tidak pernah dekat dengannya. Meskipun...