Keluarga yang Utuh

321 52 6
                                    


Waktu terus berjalan, dan Shasa tumbuh menjadi gadis kecil yang ceria. Setiap hari, Flora dan Freya melihat perkembangan baru dari putri mereka—dari tawa kecilnya yang menggemaskan hingga langkah-langkah pertamanya yang penuh keyakinan. Shasa kini menjadi pusat dari kehidupan mereka berdua.

Suatu pagi yang cerah, Shasa, yang kini sudah bisa berjalan dengan lancar, berlari kecil menuju Freya yang sedang duduk di teras rumah. "Ayah!" seru Shasa dengan suara riang, memanggil Freya sambil membawa boneka kesayangannya.

Freya yang sedang menikmati kopi paginya hanya menoleh dengan ekspresi datar khasnya, tapi ada senyum kecil di ujung bibirnya. "Ada apa, Shasa?" tanyanya sambil meletakkan cangkirnya di meja.

"Ayah main sama Shasa, yuk!" Shasa menarik-narik tangan Freya dengan antusias, tidak peduli bahwa Freya biasanya kurang ekspresif.

Flora yang sedang berada di dapur memperhatikan adegan itu dengan senyum lebar di wajahnya. Dia tidak pernah menyangka bahwa Freya yang dingin dan sering terlihat tidak peduli ternyata bisa begitu lembut pada Shasa. Walaupun cara Freya menunjukkan kasih sayangnya berbeda dari kebanyakan orang, Flora tahu betapa dalam perasaan Freya terhadap putri mereka.

Freya akhirnya mengalah, ia bangkit dari kursinya dan mengikuti Shasa ke halaman. "Mau main apa kali ini?" tanya Freya, pura-pura malas meski jelas-jelas ia tidak pernah bisa menolak permintaan Shasa.

Shasa tersenyum lebar. "Kita main petak umpet, ayah yang jaga dulu!" serunya riang.

Flora tak bisa menahan tawa mendengar permintaan Shasa. Dia keluar dari dapur dan bergabung dengan mereka di halaman, menikmati pemandangan Freya yang dengan sabar menghitung sambil menutup mata, sementara Shasa berlari bersembunyi di balik pohon kecil.

Setelah beberapa putaran bermain, mereka bertiga duduk bersama di rumput. Shasa, yang lelah, duduk di pangkuan Flora sementara Freya duduk di samping mereka. "Ayah jago banget nemuin Shasa," gumam Shasa dengan mata yang mulai mengantuk.

Freya tersenyum tipis, kemudian menatap Flora. Ada sesuatu yang tidak pernah terucap di antara mereka, tapi dalam kebersamaan ini, mereka berdua tahu bahwa keluarga ini adalah segalanya.











Malam harinya, setelah Shasa tertidur, Flora dan Freya duduk di ruang tamu, menikmati keheningan yang damai. Freya, yang biasanya tidak banyak bicara, tiba-tiba membuka suara. "Kau pernah bertanya apa yang akan terjadi jika Shasa tahu yang sebenarnya," ucap Freya, suaranya tenang namun penuh makna.

Flora menoleh, kaget Freya mengangkat topik itu. "Iya... aku masih khawatir soal itu, Freya."

Freya menatap Flora dengan pandangan serius. "Menurutku, kita tidak perlu khawatir tentang itu sekarang. Kita mencintainya, dan dia mencintai kita. Itu yang terpenting."

Flora terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. "Kau benar. Tapi aku hanya takut... kalau suatu hari nanti, dia akan merasa... tidak cukup dicintai karena kau bukan ayah kandungnya."

Freya menghela napas dan menatap Flora dalam-dalam. "Flora, cinta bukan soal darah. Aku ada di sini bukan karena terpaksa. Aku di sini karena aku memilih untuk ada di sini, untuk Shasa, untukmu. Itu yang harus kita ajarkan padanya. Bahwa keluarga itu soal pilihan dan cinta, bukan hanya soal hubungan darah."

Mendengar kata-kata Freya, Flora merasakan hatinya semakin tenang. Selama ini, dia terlalu khawatir tentang bagaimana masa depan mereka. Tapi Freya benar. Mereka sudah membangun keluarga ini dengan cinta dan komitmen, dan itu jauh lebih penting daripada asal-usul Shasa.

Flora tersenyum, lalu mengulurkan tangannya untuk meraih tangan Freya. "Terima kasih, Freya. Kau benar. Aku akan berusaha tidak terlalu khawatir lagi."

Freya menatap tangan Flora di tangannya, lalu menggenggamnya erat. "Kita akan melaluinya bersama," ucapnya pelan.

































Tahun-tahun berlalu, dan Shasa tumbuh menjadi anak yang pintar dan penuh rasa ingin tahu. Dia selalu bangga pada kedua orang tuanya. Setiap kali dia berbicara tentang Freya, matanya bersinar terang. "Ayah Freya adalah yang terbaik!" katanya pada teman-temannya di sekolah.








Dan Suatu hari, ketika Shasa berusia delapan tahun, dia menemukan sebuah foto lama yang tersimpan di laci meja. Foto itu adalah gambar Flora saat hamil, sebelum Freya dan Flora menikah.

"Ini foto mama waktu Shasa masih di perut, ya?" tanya Shasa dengan polos saat menunjukkan foto itu pada Flora.

Flora terkejut melihat foto itu muncul kembali. Dia mengangguk, mencoba untuk tetap tenang. "Iya, sayang. Itu saat mama sedang menunggumu lahir."

Shasa menatap foto itu dengan seksama, lalu berkata, "Tapi... kenapa waktu itu ayah Freya nggak ada di foto?"

Flora terdiam. Pertanyaan itu yang selama ini dia khawatirkan akan muncul. Dia tahu, suatu saat Shasa akan mulai mempertanyakan hal-hal seperti ini. Namun, sebelum Flora bisa memberikan jawaban, Freya masuk ke ruangan.

"Ayah nggak suka foto-foto waktu itu," ujar Freya santai sambil mengedipkan mata pada Flora, seolah memberikan kode bahwa semuanya baik-baik saja.

Shasa tertawa kecil. "Ayah memang suka nggak mau difoto!"

Freya mendekati Shasa dan mengacak-acak rambutnya dengan lembut. "Nah, makanya nggak ada foto ayah waktu itu. Tapi aku selalu ada di sini, kan?"

Shasa tersenyum lebar dan mengangguk. "Iya, ayah selalu ada!"

Flora menatap Freya dengan rasa terima kasih yang mendalam. Freya selalu tahu cara mengatasi situasi sulit dengan caranya yang tenang dan sederhana. Dia berhasil menjaga agar Shasa tetap merasa aman dan bahagia tanpa harus tahu yang sebenarnya.

Malam itu, setelah Shasa tertidur, Flora dan Freya duduk bersama di teras, menikmati angin malam yang sejuk. Flora menatap bintang-bintang di langit, merasa tenang dan damai.

"Aku merasa... kita benar-benar berhasil, Freya," bisik Flora tiba-tiba.

Freya menoleh, alisnya terangkat sedikit. "Berhasil apa?"

"Kita berhasil membangun keluarga ini. Aku tidak pernah menyangka kita bisa sampai di titik ini. Tapi lihatlah kita sekarang... Shasa bahagia, kita bahagia."

Freya tersenyum tipis, lalu mengangguk. "Iya, kita berhasil. Dan kita akan terus menjaga keluarga ini."

Flora merasakan dadanya penuh dengan rasa syukur. Mereka telah melalui begitu banyak rintangan, namun kini mereka berada di tempat yang seharusnya—bersama sebagai keluarga. Tak peduli apa yang terjadi di masa lalu, yang penting adalah apa yang mereka miliki sekarang.

"Kita akan selalu bersama, ya?" tanya Flora, meskipun dia tahu jawabannya.

Freya menatapnya dengan lembut, lalu meraih tangan Flora. "Selalu."

Mereka duduk bersama dalam keheningan, menikmati kebersamaan yang hangat. Di dalam rumah, Shasa tidur dengan tenang, dikelilingi oleh cinta yang tulus dari kedua orang tuanya. Dan di bawah langit malam yang penuh bintang, Flora dan Freya tahu bahwa mereka telah menemukan tempat mereka—bersama, sebagai keluarga yang utuh.











Tamat

The Unexpected MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang